Tukar Pasangan
Suatu sore di bulan April 2000,
aku dipanggil "Big Boss", Pak Gun, seorang duda berumur 55 tahun,
yang sebentar lagi melangsungkan pernikahannya yang kedua dengan Bu Enny
mungkin sekitar umur 40-an, setengah tua tapi kencang.
Dengan penuh tanda tanya di benakku,
aku masuk ke kantornya saat semua orang sudah pulang, maklum jam sudah
menunjukkan 18:30 sore.
"Silahkan masuk!"
sapanya ramah dari balik mejanya setelah melihat kehadiranku.
"Terima kasih Pak,"
jawabku.
Setelah basa basi sejenak
akhirnya Pak Gun mulai menuju poin pembicaraan.
"Pak Hendra, mungkin anda
masih ingat mengenai kasus di Proyek A dimana anda adalah orang yang
bertanggung jawab untuk itu," katanya dengan santainya.
Serasa petir menyambar di
kepalaku. Kasus itu sudah terjadi setahun yang lalu ketika aku masih di kantor
cabang Surabaya dan memang kasusnya tidak pernah dinyatakan close atau masih
open alias menggantung.
"Ya Pak!" jawabku
lemas, karena bayangan di kepalaku hanya satu yaitu pemecatan dengan tidak
hormat, meskipun semua orang tahu bahwa itu bukan kesalahanku, tetapi kesalahan
orang sebelum aku yang sudah kupecat, tapi permasalahannya tetap who is
responsible at this project.
"Kamu tahu kan sangsinya
sesuai aturan perusahaan!" lanjutnya.
"Iii.. ya Pak," jawabku
seakan tersekat di tenggorokan, membayangkan resiko yang akan menimpa aku dan
keluargaku.
"So what's your plan,"
desaknya.
"Saya sudah clarify dengan
Internal Audit mengenai hal itu, dan semua keputusan kembali ke Bapak, jadi
saya menunggu guidance dari Bapak," jawabku lirih sambil melihat ujung
sepatuku.
"Apa kamu masih ingin
bekerja terus disini, terutama di posisimu yang sekarang ini?" tanyanya
selidik.
"Tentu Pak, saya masih ingin
berkarir di perusahaan ini selama diberi kesempatan."
"Kalau kamu aku berikan
second chance, apa yang akan kamu berikan padaku?" tanyanya.
"Maksud Bapak?" tanyaku
balik tidak mengerti.
"Apa imbalannya kalau kasus
ini aku nyatakan close dan anda bersih."
"Terserah Bapak, saya ikuti
semua permintaan atau petunjuk dari Bapak," kataku setengah bingung.
"Semua?"
"Ya semua, saya akan
berusaha penuhi semua permintaan bapak sejauh saya mampu."
"Ha.. ha.. ha.. ha.."
tawanya, membuat aku semakin tidak tahu arahnya.
"Oke Pak Hendra, aku pegang
kata-katamu, kamu kan tahu sebentar lagi aku akan married dengan Bu Enny, dan
aku minta special gift dari kamu secara pribadi the best gift you ever
had," pintanya.
"Apa itu Pak, kalau boleh
saya tahu, biar tidak salah pengertian," tanyaku masih
kebingungan."Pak Hendra, you're a lucky guy, you have beautiful and sexy wife,
dia sangat attractive lady terutama kalau pakai baju pesta, aku tahu itu saat
perkimpoian si Erwin (anaknya) tempo hari, it make me can not forget about her
performance," jelasnya.
"Maksud Bapak?" tanyaku
makin kebingungan.
"Mungkin saya bukan a good
boss, tapi sebagai seorang laki-laki yang normal, wajar dong kalau saya
ber-fantasy dengan wanita cantik," lanjutnya.
"Terus..?" tanyaku
lagi.
"Oke, to the point saja,
saya ingin ditemani istrimu semalam sebagai hadiah ulang tahun dan kompensasi
bahwa kasus ini close," katanya tajam sambil menatap ke arahku.
Bagai disambar geledek, aku tidak
bisa bekata apa-apa, situasi serba sulit.
Kehidupan keluargaku cukup
harmonis meskipun sesekali aku atau istriku melakukan extramarital tapi itu
just for fun dan tanpa beban seperti ini. "Pak Hendra, permintaanku tidak
perlu kamu jawab sekarang, tapi bicarakan lagi dengan istrimu dan ingat janjimu
tadi serta kelangsungan karirmu di sini, aku tunggu jawabanmu sebelum pesta
perkimpoian nanti," katanya melihat kebisuanku. Aku tinggalkan kantor
dengan perasaan tidak karuan, anehnya perasaan horny merayap di benakku, secara
pribadi tidak keberatan menyerahkan my beautiful wife pada Boss tapi bagaimana
tanggapan istriku nanti.
Sesampai di rumah, sambil santai
dan deg-degan, kusampaikan masalahku dan akhirnya sampai pada permintaan Pak
Gun.
"Dasar Boss gila dan tak
tahu diri," katanya.
Setelah kami diam beberapa saat,
akhirnya dia menyerahkan masalah ini padaku.
"Kalau ini baik bagi Mas dan
kita berdua, aku nggak keberatan kok, lagian kita juga pernah melakukannya,
meskipun dalam konteks yang berbeda."
Plong rasanya mendengar
kata-katanya.
"Tapi dengan syarat yang
akan aku akan bicarakan langsung dengan Pak Gun nanti kalau waktunya tiba,
jangan kuatir Mas, I still love you, this is for ours," katanya manja.
Waktu terus berlalu sejak
pembicaraan dengan Pak Gun, dan pesta perkimpoian tinggal seminggu lagi, hingga
akhirnya Pak Gun mengingatkanku mengenai tawaran itu.
"Saya sudah bicara dengan
istriku dan dia ingin bicara langsung dengan Bapak kalau Bapak tidak
keberatan," jawabku melalui HP.
"Oh tentu tidak, bicara
dengan wanita secantik dan seseksi istri anda merupakan kehormatan bagiku, I'm
waiting for her call," katanya sambil menutup pembicaraan.
Segera aku hubungi istriku untuk
menelepon Pak Gun siang ini.
Sore hari aku diminta menghadap
ke ruangan Pak Gun.
"Pak Hendra, istri anda
ternyata benar-benar seorang penggoda, makin besar keinginanku untuk terhadap
dia," katanya setelah kami berdua duduk di sofa ruangan direksi.
"Istriku sudah menghubungi
Bapak?"
"Ya tadi siang, dan dia
minta syarat yaitu dia mau menemani semalam tapi sebelum aku bulan madu dengan
Bu Enny," katanya sambil mengambilkan orange juice dari lemari es.
"Istrimu minta pada saat
wedding party dia mau melayani disela-sela acara, di honeymoon suite dan dia
minta kalau kamu berminat ikut serta di kamar itu, sebagai hukuman katanya, dan
kalau kamu mau, kamu boleh join dengan aku malakukannya secara bersama sama.
Karena saat itu waktunya pasti mepet, dia mau malakukan lagi besoknya at any
time dengan syarat aku belum melakukan dengan Bu Enny, dan kamu boleh join
terserah kamu, it's horniest idea I ever heard," jelasnya antusias.
"Terus menurut Bapak gimana?
apa aku harus join?" komentarku.
"Aku setujui permintaannya,
karena acaranya standing party, I have many chance to disappear dari party just
for quicky dan aku minta dia stand by di kamar at any time," jelasnya.
"Asal kamu tahu, aku sudah
reserve 2 suite at same floor, satu untuk pengantin dan satunya untuk aku dan
istrimu, setelah para tamu pulang istrimu stand by di kamar, kamu bisa pakai
juga untuk honeymoon lagi, tapi harus ready any time for my visit,
Anytime!" tegasnya.
Aku cuma bisa mengiyakan rencana
mereka berdua.
Hari perkimpoian tiba, sesuai
rencana kami berangkat lebih awal, dari undangan jam 7:00 kami sudah tiba di
Hotel Shangrila jam 3 sore, dan langsung menuju ke suite yang sudah disiapkan
untuk istriku, barangkali Pak Gun mampir sebelum acara dimulai. Sementara
istriku menyiapkan diri di kamar, aku turun ke lobby, jam 6 sore para undangan
dan keluarga sudah kelihatan berdatangan. Aku naik ke atas untuk memberitahu
istriku supaya bersiap ke acara.
Kupencet bell kamar suite, cukup
lama aku menunggu sebelum pintu dibuka oleh istriku yang cuma berbalut handuk.
Diluar perkiraanku ternyata Pak Gun sudah di dalam kamar, beliau duduk di sofa
kamar tidur masih memakai baju putih lengkap dengan dasi kupu-kupunya,
sementara bawahnya cuma ditutupi handuk putih sama dengan yang dipakai istriku.
"Sorry Pak, aku nggak sabar
menunggu sampai nanti malam, jadi iseng aku mampir kemari sambil menunggu Bu
Ennie di-make up di kamar pengantin," sapanya.
"Eh anu nggak apa kok,
lagian kita sudah perkirakan, udah lama Pak?" tanyaku setelah bisa
menguasai diri.
"Tepat setelah kamu keluar
kamar ini, aku coba HP ternyata nggak kamu bawa, jadi aku mulai saja, any
problem?" jawabnya santai.
"No sir, it's okey for me,
go head," jawabku, berarti sudah lebih 30 menit dia di kamar berdua dengan
istriku, entah apa yang sudah dilakukan terhadap istriku yang cantik ini.
Istriku kemudian duduk di sebelah
Pak Gun, aku mengambil tempat di sofa satunya sambil melihat mereka berdua.
"Mari sini sayang kita lanjutkan permainan yang terputus," kata Pak
Gun. Dengan sekali tarik, terlepaslah handuk yang membalut tubuh istriku, kini
dia dalam keadaan telanjang di hadapan Pak Gun, terlihat begitu kontras antara
mereka berdua, Lily, istriku yang cantik, 29 tahun, tinggi 167 cm dan ukuran
dada 34B sedang berpelukan dengan Pak Gun, Boss-ku yang berumur sekitar 55
tahun, dengan rambut putihnya, meskipun sudah dibilang berumur ternyata postur
tubuhnya masih atletis, maklum sebagai ex tentara dia pasti masih menjaga
kebugaran tuguhnya.
Pak Gun dengan segera mencium buah
dadanya yang kenyal kebanggaanku dari satu ke satunya, dijilatinya dan sesekali
disedot dan dipermainkan putingnya dengan lidahnya, Lily cuma bisa
menggelinjang keenakan sambil tangannya mulai meraba mencari pinggiran handuk
yang dipakai Pak Gun dan menariknya sehingga terlepas. Terlihat batang kemaluan
Pak Gun menegak ke atas, memang tidak sebesar punyaku tapi cukup hebat untuk
ukuran seusia beliau. Istriku tak mau melepaskan pegangannya di kemaluan Pak
Gun, dikocoknya dan sesekali di putar-putar seperti mainan anak kecil.
"Kita lanjutkan yang tadi ya Pak," bisiknya manja. Tanpa menunggu
jawaban dari Pak Gun, dia berdiri di atas sofa, dikangkanginya Pak Gun,
Boss-ku, dia mengarahkan selangkangannya di muka Pak Gun sementara beliau
mengadah menunggu kedatangannya dengan mulut terbuka dan lidah menjulur keluar.
Unbelievable, Pak Gun yang selama ini dihormati dan disegani orang sekantor
sekarang sedang di antara selangkangan istriku sambil menjilati vaginanya
seperti orang kehausan. Sesaat kulihat istriku melirik ke arahku sambil
tersenyum penuh arti, sementara tanganku mulai memijit-mijit kemaluanku yang
masih tertahan di dalam celana.
Tubuh istriku mulai turun-naik di
atas wajah Pak Gun seirama dengan gerakan lidah beliau, disapunya seluruh wajah
Pak Gun, sementara tangan Pak Gun meremas payudara dan pantat
istriku."Shit, you're damned old man, I like your lick, yess terus
yaa.." teriak istriku, cukup mengejutkan, tidak ada satu orang pun berani
berkata begitu kasar pada beliau, tapi kelihatan beliau oke-oke saja.
Aku sudah tak tahan, kukeluarkan
kemaluanku dari celana sehingga sekarang aku bebas memegangi, tapi istriku tahu
hal itu.
"Mas Hend, this is not for
you, you have no turn for this time, It's Boss only, jangan macam-macam!"
ancam istriku, dan aku menurut saja sambil terdiam.
Istriku kemudian duduk di sofa,
kakinya dipentangkan lebar dan lututnya ditekuk.
"Kiss my ass and lick my
pussy, you like it don't you, let my husband watch his boss doing to his
beutiful wife," dia berkata ke Pak Gun.
Pak Gun segera berlutut di
depannya dan mulai menjilati vagina istriku lagi.
"It smell good, yess I like
your pussy," kata Pak Gun terus menjilat sambil memasukkan jari tangannya
ke lubang vagina istriku, mulanya satu kemudian dua dan akhirnya tiga.
Dikocoknya vagina istriku dengan jarinya sementara lidahnya menjilati daerah
vagina dan sekitarnya hingga ke anus.
"Ohh yess I like it, yess
terus Pak..!" desah istriku, sambil mengangkat kakinya tinggi ke atas,
kemudian ditumpangkannya ke pundak dan akhirnya kaki mulus itu berpijak ke
kepala dan bahu Pak Gun, Boss-ku.
Pak Gun bangkit dan mengatur
posisi kemaluannya di depan vagina istriku, hanya berjarak satu inchi lagi dari
bibir vaginanya, tiba tiba istriku bangkit dan mendorong tubuh Pak Gun hingga
beliau terdorong ke belakang.
"I will not let you fuck me
unless you promise that you will not fuck her tonight and also tomorrow, this
two days you're mine, deal? otherwise no more other session after this,"
ancam istriku kepada Pak Gun, my Boss.
Ditariknya istriku ke pelukannya
tapi istriku menolak dan tetap duduk di sofa hingga Pak Gun kembali berlutut di
depannya. "I'll do it whatever you request as long I can fuck you,"
jawabnya, dan tanpa menunggu lebih lanjut segera dipeluknya istriku dan
tangannya mulai mengarahkan kemaluannya ke vagina istriku, diusapnya bibir
vaginanya dengan kepala kemaluan dan "Bless.." Tanpa kondom, dengan
sekali dorong masuklah kemaluannya ke dalam vagina istriku yang sudah mulai
basah, dia tidak pernah mengijinkan orang lain bercinta dengannya tanpa kondom,
tapi ini mungkin lain bagi dia. "Kamu akan membayangkan betapa asyiknya
bercinta denganku saat kamu berbulan madu," bisik istriku. Setelah semua
masuk ke vagina istriku, Pak Gun perlahan mulai menggoyang tubuhnya keluar
masuk dan istriku mengimbanginya. Gerakan demi gerakan menambah erotic berdua,
sementara tanganku sudah mulai ikut mengocok kemaluanku, semakin cepat Pak Gun
mengocok istriku semakin cepat pula tanganku mengocok kemaluanku.
"Aaah aku keluar.."
teriak Pak Gun. Istriku segera mendorong tubuh Pak Gun menjauh dan memintanya
berdiri, sementara dia jongkok di depan Pak Gun, tepat semprotan Pak Gun keluar
ke arah muka dan tubuhnya, kemudian istriku menjilati kemaluan Pak Gun yang
masih belepotan sperma, dikocoknya kemaluan itu dengan mulutnya hingga bersih.
"Aaahh stop udah.. udah, cukup!" teriak Pak Gun kegelian, sambil
menarik kepala istriku menjauh. Kemudian mereka berdua duduk di sofa dengan
lemasnya.
"You have incredible wife, I
will not let her free tonight," kemudian dia berdiri mengambil celananya
yang tergeletak di ranjang.
"Jangan pakai celana dalam
dan jangan coba-coba untuk mencucinya!" kata istriku.
Aku berdiri dan keluar melihat
suasana di luar, setelah yakin aman baru mempersilakan Pak Gun keluar. Sekali
lagi french kiss sambil meremas payudara istriku yang kesekian
kalinya."I'll be here, please be ready on my sign," kata beliau,
kemudian keluar menuju kamar pengantin. Mereka melakukan tak lebih dari 20
menit tetapi rasanya seperti lebih dari satu jam, kemudian istriku masuk ke
kamar mandi. Sebenarnya aku ingin minta ke istriku sekedar quicky tapi dia
menolak dan mengunci pintu kamar mandi. Beberapa menit kemudian dia sudah
keluar kamar mandi dengan memakai gaun malam yang berbeda dari yang dibawa
tadi, berbelahan dada rendah sehingga tidak memungkinkan dia memakai bra dan
punggung terbuka memperlihatkan punggungnya yang putih mulus, sementara belahan
pahanya cukup tinggi mungkin legih dari sejengkal di atas lutut. Dengan pakaian
ini dia terlihat sangat seksi apalagi ditunjang postur tubuhnya yang tinggi
semampai.
Tepat pukul 7:00 kami sudah di
party hall, sudah banyak pengunjung yang datang, dari kalangan bisnis dan
expatriate, sementara sang mempelai sendiri belum turun ke ruangan. Kami
kemudian berkeliling bersosialisasi dengan undangan lainnya baik dari kantor
maupun dari luar. Sekitar 7:30 sang mempelai masuk ke party hall, diiringi oleh
sanak keluarga dan anak-anaknya, Pak Gun terlihat begitu anggun dan berwibawa,
sama sekali bertolak belakang dengan penampilan dia satu jam yang lalu meskipun
dengan pakaian yang sama. Kami berdua ikut antri untuk memberi selamat kepada
mempelai, ketika tiba giliran kami untuk memberi selamat, terlihat senyum penuh
arti dari Pak Gun. "Terima kasih atas kedatangannya Pak Hendra, Bu
Hendra," katanya kemudian menyorongkan kepalanya ke istriku untuk sun
pipi, kulihat dia membisikkan sesuatu yang aku tidak tahu pasti. Istriku
tersenyum dan istriku melakukan hal yang sama ke Bu Enny, kemudian kami kembali
berbaur dengan undangan lain. "Apa katanya?" tanyakudengan tersenyum
istriku menjawab, "Please be ready after this, yo're mine tonight."
Gila kan itu orang tua.
Setelah acara resmi, maka
beranjak ke acara santai dimana kedua mempelai sudah berbaur dengan para
undangan, terlihat Bu Ennie berdansa dengan salah satu undangan sementara Pak
Gun melakukan hal yang sama. Kami terpisah, karena istriku ngobrol dengan
ibu-ibu lainnya sementara aku dengan teman kantor maupun rekanan bisnis
lainnya. Di kesempatan lain kulihat istriku berbincang dengan Erwin beserta
istrinya, Diana yang cantik jelita, anak tertua dari Pak Gun, baru menikah 9
bulan yang lalu.
"Mas, sini sebentar!"
tiba-tiba istriku menarikku ke pojok ruangan.
"Mas, ternyata Erwin
menginap di depan kamar kita, dan kayaknya dia tau apa yang dilakukan oleh
papanya di kamar kita," kata istriku cemas.
"Oke nanti aku check
deh," kataku menentramkan.
Kulihat Pak Gun kelihatan ke arah
kami, tapi dia tidak berhenti cuma berkata sambil berlalu.
"Lima menit di kamar
pengantin."
"Gila berani amat ini
orang," komentar istriku sambil berjalan menuju lift meninggalkanku
sendiri, aku sengaja tidak ikut karena ingin ngobrol lebih lanjut dengan Erwin,
maka aku dekati dia yang sedang sendiri, si istri Diana entah kemana.
"Nice party," sapaku
membuka percakapan, meskipun sekantor aku tidak telalu akrab, mungkin ada gap
karena dia anak Big Boss.
"Yah.." katanya dingin.
"Semua keluarga nginap di
sini?" kataku to the poin untuk memancing pembicaraan.
"Iya dan kamu bukan keluarga
juga ikut nginap," jawabnya kecut dan angkuh.
"Kan emang ada
keperluan."
"Keperluan apa sama Papa,
kok sepertinya tidak bisa dilakukan di kantor?"
"Enggak, cuman masalah
pribadi."
"Pribadi? Pak Hendra jangan
anggap saya bodoh, saya tahu sudah lama Papa mengagumi istri Bapak yang seksi
itu, dia sering tanya ke saya waktu itu dan mungkin sekaranglah saatnya bagi
Papa untuk memenuhi fantasinya. Aku nggak tahu apa yang diberikan Papa sehingga
kamu bisa menyerahkan istrimu ke Papa, saya yakin bukan masalah uang."
"Nothing, just for fun,
Papamu secara gentlemen minta dan istriku mau so what's wrong di antara dua
orang dewasa," kataku sedikit berbohong.
"Kalau aku yang minta
gimana?"
"Papamu menggaransi karirku
sebagai tawaran, at least selama dia masih menjabat, dan tawaranmu apa?"
Dia diam sesaat.
"Usulanmu apa?" katanya
menyerah.
"Karir secara teori sudah
ada yang garansi, maka harus lainnya."
"Iya apa?"
Aku pura-pura berpikir sejenak
sambil membayangkan Diana yang cantik seperti Diana Pungki.
"Aku tidak butuh apa-apa
dari kamu, jadi sebenarnya posisi kita sama dalam hal ini, jadi aku usul,
jangan marah kalau nggak setuju bilang saja tapi tanpa marah, bagaimana kalau
kita tukaran saja, kamu dengan istriku dan aku dengan Diana," usulku
dengan sedikit takut.
Dia diam sejenak tanpa expresi,
tapi jawabannya sungguh mengagetkan aku.
"Oke setuju, toh ini bukan
pertama kali kami melakukan swaping, tapi karena istrimu sudah pernah sama Papa
maka aku minta nilai lebih atas Diana, aku minta sekali dengan istrimu tanpa
swaping dengan Diana, bagaimana?" jawabnya.
"Emang Papamu dengan Diana
tidak pernah.." tanyaku asal-asalan, tapi jawabannya sungguh kembali tidak
terduga.
"Shit! rupanya Papa sudah
cerita banyak tentang Diana, oke-lah terserah kamu-lah, tapi prinsipnya aku
setuju saja."
"Oke deal, don't worry my
friend," jawabku sambil mengajak dia bersalaman.
"Kapan direalisasi? soal
Diana itu urusanku."
"Sekarang Ppamu lagi sama
istriku di kamar, masa mau ngganggu, dan nanti malam sepertinya nggak mungkin
deh, Papamu mau istriku stand by anytime malam ini dan besok."
"Sebenarnya sih nggak apa,
aku sama Papa pernah sih main bareng beberapa kali, bahkan waktu pertama Papa
dengan Diana saat kita bulan madu, kita main berempat kok, cewek satunya
seorang call girl high class, sejak itu saya tahu kalau ternyata Diana itu
bisex, aku sih welcome saja kalau Diana bawa teman wanitanya ke ranjang dan
kita main bertiga, jadi nothing new for us."
Istriku berjalan ke arah kami,
diikuti agak jauh di belakang oleh Pak Gun yang terlihat tambah segar.
"Kok sebentar sayang?"
sapaku menyambutnya.
Istriku tidak langsung menjawab
tapi melihat ke arah Erwin yang berada di sampingku.
"Nggak apa sayang, Erwin
sudah tahu semuanya kok, bahkan kita ada sedikit bisnis, permainan jadi
berkembang."
Dia membelalakkan mata ke arahku,
entah apa yang ada dalam pikirannya, Erwin hanya tersenyum dan meninggalkan
kami berdua ke kelompok lainnya.
"Apaan sih?" katanya
masih tidak mengerti.
"Entar aku jelasin, eh
gimana barusan," tanyaku.
"Nggak ada yang istimewa,
Pak Gun masuk ke kamar sebelum aku datang dan begitu masuk langsung saja aku
didekap dari belakang, kemudian diciumnya tengkuk dan leherku sementara
tangannya mulai menyelip dan meremas payudaraku."
Istriku berhenti sesaat ketika
ada orang lewat di dekat kami, kemudian dia melanjutkan. "Aku nggak mau
kalah kuremas pula kemaluannya, ternyata sudah sangat menegang, dan dia minta
blowjob. Kubuka restluiting, kukeluarkan batang yang sudah menegang itu dan
langsung saja aku kulum tapi itu nggak lama kemudian tubuhku ditarik ke atas
dan diputar membelakanginya, Pak Gun lalu mengangkat rokku sehingga tampak
celana dalam merah, tanpa membukanya segera disapukannya kepala kemaluannya ke
bibir vaginaku, entah karena ludah atau karena sudah basah tanpa susah dia bisa
memasukkan kemaluannya melalui celah celana dalam, terus didorongnya aku ke
dinding sehingga cuman bersandar di dinding sementara dari belakang dia
mengerjai aku, disodoknya semakin lama semakin cepat dan keras."
Untuk kesekian kalinya, istriku
harus menghentikan ceritanya karena banyaknya orang lalu lalang di sekitar
kami, semantara kemaluanku sendiri sudah mulai menegang mendengar ceritanya.
"Tau nggak Mas, meskipun udah seumur dia, ternyata dia bisa melakukan itu
10 menit tanpa berhenti, dengan posisi seperti itu, aku sendiri nggak nyangka
lho. Kemudian dia mengeluarkan spermanya di dalam, ternyata cukup kuat juga
semprotannya terasa begitu membasahi seluruh dinding dalamku. Lalu seperti
biasa, aku kulum untuk bersihkan kemaluannya, ini yang paling dia suka, belum
pernah dia mengalami seperti itu. Mas aku terkejut sekali ketika aku kulum
terakhir dia bilang, Ly kamu lebih hebat daripada Diana, gila nggak Mas."
"Aku tahu jawabannya, itulah
yang barusan aku sebut permainan berkembang, teruskan ceritamu," jawabku
sambil memperhatikan Diana yang berdiri tak jauh dari tempat kami.
"Iya itu, setelah selesai
aku kulum habis, dia minta aku kembali ke pesta tanpa celana dalam, ya seperti
sekarang ini, dan aku diminta ready setiap saat Pak Gun ada kesempatan."
"Jadi sekarang kamu nggak
pakai underwear sama sekali," tanyaku terkejut sambil memegang pantat dia
yang ternyata memang polos.
"As you feel it."
"Menurut kamu Erwin
bagaimana orangnya?" tanyaku mulai memancing.
"Nice guy, dingin dan agak
angkuh mungkin karena anak boss ya, dan senyumnya itu dingin-dingin
menghanyutkan," jawabnya sambil melihat ke arah Erwin yang berdiri di
samping Diana.
"Tadi Erwin ngajak kita
orgy, menurut kamu gimana?" tanyaku.
"Mas tertarik sama Diana ya,
kelihatan tuh maunya, aku sih oke-oke saja, jawabnya sambil menggodaku.
"Lelaki mana sih yang nggak
tertarik sama cewek kayak Diana," jawabku membela diri.
"Pak Gun gimana?" tanya
istriku.
Aku berpikir sejenak nggak tahu
mau dikemanakan beliau.
"Kita tanya saja sama mereka
nanti," jawabku sambil menuju pasangan Erwin dan Diana.
Ternyata usulan Erwin lebih gila
lagi, dia akan mengajak Papanya untuk bergabung bersama, kemudian Erwin
menghampiri ayahnya, mereka terlihat berbicara serius sambil berbisik seolah
tidak mau menarik perhatian undangan lainnya. Sesaat kemudian Erwin kembali
bergabung dengan kami, "Beres!" katanya. "Aku bilang bahwa ini
adalah hadiah ulang perkimpoian yang paling hebat yang pernah ada, soal Bu Enny
itu urusanku, kasih saja obat tidur pasti teler sampai pagi seperti
kecapekan."
Jam 9:30 para undangan sudah
mulai berpamitan dan setengah jam kemudian kami berempat, aku dan Lily istriku,
Erwin dan Diana istrinya naik ke kamar kami, sepertinya everything is running
well. Kami ngobrol sambil nonton TV, aku dengan Diana di satu sofa tempat Pak
Gun "mengerjai" istriku, semantara di sofa lainnya Erwin duduk
berimpit dengan Lily.
Sambil nonton TV, tangan-tangan
kami sudah mulai aktif merambah ke tubuh pasangan masing-masing, pertama kali
yang menjadi sasaranku adalah buah dada Diana yang montok, sepertinya 36C
kemudian bibirnya yang seksi, segera kukulum karena dari tadi memang sudah
menjadi perhatianku di kedua area tubuh Diana di samping lehernya yang jenjang
putih. Sedangkan Erwin sepertinya tak mau kalah, sepintas kulirik ternyata
mulutnya sudah mendarat di dada istriku, karena gaun malam Lily memang cukup
mudah untuk dibuka sehingga dalam hitungan detik gaun itu sudah merosot
setengah badan, tampaklah kulit Lily yang putih mulus itu. Sementara aku
sedikit kesulitan membuka baju tradisional Diana yang cukup kompleks sehingga
progress-nya terhambat. Sejauh ini hanya berhasil membuka kebaya bagian atas
saja, meskipun sudah cukup menikmati bagian bukit di dada Diana yang montok,
tapi masih jauh dari memuaskan. Sementara Erwin sudah berhasil melucuti gaun
malam istriku dengan suksesnya yang sudah tergeletak di kakinya sehingga Lily
totally telanjang, dan Erwin sendiri sudah tidak bercelana lagi.
Sedangkan aku, masih berkutat
dengan kebaya si Diana, meskipun kami masih tetap berciuman tapi tanganku harus
kerja keras untuk melucutinya, sengaja aku tidak mau melepas bra-nya supaya
lebih penasaran, sedangkan Diana dengan mudahnya melepas celanaku, seperti
halnya Erwin, aku juga sudah bottomless, dan Diana tanpa henti terus meremas
dan mengocok kemaluanku yang sudah menegang. Erwin sudah berjongkok di antara
kaki istriku, dijilatinya vaginanya, kulihat istriku sudah mulai merem-melek
dan mendesah keenakan, Erwin tak lupa memasukkan tangannya ke lubang vagina,
sementara lidahnya menyapu bibir vagina dan sekitarnya.
Setelah dengan perjuangan keras,
akhirnya terlepaslah kebaya bawahnya sehingga Diana sekarang hanya memakai
bikini. Bra hitam berenda selaras dengan celana dalamnya, menambah pesona seksi
pada diri Diana, tapi aku tidak membiarkan diriku terlalu lama terpaku
menikmati keindahan tubuhnya, kupeluk tubuhnya dan kembali kami berciuman, dari
bibir turun ke leher terus mampir ke belahan buah dadanya. Segera kulepas bra
yang tanpa tali penyangga itu sehingga tersembullah buah dada yang putih,
montok dengan puting masih kemerahan, meskipun tidak sekencang punya istriku,
tapi cukup membangkitkan gairah. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi,
kudaratkan mulutku untuk menjilati, mengulum dan mempermainkan puting yang
menantang itu, sementara tanganku sudah menyelip di dalam celana dalamnya,
ternyata shaved dan basah.Bajuku sudah terbang entah kemana, ciumanku terus
turun hingga ke daerah selangkangannya, kupelorotkan celana dalamnya maka
terlihatlah bukit gundul di antara kakinya, sungguh indah dan menggairahkan.
Aku berlutut di depan bukit itu dan mulai menjilati bibir vaginanya dengan
mudah karena tidak ada rambut di sekitarnya, kupakai teori ABC untuk
mempermainkan klitoris dan vaginanya, cairan dari dalam vagina terasa lain
dengan punya Lily begitu juga aromanya, dipermainkan seperti itu Diana mulai
menggelinjang, mengerang dan mendesah hingga kakinya dinaikkan ke kepalaku
untuk mempermudah jilatanku padanya.
Erwin sudah berganti posisi
dengan istriku, Lily berlutut di antara kaki Erwin sambil mengulum kemaluannya,
dijilatinya kemaluan itu dari kepala terus turun hingga ke kantong pelir begitu
berulang-ulang, Erwin mendesah-desah, tangannya meraih rambut istriku dan
memaksanya untuk mengulum kemaluannya lebih dalam, ditarik dan didorongnya
kepala istriku pada kemaluannya.
"Ding.. dong.." bel
pintu berbunyi mengganggu konsentrasi kami berempat.
"Pasti Papa," kata
Erwin dan meminta istriku untuk membuka pintu.
Dengan tetap bertelanjang istriku
membuka pintu kamar dan menyambut kedatangan Pak Gun.
"Aku adalah tamu
kehormatannya, dan dua bidadari ini adalah my prize, kenapa kalian mulai pesta
tanpa menunggu kehadiranku?" protesnya.
Tanpa menunggu tanggapan dari lainnya,
digandengnya istriku dan menuju Diana yang kakinya masih dikepalaku, kemudian
beliau mengajak kedua bidadari telanjang ke ranjang.
"Sebagai hukuman kamu berdua
hanya boleh melihat tanpa menyentuh sampai aku ijinkan," lanjutnya sambil
kedua bidadari telanjang itu melepas pakaian beliau.
"Tapi Pa.." protes
Erwin.
"Tidak ada tapi, kamu
sendiri yang bilang kalau Diana sebagai hadiah untukku malam ini," potong
Pak Gun sambil mulai mencium bibir istriku, sementara Diana yang kebagian
melepas celananya langsung memainkan alat kejantanan mertuanya yang memang
sudah telanjang.
Dilayani dua bidadari cantik dan
seksi seperti Diana dan istriku, gairah si tua Pak Gun kelihatan begitu
menggebu, dilumatnya bibir istriku dengan ganas sementara tangannya meremas
remas payudaranya, dan Diana, menantunya yang cantik dengan asyiknya mengulum
alat kejantanan Pak Gun, sang mertua. Hebatnya lagi disaksikan oleh suami dari
kedua bidadari itu tanpa bisa berbuat apa-apa. Aku segera mengambil kursi di
samping ranjang untuk segera menikmati pertunjukan ini, tanpa sengaja tanganku
mulai meremas-remas kemaluanku sendiri yang dari tadi sudah basah, hasrat untuk
memasukkan alat kemaluanku ke mulut Diana yang seksi itu ternyata belum
kesampaian.
Sementara Erwin masih berdiri
terpaku entah karena melihat bagaimana Papanya dilayani oleh istrinya atau
karena hasrat untuk menikmati istriku tertunda dan didahului oleh Papanya.Kedua
bidadari itu berganti posisi, istriku sudah di bawah mempermainkan kejantanan
beliau, dikulumnya sampai mulut dia menyentuh pubic area, berarti semua batang
kejantanan itu berada di dalam mulutnya, maklum dia biasa dengan punyaku yang
jauh lebih besar dan panjang, terus dikeluarkan perlahan-lahan dan dimasukkan
lagi makin lama makin cepat hingga Pak Gun yang lagi mengulum puting buah dada
menantunya kelojotan, entah mungkin sedikit menggigit puting menantunya, karena
Diana tampak sedikit nyengir.
Tangan Pak Gun meremas buah dada
menantunya yang montok sementara mulutnya masih di satunya, semakin cepat
gerakan istriku di alat kejantanannya dan dibantu belaian tangan Diana di
sekitar daerah kejantanan itu, maka semakin keras dia meremas dan menyedot
puting merah mudah itu.Sungguh pemandangan yang sangat erotis melihat Pak Gun
yang sudah berambut putih dikerjain oleh dua bidadari cantik dan muda dengan
full service. Melihat posisi istriku yang nungging sehingga vaginanya tepat ke
arah Erwin berdiri seolah mengundang apalagi dengan disertai goyangan erotic
menggoda, Erwin melangkah mendekat tapi aku peringatkan dengan aba-aba sehingga
dia membatalkan niatnya.
Diana merangkak ke atas, dan
membalikkan tubuhnya menghadap ke arah istriku, dikangkanginya mertuanya tepat
di atas mukanya, kemudian tubuhnya diturunkan sehingga mulut mertuanya tepat di
depan vaginanya, sang mertua mulai mempermainkan vagina menantunya sementara
istriku masih asyik mengulum dan menjilati kemaluan Pak Gun. Diana mengatur
posisinya ke "69" dengan mertuanya sehingga sekarang ada dua mulut
bidadari memainkan kejantanan Pak Gun, istriku dan Diana menantunya yang
mengulum secara bergantian. Tak tahan lebih lama lagi, Pak Gun meminta kedua
bidadari bertukar posisi, istriku duduk di mukanya semantara beliau meminta
menantunya langsung memasukkan kejantanannya ke vaginanya dengan posisi on top.
Two angel on top, one fuck by
tongue another one by penis, it's incredible. Diana sepertinya tak mau membuang
kesempatan, dia menggoyang pantatnya dengan liar dan cepat, naik turun tanpa
menghiraukan desahan kenikmatan dari mertuanya. Diremas-remasnya sendiri buah dadanya
sehingga menambah erotic pertunjukan ini. Diperlakukan sedemikian, it's too
much bagi orang seusia Pak Gun, tak lama kemudian, "Shit I'm coming, Diana
I'm coming," teriaknya, tapi menantunya tak menghiraukan tubuhnya tetap
bergerak erotis di atas mertuanya, hingga akhirnya wajahnya ikut menegang,
tangannya mencengkeram erat kaki mertuanya, ternyata dia juga orgasme mengikuti
mertuanya. Diana turun dari mertuanya dan menjilati sisa sperma yang belepotan
di alat kejantanan mertuanya, istriku mengikuti Diana ikut meremas-remas
kejantanan Pak Gun hingga habis dan terkulai lemas.
Para suami hanya bisa memegang
dan mengocok sendiri kemaluannya, sambil menikmati pertunjukan bagaimana
istrinya melayani mertua dan bossnya.
Diana turun dari mertuanya dan
menjilati sisa sperma yang belepotan di alat kejantanan mertuanya bercampur
dangan cairannya, istriku mengikuti Diana ikut meremas remas kejantanan Pak Gun
hingga habis dan terkulai lemas.
"It's my turn," pikirku
bersiap menyambut Diana.
"Guys, you may have Diana
for next one hour, but Lily is absolutely mine tonight, no one may do
her."
Erwin kelihatan kecewa, berarti
dia harus menunda lagi menikmati layanan istriku.
Diana turun dari ranjang menuju
ke kamar mandi, tatanan rambutnya sudah acak-acakan begitu juga dengan make up
di wajah dan baunya sudah bercampur dengan aroma sperma. Sementara di atas
ranjang, istriku tiduran dipelukan Pak Gun yang kelihatan masih kelelahan,
tangan istriku masih tetap mengelus kejantanan beliau dengan lembutnya sesekali
diciumnya wajah Pak Gun dan beliau membalas dengan mengelus rambut hitamnya.
Sepuluh menit kemudian Diana
keluar dari kamar mandi masih bertelanjang ria, aromanya sudah berbau aroma
wangi, dan tanpa make up dia kelihatan lebih cantik alami meskipun rambutnya
sedikit acak-acakan. Dia menuju kami dan duduk di tengah antara aku dan
suaminya."Ke ruang tengah yuk, nonton TV!" ajaknya sambil meneguk
orange juice-nya.
Kami bertiga menuju ruang tengah,
kutinggalkan istriku yang sedang dalam pelukan Pak Gun, entah apa yang akan
beliau lakukan terhadapnya. Agak canggung juga aku begitu bertiga dengan Diana
dan suaminya, ada perasaan tidak enak dan segan terhadap Erwin. Untunglah Diana
segera membaca situasi ini, maka kembali dia duduk di antara aku dan suaminya
di tempat semula kami melakukan foreplay.
Beberapa saat kemudian,
memecahkan kecanggungan, Diana mulai ambil peranan. Tangannya meraba ke pahaku
sementara tangan lainnya mengelus kemaluan suaminya sambil berciuman. Aku
membalas dengan memeluk dan meremas payudaranya dari belakang ketika mereka berciuman,
sesekali tanganku dan tangan Erwin bersentuhan saat meremas daerah yang sama.
Diana mulai mengelus dan meremas kemaluanku yang mulai mengeras dan tangan
satunya melakukan hal yang sama pada suaminya, dia berjongkok di depanku tangan
kirinya masih di kemaluan suaminya, sambil mengocok punya suaminya mulutnya
mulai menjilati kepala kemaluanku, dia kelihatan kesulitan memasukkan kepalaku
ke mulutnya apalagi sampai batangnya.
Memang kelihatan sekali kalau
kemaluanku yang 17 cm dan garis tengah 4 cm, jauh lebih besar dan lebih panjang
dibanding punya Erwin yang mungkin cuma 14 cm dengan garis tengah tidak lebih
dari 2,5 cm, hampir sama dengan punya Pak Gun. Susah payah dia memasukkan ke
mulutnya, tapi cuma kepalanya saja yang bisa masuk, kupaksakan dia memasukkan
semuanya. Kepala Diana aku pegangi dan dorong supaya lebih masuk lagi
kejantananku ke mulutnya, tapi dia hanya mampu mengakomodasi setengahnya saja,
kutarik rambutnya ke atas, dan kembali kudorong ke bawah, lebih lama lebih
cepat, sama seperti yang dilakukan mertuanya ke istriku, I want fuck her mouth,
dan hingga disini hasratku terhadap dia sementara terpenuhi.
"Gila punyamu gede banget,
the biggest I've ever get dan bentuknya antik lagi, melengkung ke bawah, pasti
aneh deh rasanya," katanya sambil menatap kagum ke arahku.
Kemudian dia ganti ke suaminya
yang dari tadi memandangiku memaksa istrinya mengulum dan fuck her beautiful
wife's mouth. Belum sempat Diana menjilati kemaluan suaminya, tiba-tiba Pak Gun
keluar dari kamar tidur.
"I need one guy to help me,
aku perlu start up," katanya mengagetkan kami.
Tanpa menghiraukan istrinya yang
ada di depannya, Erwin segera berdiri menawarkan diri.
"Aku mau asal berperan aktif
tanpa diatur lagi," usulnya.
"Ayo cepat, bikin dia
sesukamu," jawabnya sambil menuju ke tempat tidur kembali dan diikuti
Erwin yang membiarkan istrinya masih jongkok di bawah.
"Kita pindah ke kamar yuk!
Lihat apa yang dilakukan suami dan mertuamu pada istriku," ajakku meminta
persetujuan Diana.
Diana rupanya cukup mengerti dan
mengangguk tanpa suara.
Di atas ranjang, Erwin sudah
berada di antara kaki istriku yang telentang, sementara Papanya berlutut di
dekat kepala istriku sambil menyodorkan kemaluannya ke mulut istriku, dia
menerima kemaluan itu dengan mulut terbuka karena sedang mendesah kenikmatan di
kerjain sama Erwin dari bawah. Tanpa menunggu lebih lanjut, Pak Gun segera
mengocok kemaluannya ke mulut istriku hingga masuk semua, itu bukanlah hal
sulit bagi Lily untuk melayani semua itu, karena merupakan kesukaannya. Aku
mengambil tempat duduk di dekat ranjang dan memangku tubuh telanjang Diana.
Sambil melihat istriku bermain threesome di ranjang, tanganku meraba dan
meremas payudara Diana, begitu juga dia membalas remasanku terhadap kemaluanku,
sepertinya dia gemas banget dengan punyaku.
Sesekali kukulum putingnya dengan
gigitan-gigitan ringan, sesekali kusedot dengan kerasnya sampai dia mendesah,
tergantung suasana di atas ranjang. Teriakan dan desahan istriku ternyata
berpengaruh besar terhadap suasana di kamar itu, semakin mendesah-desah kedua
bapak beranak semakin liar dan aku dengan Diana juga semakin agresif. Di
ranjang istriku dalam posisi merangkak mengulum kemaluan Pak Gun yang sedang
duduk selonjor sedangkan Erwin menjilati vagina hingga anus istriku, sementara
dua jari Erwin mengocok-ngocok lubang vaginanya. Aku mengikuti, kumainkan
klitoris Diana dengan dua jariku dan kukocok seirama dengan kocokan suaminya
pada istriku, Diana mulai ikut mendesah keenakan. Rambutku dijambaknya, tapi
tak kupedulikan kukocok vaginanya semakin cepat. "Ssshh aahh.. ayo Mas,
jangan goda aku gini, aku ingin merasakan nikmatnya alat kejantananmu, sshh..
come on!" desahnya ditelingaku. Erwin sudah mulai mengusapkan kepala
kemaluannya ke bibir vagina istriku, saat-saat yang sudah dari tadi dia nantikan,
dan dengan sekali dorong batang kemaluan yang tidak besar itu tertanam semuanya
ke dalam vagina istriku. "Aahh sshh he emm.." desah istriku sedikit
kaget tanpa melepas kulumannya pada Pak Gun.
Melihat demikian, tangan Pak Gun
kembali menjambak ringan rambutnya dan lagi mendorong ke atas dan ke bawah
seirama kulumannya. Erwin langsung mendorongkan maju-mundur dengan keras dan
cepat tanpa ampun seolah tiada hari esok, semakin keras Erwin mendorong semakin
dalam juga kemaluan Pak Gun masuk ke dalam mulutnya, double action effect.
"Mmm ss.. eeghh.." desahan istriku tidak bisa lepas karena tersumbat
kemaluan Pak Gun. "Sshh ayo dong Mass, tuh suamiku udah masuk ke
istrimu.." Diana merajuk memancing sambil memutar tubuhnya untuk mengisi
vaginanya dengan penisku, tapi aku ingin posisi lain, kuingin melihat expresi
Diana saat pertama kali penisku memasukinya dan aku ingin mempermainkannya, aku
ingin menikmati desahnya, aku ingin merasakan hasratnya, aku ingin merengkuh
gairahnya.
Kami berubah posisi, dia duduk
sementara aku jongkok di depannya, sengaja aku tidak mau menjilati vaginanya,
karena tentu masih ada sisa sperma mertuanya. Posisi kemaluanku sejajar dengan
vaginanya, aku ingin untuk mamasuki dari depan untuk pertama dia merasakan
punyaku. Kusapukan kepala penisku di bibir vaginanya, terasa sedikit aneh
karena tidak ada bulu kemaluannya, kuusapkan di sekeliling hingga dia
menggelinjang kegelian tak sabar. Perlahan lahan kumasukkan kepala penisku ke
lubang kemaluannya very slowly, tapi dia sudah mulai menegang, didorongnya
tubuhku seolah menolak kumasuki, kutarik balik dan kembali kuusapkan di luar
vaginanya yang sudah basah.
Lagi kudorongkan pelan-pelan,
sedikit demi sedikit, Diana menggigit bibir bawahnya entah menahan sakit atau
menahan nikmat, kepala penis sudah masuk kutarik sedikit dan kumasukkan lagi
lebih dalam begitu seterusnya hingga separuh batang kemaluanku sudah berada di
dalam vagina Diana. Tangannya mencengkeram tanganku dan kepalanya menengadah
menjerit. "Aaahh shit, soo.. big, aahh ss.." desahnya. Tak kusangka
vagina Diana masih terasa sempit dan mencengkeram kemaluanku dari dalam,
mungkin karena dia ikut tegang. Erwin dan Papanya sudah berganti posisi, Pak
Gun sedang menyodokkan kemaluannya ke vagina istriku dan Erwin menggantikan
posisi Papanya to fuck her mouth.
Setelah tarik-dorong tarik-dorong
beberapa lama akhirnya semua kemaluanku bisa masuk ke vagina Diana, kudiamkan
sesaat memberi kesempatan padanya untuk menikmatinya. "Gila vaginaku
terasa begitu penuh menyentuh dinding dinding yang selama ini tidak pernah
tersentuh, yess I like it, aku akan merindukan saat saat seperti ini,"
katanya lirih memandangku dengan tatapan aneh.Perlahan mulai kutarik keluar dan
perlahan lagi kudorong masuk, sampai saatnya dia siap maka aku mulai mempercepat
frekuensi tarik-dorong semakin lama semakin cepat dan tambah keras, kuhentak
hentakkan pinggulku ke pinggulnya seolah menjebol seluruh dinding vagina dan
rahimnya.
"Aaahh.. Mass.. yess..
oohh.. god yess.." desah atau teriakannya memenuhi ruangan tidur. Tubuh
Diana menggeliat dan tangannya meremas tepi kursi atau rambutku, tiba tiba
kuhentikan gerakanku, dia melotot protes tidak mau kenikmatannya terhenti.
"Kamu suka?" bisikku,
sambil perlahan menggoyang-goyang pantatku.
"Yess.. lebih dari yang ka..
kamu ki.. ki.. ra.." desahnya.
Kutarik pelan penisku dan
kudorong cepat dan keras ke vaginanya, terus kuhentakkan lagi dengan kerasnya
seiring dengan teriakan desah istriku hingga akhirnya..
"Mass Shit! Diana ke.. lu..
aahh.." Diana teriak karena orgasme, kurasakan denyutan dan remasan di
vaginanya beberapa detik lalu tubuhnya melemas.
Bersamaan dengan teriakan Diana,
kudengar juga teriakan orgasme Pak Gun. Aku nggak mau melepaskan penisku yang
masih tegang dari vaginanya, kubiarkan dia melemaskan otot-ototnya sesaat, lalu
kugoyang kembali tubuhku perlahan untuk merangsang dia supaya naik lagi.
"Apa yang dilakukan suamimu
pada istriku?" bisikku sambil menggoyang-goyang, karena aku membelakangi
ranjang sehingga tak bisa melihat aksi mereka.
"Mas Erwin dan Papa
telentang sementara istrimu di atas penis suamiku dan sambil mengulum penis
Papa yang masih belepotan sperma," katanya agak terbata-bata di antara
desahnya.
"Lebih detail!" kataku
sambil menyentakkan doronganku ke vaginanya.
"Aaauuwww.." dia
menjerit karena tidak menduga akan aku perlakukan sekeras itu.
"Mas Erwin mengerjai istrimu
dari bawah, sekarang Papa berdiri dan meremas payudara istri Mas, dan Mas Erwin
mendorong lebih keras, aahh.. sshh.. terus Mas ya.. oohh God.. I love it,"
desahnya terus.
Kuganti posisi ke doggie, supaya
aku juga bisa melihat ke istriku.
Sekarang istriku ambil kontrol,
dia menggoyang-goyangkan pantatnya dan tubuhnya turun-naik sementara penis Pak
Gun sudah mulai tegang lagi berada dalam kulumannya.
"Sepertinya bapak-anak
begitu kompak," kometarku sambil kembali mengusapkan kepala penis ke bibir
vagina Diana.
"Mereka akan saling memberi
rangsangan secara tidak langsung, hingga bisa berlanjut bergiliran, aku tahu itu
karena pernah mengalaminya.. aauuwww.." katanya terputus ketika kulesakkan
penisku ke dalam dengan sekali sentakan, kemudian kudiamkan sesaat dan dia pun
diam tak bergerak.
"Terus?" tanyaku.
"Ya mereka bisa orgasme
bergantian dan saling mengisi, lebih sejam aku dikerjain kayak gitu sama mereka
sampai minta ampun, kecapekan dan cairanku habis karena terlalu banyak keluar..
sshh.." jawabnya sambil mendesah ketika kutarik dan kusentakkan lagi
hingga terasa kepala penisku menyentuh rahimnya.
"Percayalah, mereka tak akan
membiarkan istrimu beristirahat, apalagi Mas Erwin, kamu sudah ngerjain
istrinya pasti dia akan balas pada istrimu dan aauu.. ss.." lagi
pembicaraannya terpotong ketika kusentakkan bersamaan kutarik pinggulnya ke
arahku sehingga lebih masuk ke dalam, lalu secara simultan kudorong dan kutarik
dengan keras sampai kepala Diana digoyang-goyangkan, kupegang rambutnya sebagai
pegangan dan lagi kutarik-dorong dengan keras.
"Yaa aauu.. sshh.. teruss..
yess.. truss.. lebih kerass.." desahnya mulai menikmati permainanku.
Melihat istri atau menantunya
diperlakukan dengan kasar begitu ternyata Pak Gun maupun Erwin mulai berlaku
keras pada istriku and incredible thing happen, apa kata Diana benar adanya,
mereka begitu kompak. Istriku di telentangkan, kemudian mereka berdua menjilati
payudaranya masing-masing satu, kemudian Pak Gun merangkak ke selangkangan
istriku, dimasukkannya kemaluannya ke vagina istriku dengan kerasnya terus
langsung turun-naik dengan cepat, terlihat pantatnya maju-mundur dengan cepat secara
terus menerus, beberapa menit kemudian, mungkin akan keluar, dicabutnya
penisnya dari vagina istriku dan ternyata Erwin sudah siap menggantikan
posisinya, dan Pak Gun kembali mengulum payudara istriku selama Erwin mengambil
alih posisinya. Erwin melakukan hal yang sama hingga beberapa menit, lalu cepat
dicabutnya lagi dan digantikan oleh bapaknya begitu seterusnya sampai istriku
mengejang, mengerang, mendesah, menjerit, menggeliat, sambil meremas ujung
bantal, entah sudah berapa kali mereka bertukar bergantian.
Kemudian mereka membalik tubuh
istriku hingga posisi doggie, kembali Erwin mengambil peran pertama sementara
Papanya di kepala istriku menyodorkan penisnya ke mulutnya, kejadian tadi
berulang lagi dan lagi, entah sudah berapa kali istriku mengalami orgasme
diperlakukan secara bergilir dan simultan seperti itu.
Melihat istriku diperlakukan
seperti itu, nafsuku makin bergairah, kutegakkan badan Diana hingga berdiri dan
tangannya bersandar pada meja kerja, kupeluk dari belakang dan kuremas payudaranya,
dengan sedikit membungkukkan Diana kumasukkan kemaluanku ke vaginanya dari
belakang, dengan masih memeluk dan meremas payudaranya, aku mulai mengocok
vaginanya dengan penisku.
"Ouugghh.. yess.. fuck me
harder!" bisiknya.
"Yang keras!" kataku.
"Fuck me harder.. harder..
pleaasse.." teriaknya.
Tanpa menunggu lebih lanjut,
kunaikkan speed dan frekuensinya hingga dia mengerang dan kulepas pelukanku
untuk memberi kebebasan dia berekspresi. Diana menelungkup di meja dan kaki
tetap di lantai, tangannya memegang tepian meja hingga posisi pantatnya lebih
memudahkan akses masuk lebih dalam ke vaginanya, sungguh cerdik dia.
"Ooohh yess, harder.. yess,
faster.. ya ehmm, fuck me as you want," desahnya terus, sepertinya sudah
lepas kontrol.
Dengan cairannya, kumasukkan
jariku ke lubang anusnya untuk menambah gairah, ternyata dia menyukainya.
"Yess yaa teruss.. I like
it," kembali dia mendesah liar.
"Now, your turn!"
perintahku.
Kemudian aku kembali duduk di
tempat yang tadi. Diana membelakangiku dan mengatur posisi di pangkuanku,
perlahan menurunkan badannya hingga semua alat kemaluanku bisa masuk ke
vaginanya dan langsung menggoyang liar, terasa betul bagaimana kepala penis di
dalam menggesek dinding-dinding vagina atau mungkin bahkan rahim, begitu liar
as she never fucked before. Diana begitu histeris, entah sudah berapa kali dia
orgasme, beruntung dia begitu kompak denganku sehingga mau mengatur irama
permainan sehingga aku tidak sampai orgasme sebelum sesuai yang diinginkan.
Dengan posisi begini, kami berdua
bisa melihat ke arah ranjang. Istriku telentang di atas tubuh Erwin yang
mengocoknya dari bawah, sementara Pak Gun berusaha menjepitkan kemaluannya ke
payudara istriku, agak susah memang karena tidak sebesar punya Diana, tapi
sudah cukup untuk membuat beliau melayang, sesekali dimasukkan kemaluannya ke
mulut istriku, hingga kudengar teriakan beliau. "Shit I'm coming,"
yang ternyata tetap berada di mulut istriku atau istriku tak mau melepasnya.
Kemudian istriku duduk tetap di atas tubuh Erwin dan menaik-turunkan pantatnya
dengan cepat, tak lama kemudian Erwin pun kelojotan, orgasme. "Ouuhh
bitch!" teriaknya, tapi istriku tidak berhenti bergoyang hingga dia juga
ikut menegang, matanya memejam dan kepalanya digoyang-goyangkan ke kiri-kanan
atas-bawah tanda dia sedang orgasme, ternyata mereka bisa orgasme secara
bersamaan.
Diana sekarang menghadap ke
arahku karena, goyangannya makin liar hingga akhirnya aku tak tahan lagi,
kutumpahkan spermaku di dalam hingga menghantam dinding-dinding dalam
vaginanya. Bersamaan dengan denyutan keras meremas kemaluanku yang juga sedang
berdenyut, kami keluar bersamaan. Kutelentangkan dia di kursi, kumasukkan
kemaluanku yang berlumur sperma dan mulai melemas. Diana mengocok dan mengulum
kemaluanku hingga totally lemas, sehingga bisa masuk semua ke mulutnya.
Akhirnya kami semua terkulai
lemas, entah sudah berapa lama berlangsung. Kuajak Diana ke ruang tamu untuk
bersantai, kutinggalkan istriku yang terkulai di antara Erwin dan Papanya di
atas ranjang. Entah mereka masih bisa lanjut lagi apa tidak aku juga tidak
tahu. "Mas Erwin dan Papa kalau berdua gitu begitu kompak dan sama
gilanya, beberapa kali aku mengalami sampai minta ampun, apalagi waktu itu
masih bulan madu, meskipun aku nggak virgin tapi dikeroyok kayak gitu baru
pertama kalinya, ya kewalahan kan," katanya ketika kami sudah relaks di
sofa kamar tamu.
Sekitar jam 4:00 pagi, Pak Gun
meninggalkan kami berempat dan sempat pesan, "Tomorrow your wife still
mine," dia sempat tidur sesaat, kuajak Diana ke tempat tidur, ternyata
istriku sudah tertidur dipelukan Erwin masih dalam keadaan telanjang. Perlahan
kami gabung dengan mereka tidur di ranjang, bersebelahan, kudekap istri Erwin
dipelukanku dan kami pun tertidur.