Page Tab Header

Sunday, March 29, 2009

Cerita: Goyang Dombret



Goyang Dombret

Ada sebuah kantor di sebelah ruko aku tinggal. Kalau hari Sabtu, kantor itu setengah hari, setiap Sabtu selewat jam 2 siang selalu kedengaran music dangdut di stel dengan sangat keras dari kantor tersebut, dan baru berhenti Senin pagi saat kantor buka lagi. Bayangkan dari Sabtu siang sampai Senin pagi semua tetangga harus menderita dengan music kampungan yang disetel dengan volume super tinggi, siapa tidak jengkel. Banyak tetangga sudah complain tapi tetap saja dan berlangsung berbulan-bulan. Aku juga merasa jengkel karena kamar tidurku di lantai 3 bersebelahan langsung dengan asal suara berisik itu, terlebih diteras tempat biasa kami duduk cari angin atau menjemur baju. Pembatas di antara ruko kami dan kantor itu hanyalah tembok setinggi 80 cm, di atasnya kami meletakkan pot-pot tanaman kaktus. Pernah kami melihat penjaga kantor itu keluar menjemur pakaian, kadang ia pakai kancut atau berhanduk saja, tapi sebelum kami sempat menegur ia sudah menghilang, jadi kami sama sekali tidak pernah melihat wajahnya. Mungkin dia juga begitu beberapa kali melihat kami, takut ditegur atau dimarahi jadi ia langsung menghilang. Sabtu itu tempat tinggalku sangat sepi, karena semua pergi ke Bandung, kira-kira jam 3 siang lagu-lagu dangdut dengan volume keras mulai kedengaran, lagu sempat diulang beberapa kali. Aku sangat terganggu dan saking jengkelnya aku mengangkat pot kaktus dan melompati pembatas tembok. Tanpa permisi aku masuk ke dalamnya, jendela dan pintu lantai paling atas bangunan itu terpentang lebar, aku mengetok-ngetok pintu tak ada yang muncul. Aku yakin pasti sebentar lagi aku berantem dengan si penjaga penggemar itu. Melalui jendela aku melongok ke dalam, ku lihat seorang lelaki telanjang sedang relax setengah berbaring di atas kasur sambil memegang majalah mode, di sebelahnya tersampir selembar handuk kumal. Aku perhatikan lebih lama ternyata lelaki itu si penjaga kantor yang sedang membolak balik majalah, halaman demi halaman sambil meremas kontolnya. Ooh rupanya ia sedang masturbasi, jadi aku mengintip lebih lama lagi. Mungkin gambar yang dicari sudah ketemu, jadi tangannya mulai merancap, pelan-pelan dari genggamannya muncul kepala kontol yang semakin tegang dan semakin tinggi …....makin keras cong ! Rasa isengku muncul, aku mengetok jendela dengan keras dan pura-pura kaget melihat si penjaga itu. Betul saja, lelaki itu terlompat berdiri dari kasur, majalahnya di lempar ke lantai. Ia terkejut melihat aku tahu-tahu sudah berdiri di depan jendela, kontolnya yang lagi ngaceng berat seperti pentungan tak sempat ditutupi. Ia mau meraih handuk tapi tak sempat. Ia mau marah tapi rasa malunya lebih besar dari kemaluan. Aku akhirnya tertawa ngakak, niat sebelumnya mau berantem jadi hilang : “Eh Mas, siapa namanya…..kalau nyetel dangdut jangan kenceng-kenceng, orang ketok-ketok lama sampai nggak dengar !!” Si penjaga pelan-pelan meraih handuk dan secepat kilat melilitkannya ke pinggang, mungkin ia kesal denganku, niatnya mau ejakulasi nggak kesampaian…..bantat ! Karena lelaki itu diam membisu aku dengan berani masuk ke dalam sekalian : “Segini aja kalo dengerin lagu !...jangan nyetel gede-gede macem kondangan di kampung !” kataku, music dangdutnya aku kecilkan. “Siapa namamu ? nggak punya cewek ya ? ngapain malu ngocok ? gue juga tiap hari ngocok !” kataku lagi, mendengar aku juga sering ngocok lelaki itu jadi agak tenang : “Saya Jun….Junaidi, mas namanya sapa ?” ia menjawab dengan sopan, logat Sundanya sangat kental, tangan kanannya diulurkan mau salaman, tangan kirinya memegang handuk kuat-kuat, barangkali takut merosot. “Nama gue Iwan, mana majalah tadi ? majalah apa itu ?” tanyaku menyelidik. Junaidi membungkuk mau mengambil majalah, eh sial ……handuknya terlepas dan pantatnya yang hitam nonggeng kelihatan. Aku sekali lagi tertawa keras-keras, terpingkal-pingkal sampai jatuh di kasurnya yang dihamparkan di lantai. “Eh sini Jun, duduk aja sebelah sini, mana majalahnya, gue lihat !” Mungkin saking malunya si Jun nurut saja, ia duduk mengongkong di sebelahku sambil mengulurkan majalah. Ternyata majalah mode semacam Cosmopolitan, isinya cewek-cewek pakai bikini, namanya saja gadis model, mereka cantik-cantik dan berbody indah. Mungkin bagi Jun foto cewek-cewek di majalah itu sudah top banget, membuatnya terangsang, jadi aku menawarkan yang lebih merangsang “Jun, percuma ngocok cuman ngliat beginian, sambil nonton bokep lebih seru !” kataku sambil membuka halaman tengah, gambarnya lebih besar. Si Jun sambil cengengesan menjawab : “Saya nggak punya film begituan, kalo ada mah udah tiap hari si joni minta dielus” katanya sambil menunjuk dagingnya di balik handuk. Aku mendapat ide bagus, jadi aku menawarkan lagi sesuatu yang menarik : ”Gini Jun, lu cepet mandi sana, gue ambil cd gue, nyetel di sini bisa nggak ? khan pasti ada computer !” ujarku, Jun mengangguk setuju “tapi inget !....jangan dikocok dulu tool lu….mandi yang bersiiiiiiiiih banget, ntar gue cek ya, bersih nggak mandinya” kataku lagi, Jun mengangguk sambil mengumbar senyumnya. Aku melompat tembok, mencari-cari fleshdisc yang kusimpan di kamarku, isinya koleksi bokep………….. lengkap ! mau gaya apa aja ada, yang anak Bandung, anak SMA, anak STM, yang Melayu, India, Jepang, bule, sembarang ada ! Lantas aku cepat-cepat kembali ke sebelah, eh….sebelum lompat aku ingat sesuatu, aku masuk ke kamarku menyambar Citra body lotion. Secepat angin aku sudah mendarat di sebelah, kucari Jun…..”Juuuuun…..di mana lu ?”….teriakku “Eh di sini mas Iwan, masih handukan” teriaknya dari kamar mandi. Semenit kemudian ia muncul, dengan tenang ia melepas handuk dan memakai celana pendek, rupanya ia anti celana dalam. Ia memakai kaos singlet warna merah menyala, lantas ia bersisir, mematut wajah di cermin lantas berbalik menatapku. “Mana filmnya…..??” Di saat itulah aku baru menyadari, Jun tidak terlalu jelek, wajahnya memang pas-pasan, hidungnya pesek, mulutnya lebar, matanya kecil macam celengan. Meski kulitnya hitam kelam tapi dadanya bidang, perutnya kempes, lengannya berotot, pahanya apalagi, seperti tukang beca. Dengan tinggi kira-kira 165 Jun bukan lelaki yang terlalu jelek, saat ngaceng tadi terbukti kontol Jun termasuk lumayan, di atas standar rata-rata orang Jawa. “Ayo mas Iwan…..kita ke bawah, pengen cepet nonton nikh” ajak Jun sambil berjalan ke lantai 2. Layaknya kantor, ada sejumlah meja kerja dan kursi-kursi di situ, setiap meja dilengkapi computer, Jun menunjuk sebuah meja dan menarik sebuah kursi tak berlengan, sehingga kami duduk bersisian. Aku menancapkan fleshdisc dan memilih sebuah film anak Bandung. Jun kelihatan senang, ia duduk menyilangkan kakinya “Wuih….asyik nikh….coba dari dulu saya udah kenal mas Iwan, pasti nonton tiap hari nikh !” kata Jun sambil memukul bahuku. Film pendek itu kusambung dengan film berikutnya dan kupilih film yang lebih panjang, ku lihat reaksi Jun, duduknya sudah morat marit, kaki silang ke kanan silang ke kiri…..akhirnya Jun tanpa malu-malu bilang : “Waduh mas, udah naik banget nikh…..pengen dikocok…..biar enak “ Aku pura-pura memegang kontolku, “Iya gue juga udah ngaceng….ngaceng berat” kataku berpura-pura, lantas aku menurunkan celanaku ke lutut sehingga kontolku yang mulai ngaceng bisa dilihat si Jun……”ha…ha..ha…ha…..!!” si Jun tertawa, ia menyentil kontolku, “Ini juragan doyan ngocok juga ya” ia tertawa sembari menurunkan celananya “gede mana nikh, punya saya atau punya mas Iwan” ia mempertontonkan alat vitalnya “Wah….punya lu gede juga Jun, lebih gede dari punya gue, ini buatan Mak Erot ya ?” aku memuji dan pura-pura kaget “Ah….mas Iwan khan tadi udah ngintip, sekarang pake pura-pura kaget” kata si Jun sambil memukul-mukul punggungku. Melihat gaya si Jun yang sudah bebas, aku lantas melepas celana pendekku dan melipatnya di atas meja “Udah Jun lepas aja, kita mulai ngocok nggak usah malu-malu, ini kebutuhan jasmani” kataku lagi. Jun dengan relax melepas celananya juga, menyampirkan di meja dan duduk mengangkang, ia mulai meremas batang kontolnya sampai tegang dan berdiri abis. Aku sebetulnya ngaceng bukan karena bokep, tapi ngaceng memandang burung Jun yang lumayan besar, tapi panjangnya itu lho yang bikin aku nggak nahan. Sebentar-sebentar Jun mengempitkan kakinya, rupanya ia menahan ejakulasi, sebentar-sebentar ia berhenti mengocok. Aku memandang jembut Jun, gondrong nggak pernah dicukur, pahanya besar dan kuat, pantatnya saja begitu bohay. Imajinasiku sudah mantap, aku mengambil Citra dari saku celana di meja dan mengoleskan ke kontolku……rasa nikmat semakin kuat…..licin-licin geli membuat aku semakin bergairah. Aku menuang Citra ke tanganku, kursi Jun aku putar menghadapku dan …..clep…tanpa permisi tanganku meraup kontol Jun, Citra aku oleskan ke batang dan kepalanya :”Nikh biar lebih joss “ kataku sambil meremas dan sedikit mengocok kontol Jun……..”Aaaaaaah……hssss !” Jun mengerang, kepalanya menengadah. Tanganku kembali mengocok kontolku sendiri, Jun memandangku sambil mengocok kontolnya lagi “mas Iwan, tangannya enak, bikin lebih geli…..lebih enak daripada ngocok sendiri” kata Jun seolah-olah ia meminta aku mengocok kontolnya. “Jun, kalo mau lebih enak begini……” kataku sambil mengulurkan tangan, singletnya aku sibakkan, pentil Jun aku plintir lantas aku jilat-jilat, kontolnya aku pegang, kepalanya aku plintir, rasanya licin. Jun sendiri menjadi berdebar-debar, suara jantungnya terdengar kencang “Ya ampun……. Maaaaassss….uenaaaak baaaangeeeeeet……!” Jun meringkik, kakinya diluruskan ditarik diluruskan nggak karuan. Kepala kontol Jun aku plintir berulang-ulang kemudian aku kocok, batangnya aku remas-remas, mulutku mulai merayap dari pentil ke leher dan ke kupingnya, Jun meronta-ronta kegelian……”Iiiiiiiih…… iiiiiiiiiiiihhhhhh” lidahku menjulur-julur turun ke pentilnya lagi pindah ke perut, jembutnya aku aduk-aduk dengan mulut dan lidahku. Tanganku meremas-remas paha dan selangkangannya, Jun semakin blingsatan, kakinya menendang lantai, kursi kerja beroda itu bergerak tak keruan, maju mundur ke kanan ke kiri. Seperti orang bego aku mengejar kursi yang gentayangan itu, akhirnya Jun berdiri dan menubrukku……”Maaaaaaaaaasss ……… ng…… nnggg…… nggaaaaaa…..tahan la….llaaa…..laagggiiii nnnikkh” Jun terbata-bata hampir ejakulasi, aku buru-buru menangkap kedua paha Jun, mengemut kontolnya, menggerakan paha Jun maju mundur dengan cepat. “Uuuuuuuuuugggggghh……………uuuuuuugggghhhhhhhhh” Jun mengeluh panjang 2 kali sambil menekan kontolnya dalam-dalam ke mulutku……….creeeeeeeeett……….. crreeeeeeeeeeeeeeeeeeeet…… breeeeeeeet….breeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet !! airmani Jun menyemprot sejadi-jadinya dalam mulutku, rasa nikmat menjalar ke seluruh urat nadiku, kutelan kureguk airmani Junaidi sampai ludes,setelah itu kontolnya terus aku kulum dan klomot tanpa kulepas dari mulut. Jun meringkik sampai membungkuk ”geeeelllllliiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…….udaaaaaahhhh…… udaaahhhh….. geliiiiiiiiiii ! aku melepas kontol Jun dari mulut, meski sudah ejakulasi kontol itu belum lemas sempurna, itu tandanya Jun jenis lelaki yang kuat ngentot. Badan Jun merosot seperti orang sujud, nafasnya tersengal-sengal, aku melanjutkan masturbasi, alat vitalku semakin keras, aku mengocok dengan cepat sebelum gairahku lenyap. Jun berdiri menarik kursi dan duduk mepet di sebelahku, ia meninju lenganku : “gilaaaaa…….. enak banget……belon pernah kayak gini !!” Aku tertawa, aku menarik pahanya, tangannya aku arahkan ke alat vitalku : “Nikh sekarang gentian kocok….cepetan biar gue keluar juga !” Jun menepiskan tanganku : “Mbung ah……masih lemes banget gue !” katanya menolak, aku bujuk dia : ” Ayo Jun ntar gue kasih yang lebih enak, lu khan pasti pengen ngecret lagi….iya khan ?” kataku. Jun menjawab nakal : “Yang tadi aja enak banget….ada yang lebih enak ? ……beneran nikh mas ? mata Jun yang sipit jadi membesar dan melotot. “Bener deh …. Janji …..janji….” kataku sambil menunjukan jari telunjuk dan jari tengah. Aku ganti posisi, duduk menghadap sandaran kursi, Jun membelakangiku, sambil memelukku ia menaruh kepalanya di bahuku, tangannya mulai menggerayangiku, pentilku diusap-usap dan diplintir halus, sebelah tangannya mengocok kontolku. Rasa nikmat menjalar di tubuhku, hangatnya badan Junaidi membuatku lebih bergairah, gosokan tangan Junaidi dipentil menambah nafsuku lebih cepat menggelegak. Nafasku mulai memburu, tanganku mencekal paha Jun yang menjulur di sebelahku, hembusan hangat nafas Jun dan kocokannya yang semakin cepat akhirnya membuatku mencapai titik klimaks…… cccccrreeeeeeeeeeeeeeet ….. creeeeet…..creeeet !!!! spermaku meledak digenggaman Jun, kocokan Jun bukan berhenti tetapi semakin kencang, genggamannya semakin kuat….”Ooooooooohhhhh……Juuuuuuunnnnnn” aku menjerit kegelian…..rasa geli dan nikmat tiada tara membuatku bergidik, merinding. Aku melemparkan tubuhku ke belakang, terengah-engah dalam pelukan Junaidi yang segera mendekapku dengan erat. Dada dan perutku menjadi lengket oleh sperma, tangan kanan Junaidi berlumuran peju, kami berdiri sambil saling tersenyum, kami masuk kamar mandi. Acara mandi berdua menjadi saling bercanda : “gimana…..puas nggak ?” tanyaku pada Jun, ia memukul pantatku “nikh gara-gara ngintipin gue, jadinya kayak gini……puas donk…..tapi janji yang lebih enak mana ?” jawab Jun menagih janji. Aku tertawa, sambil mengelus burungnya yang mulai tegang aku bertanya lagi : “Nanti kalo kamu udah cobain bilang ya, suka yang tadi atau yang………..” dengan sabun kontol Jun kukocok supaya ngaceng poll ! tidak sampai semenit dikocok Jun mulai mendesah-desah keenakan, lantas aku menyabuni selangkanganku, kupeluk si Jun dan kontolnya kukempit diantara selangkangan. Aku sedikit lebih tinggi dari Jun jadi kontolnya mencapai posisi yang tepat, ia tidak perlu jinjit atau menekuk lutut. Sleeeep….kontol Jun terjepit dipahaku, aku mulai bergerak maju mundur perlahan, Jun memejamkan mata, mulutnya terbuka, tanpa sadar liurnya menetes. Kupeluk pinggul Jun, ku dorong ia maju mundur, lantas Jun memelukku dengan tangkas ia mulai bergerak maju mundur, kontolnya terasa hangat di selangkanganku, panjaang sehingga melewati pahaku, bahkan gesekannya terasa dipantat. Jun sungguh menikmati permainan ini, saking nikmatnya Jun menciumi leherku dengan gemas, memagut dan mengecup pipi, leher dan jakunku penuh nafsu, akhirnya bibir kami saling bertemu. Kami saling melumat dan mengadu lidah, saling gigit dan menyeruput…..oooohh indahnya bukan kepalang ! kontolku jadi ngaceng lagi, aku mendempetkan perutku serapat-rapatnya ke perut Junaidi, kontolku yang terjepit diantaranya mulai merasa geli dan enak. Tiada kata-kata terucap hanya saling menekan, menggesek dan bergoyang…terus bergoyang berpelukan berdekapan sambil melumat bibir, ngelomot lidah ganti berganti…….saling menikmati ! Gerakan Jun akhirnya semakin cepat, bibirnya melumat bibirku semakin cepat, lidahnya menari-nari di langit-langitku, dekapannya menjadi semakin kuat, nafas Jun memburu dan kontolnya menggesek pahaku semakin cepat, aku merapatkan paha kuat-kuat……Jun menekan tubuhku habis-habisan, kontolnya ditekan sekuat tenaga di selangkanganku dan……………….crrreeeeeeeeeeeettttttttt…..!!!!!! Jun ejakulasi untuk kedua kalinya, ngecretnya panjaaaaang !!! airmaninya menyembur dan belepetan di dinding kamar mandi…..tembakannya jauh !! Pahaku juga penuh dengan airmaninya, lengket dan membuat rasa licin, aku terus mendekap Jun sambil menggesek-gesekan perut, badan Jun kutekan kuat-kuat merapat di tubuhku, aku sudah nyaris ejakulasi. Nafasku kini memburu, Jun mengerti aku hampir ngecret, ia memelukku sekuat tenaga, menggesek kontolnya yang masih nyangkut di selangkanganku membuat aku semangat berjuang melepaskan pejuku…….rasa super nikmat membuat aku melayang dan memejamkan mata, kujulurkan lidahku yang langsung diklomot mulut Jun “hhhhhm……….!!!!!” Sambil merintih aku melepas pejuku……preeeeeeeeeeeeeeeeeeet…..preeeeeeeeet….dalam sekejab perut kami berdua menjadi licin, Jun menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, alat kelaminku terasa geli yang tak tertahankan……..”Oooooooooh…….Juuuuuuunnnnnn” aku melepas ciuman maut Jun, merintih keenakan sekaligus kegelian, Jun tidak juga melepaskan dekapannya, rasa hangat kontol Jun di selangkanganku membuat nikmatku tak kunjung hilang. Perlahan-lahan Jun melambatkan gerakannya, dan berhenti, kami masih berdekapan, merasakan degupan jantung masing-masing, saling meraba, akhirnya kami menutup persetubuhan kami dengan sebuah ciuman yang mesra. Kemudian kami mandi bersih-bersih, berpakaian dan naik ke atas. Aku membaringkan tubuhku di kasur Jun, lumayan bersih juga orangnya, ia meletakkan barang-barang di kamarnya dengan rapi. Sisirnya berbaris rapi dengan tempat pinsil, keranjang sampahnya dilapis plastic. Tanpa disuruh Jun mematikan lagu dangdutnya, sementara mataku memeriksa kamar, Jun menyiapkan roti berlapis mentega. Di luar hari sudah mulai senja, Jun menyalakan lampu, menghidangkan roti dan 2 cangkir Nescafe. Di atas kasur kami duduk berdua, mata kami sama-sama memandang majalah Cosmo, lantas kami tertawa berderai-derai “Gimana Jun ? enakan liat majalah atau seperti tadi ?” aku menggoda, Jun menggeleng-gelengkan kepalanya “Itu majalah juga banyak jasanya Mas” jawab Jun, aku tertawa lagi “Puas yang mana, yang pertama atau yang kedua ?” tanyaku, Jun meninju pahaku “Gila si Mas ini……dua-duanya puas….dua-duanya enak….dua-duanya belon pernah !” ia mengaku. Aku jadi bingung si Jun ini koq belum pernah main sex, ngumpet di mana aja dia selama ini ? dengan penasaran aku bertanya : ” Jun emang umur lu berapa ? masa iya belum pernah ngeseks ? kampung lu di mana ?” Jun terdiam sejenak, ia menunduk, pelan-pelan ia menatap mataku, lantas ia tersenyum “Saya mah udah 24, kampung gue di Girijaya, deket Sukabumi, dari kecil gue dikasih tau, ngeseks tukh bahaya ! jadi gue takut, lagian di kampung saya nggak ada yang nakal, nggak ada yang kayak gini !” jawab Junaidi sambil mencubit pentilku. Aku perhatikan si Jun kadang memakai kata “gue” kadang “saya” tandanya ia sudah mulai merasa bebas denganku. Aku mulai menginterogasi kehidupan si Jun “Hmmm….jadi lu puas nikh……..tapi lu suka nggak ? kalo nggak suka yaaa……nggak usah diterusin ! kataku, si Jun langsung menubrukku, tangannya dilingkarkan ke bahuku “ehhh…. siapa bilang nggak suka ? kalo boleh mah setiap hari Mas Iwan loncat tembok….. kalo perlu itu tembok dibongkar aja dah !” jawabnya memprotes “enak gila…..!!” jawaban Junaidi yang lucu membuat aku terpingkal-pingkal. Kami ngobrol panjang lebar, tak terasa semakin malam, aku belum menyalakan lampu rumahku. Aku menyuruh Jun ikut ke tempatku, ia turun ke bawah memeriksa pintu-pintu lantas mengunci lantai 3 dan sama-sama meloncati tembok ke tempatku. Setelah menyalakan lampu aku memasak makan malam, nasi goreng udang, aku mengambil botol wine yang masih setengah botol. Meja makan aku atur untuk 2 orang “Jun ayo makan, seadanya saja !” kulihat si Jun agak asing dengan nasi goreng model Cina “kamu mau kecap manis Jun ?” aku mencoba membuatnya senang “iya deh mas, saya biasa makan nasi goreng rasanya manis, nggak apa-apa khan ?” jawabnya sopan dan terus terang “Mas kalo ada sambal boleh juga !” sambungnya. Aku meletakan sambal Bali dan kecap manis di meja. Tak lama kemudian Jun kepedasan, ia langsung meneguk wine dari gelas, matanya melotot, bibirnya terkatup kaget…”apa ini Mas ?” mukanya kontan merah padam, supaya ia tidak kaget, aku menenggak isi gelasku sampai habis, menuangkan wine lagi di gelasku dan kuminum lagi. “Ini namanya wine, kalau malam gue biasa minum beginian, biar hangat biar romantic” ujarku. Jun berusaha mengendalikan dirinya, mukanya semakin merah, cepat-cepat ia menghabiskan nasi goreng nya, lantas ia memandang gelasnya lama-lama, mungkin sebetulnya ia tidak suka, tapi akhirnya gelas itu diraih dan diteguk sampai habis “minum beginian bisa mampus nikh gue” katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Aku tertawa “Jun lu kalo berani minum setengah gelas lagi ntar gue kasih yang lebih enak dari yang tadi……lebih enak….lebih gila !.....mau nggak ?” aku menantang. Jun memandangku lantas dengan penasaran ia bertanya : “lebih enak dari yang tadi…..gila ! ada yang lebih enak dari yang tadi ?.....ah Mas ini yang bener ? …..janji ? lebih enak ?.....janji ya….kasih gue segelas ! tapi bener Mas janji lebih enak ya !” aku tidak kuat menahan tawa, badanku terguncang-guncang melihat cara Jun bicara, rupanya ia sudah ketagihan seks ! “Jun, lu bener masih kuat nggak ? ntar gue udah siap lu nggak kuat nanjak !” tanyaku sambil tertawa, Jun menjawab dengan serius : “Ntar gue buktiin ya…..gini-gini gue biasa ngocok 3 kali berturut-turut, kalo lagi napsu sehari gue bisa ngocok 4 kali, pernah juga gara-gara ngintip gue ngocok 6 kali !” Sehabis makan aku mengajak Junaidi ke kamarku, kesetel bokep yang paling yahud, paling romantic dan paling seru di laptop. Aku tumpuk bantal dan bersandar di situ, kakiku mengangkang, sebuah bantal kuletakan di dada, Junaidi aku suruh meletakan kepala di atasnya. Aku mengelus-ngelus kepala Junaidi yang serius nonton bokep, tanganku mulai merayap ke pentilnya, aku ciumi rambutnya penuh mesra, bokep juga semakin seru ! kulihat celana pendek Jun mulai mumbul dan semakin tinggi. Kontol Junaidi jadi ngaceng dan semakin ngaceng, Jun mulai menyisipkan tangannya ke dalam celana, diremas-remas supaya semakin ngaceng. Tanganku juga semakin cepat memelintir dan mengusap pentilnya, Jun mulai mengerang-ngerang nikmat, tiba-tiba ia membalikkan badan “udah yuk telanjang aja, gue nggak tahan nikh pengen dikeluarin….hayu mas !” tanpa basa basi ia meloloskan celana dan kaosnya, telanjang bulat mengangsurkan kontolnya yang segeeeeerrrr dan ngaceng edan itu. Aku buru-buru melepas pakaian dan melalap kontol Sunda dengan lahap, aih rasanya memang menggemaskan, kepalanya aku sedot-sedot, lantas aku kulum-kulum dan kulahap kepala dan batangnya ke dalam mulut. Jun kusuruh merebah di kasur, aku menjilat kemaluannya tanpa malu-malu, kepalanya, batangnya, pelernya aku jilat sedot sepuas hati. Jun mengikik kegelian keenakan, tangannya mencabik-cabik badanku. Benar-benar kami bermain sesuka hati, ngeseks habis-habisan. Aku balikan badan Jun, pantatnya aku gigit-gigit sampai ia melejit. Lidahku bermain-main di bokong hitam mulusnya, tanganku menguak kedua belah pantatnya, aku jilati naik turun, duburnya aku kilik-kilik dengan jari, bijinya kujilati sampai ia mendesah kegelian, lidahku naik ke lubang duburnya, aku jilat dan mainkan lidahku mengilik-ngilik hingga ia melolong dan membanting-bantingkan pantatnya. Jilatanku semakin gila…..kujilat kujilat dan kujilat terus …..lubang duburnya basah oleh ludahku, mulutku menempel di lubang pantat itu dan kusedot sampai Jun meloncat dan membalikkan badan “Maaasss……gila lu…..geli banget tau….!” Nafasnya terengah-engah, tangannya memelukku, wajahku kini berhadapan dengan wajahnya, Jun mendekapku erat, ia menciumku berulang-ulang kontolnya menempel di perutku, hangat dan super keras ! Aku semakin bernafsu, lantas sekali lagi kubenamkan wajahku di selangkangannya, jembutnya yang lebat menyapu wajahku. Kuklomot kontolnya dengan irama cepat, lidahku terus bermain mengulum kepala dan batang kontolnya. Jun terpekik keenakan, kakinya bergoyang ke kanan ke kiri, ia mengambil bantal dan menutup mukanya :”Iiiiiiiiiiihhhhh…..iiiiiihhhhh” ia tak kuasa menahan geli campur nikmat. Begitu saja Junaidi sudah sempoyongan, aku meraih Citra dan mengoles seluruh alat kelaminnya, lantas aku kocok dengan genggaman kuat. Jun menggigil keenakan, kuoles anusku dengan Citra dan segera naik ke badan Junaidi. Kuarahkan kepala kontol yang sudah ngaceng luar biasa itu ke anusku …………… ”uuuuugggggh” aku tekan kepala kontol Jun sekuat tenaga supaya masuk dan bleesssssssss…..berhasil juga kepalanya masuk. “Aaaaaaaaaaaaaaaahhhh…!!!!” Jun menjerit kesakitan, kini ganti aku yang kesakitan, kontol Jun terlalu panjang, aku perlu duduk sejenak menetralisir rasa sakit di anusku. Tanpa sadar aku memainkan otot duburku sehingga kontol Jun seperti di kunyah-kunyah, Jun kini mulai merasa nikmat lagi, ia melempar bantal dan memeluk pinggangku, ia berusaha duduk sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya, aku mulai bergerak naik turun dan memutar pantatku. Jun langsung menggigit pentilku, mengisap pentilku seperti anak anjing kehausan, rasa nikmat luar biasa menjalar ke seluruh tubuh Junaidi. Ia meratap keenakan, bahuku digigitinya, leherku dijilat-jilat. Kami bersetubuh total !!!! Jun mulai mengimbangi gerakanku dengan penuh perasaan, tanpa mencabut alat kelaminnya ia membalik posisi, kini ia di atas, menguasai medan pertempuran, aku di bawah terima nasib sambil mengangkang. Jun dengan gagah berlutut mengangkat kedua kakiku, dengan wajah penuh nafsu ia menghujamkan kontolnya berulang-ulang, menarik menusuk memutar dan menggeolkan pinggulnya kian kemari. Betul-betul Jun merasa nikmat ! tiada suara yang keluar dari mulutnya, ia menengadahkan kepala sambil terus menekan dan menghujam alat vitalnya yang panjang bukan kepalang. Sesekali ia seolah nyaris mencabut kontol dari anusku, ketika tinggal kepala kontol di anusku tiba-tiba ia menghujam alat vitalnya sekuat tenaga sehingga seluruh batang kontol itu langsung tenggelam ke dalam anus. Rasa nyeri dan ngilu di anusku menjadi rasa enak yang tak terkatakan, meski merinding dan menggigil tapi aku menyukai sodomi sodokan miring ! Aku memain-mainkan pentilku sendiri menambah rasa nikmat yang menggelora. Jun menusukkan alat vitalnya sepuas hati, aku yakin ia belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini, aku yakin ia merasa happy ! Alat kelamin Jun terus maju mundur mendesak lubang anusku, iramanya cepat dan semakin cepat, keringat Jun mulai membasahi tubuhnya, kini lidahnya mulai menjulur, kontolnya semakin bergairah, rasa hangat dan nyeri di anusku semakin menjadi. Jun hampir sampai ke puncak, ia memeluk kakiku erat-erat, gerakannya semakin gila, semakin cepat dan tanpa ampun ia menghujam memekku semakin ganas. Tiba-tiba Jun melotot, lantas memejamkan matanya lagi ia mulai mendengus, mendesis-desis, keringatnya bercucuran……kakiku digigitnya…….kontolnya semakin ganas dan ganas. Jun semakin membungkuk dan aku terpaksa melipat perut…..”Ooooooohhhh……ooooooh” aku menjerit menahan gempuran alat vital Junaidi, lubang anusku terasa panaaaaasss, otot cincinku berusaha menahan nyeri, jepitan anusku membuat lubang semakin sempit. Kontol Jun terasa menggesek dinding anus lebih ketat, aku tak kuasa menahan kenikmatan, tanganku segera merancap kontolku kukocok secepat-cepatnya dan sebentar saja aku ejakulasi…….!!!!! Air maniku menyembur membasahi tangan dan perutku “Uuuuuuuuughhhhh !” aku melenguh keenakan duburku turut merayakan ejakulasiku, bibir anusku bersorak-sorak kegirangan sehingga seperti mpot-mpot ayam, akibatnya Junaidi merasa lebih nikmat lagi ! bahkan super nikmat ! Batang kontol Junaidi tidak kuat menahan permainan lubang dubur yang menyedot-nyedot itu. Jun akhirnya melolong panjang sambil menekan kontolnya dalam-dalam “Aaaaaaaaaaagggghhhhh………….aaaaaaah!!!!!! Maka muntahlah lendir-lendir kenikmatan dari kepala kontol Jun, lendir itu seperti ledeng bocor di dalam anusku, batangnya terasa berdenyut-denyut, hangat. Kukerahkan segala kekuatan supaya ototku mengunci kencang alat vital lelaki Sunda itu. Tanpa sadar Jun menekan tubuhnya semakin rapat ke pantatku, alat vitalnya terasa menembus sampai jauh ke dalam perut. Jun limbung ke kiri, terengah-engah penuh keringat, kontolnya yang panjang masih menancap di dalam lubang kenikmatan. Ia memelukku yang tergolek miring, kami berdua kepayahan setelah melampaui perjalanan panjang ke puncak kenikmatan. Beberapa menit kami dalam posisi demikian, perlahan-lahan aku melepaskan alat vital Jun, aku menyeka peju yang meleleh dari lubang pantatku. Handuk besar alas persetubuhan kami segera kutarik. Junaidi hanya merebah pasrah saat aku membersihkan alat vitalnya, setelah semua bersih aku mematikan lampu dan membaringkan diri berdempetan dengannya. Jun mengulurkan tangan, meraih bahuku, ia mencium bibirku lamaaaa sekali. Kemudian sambil mendekapku ia berbisik : “betul-betul puaaaaassss….. eeenak……enaak bangeeeeet, tiga-tiganya enaaaaak, pantat lu enak banget” Jun mencubit pantatku mesra. Kami berpelukan sampai pagi, ketika bangun Jun mengedipkan mata, ia mengarahkan tanganku ke alat vitalnya yang sudah tegang ! “isap donk !” katanya manja, jadi pagi-pagi aku sarapan kontol Junaidi dan minum juice sperma !.......betul-betul

Thursday, March 26, 2009

Cerita: Ayah-Ku



Ayah-Ku


Umur aku 18 tahun, aku berjalan kaki keluar. Hanya berbekal kan sehelai baju dan perkakas lain, aku cepat-cepat keluar lari dari rumah emak. Emak menjerit kepada ku dan memarahi ku. Kemarahannya tidak boleh di bending lagi. Ibu menghalauku keluar dari rumah dah tidak balik lagi. Hari itu bermula dengan sgt mudah. Aku masih, di bulan January di tahun 200x, aku bekerja di Pasaraya. Aku bekerja sekadar untuk menghilangkan kebosanan di rumah. Dari aku mendengar leteran ibu, baik aku bekerja. Kawan baikku, Aiman, juga bekerja bersama. Selalunya shif kami berakhir pukul 8 malam. Seperti biasa, macam setiap hari, Aiman dan aku akan lepak di parking lot dan Aiman akan hantar ku ke rumah. Aiman ada keretanya sendiri. Aku yang di besarkan oleh ibu tunggal hidup hanya cukup-cukup sahaja. Emak dan ayah aku dah bercerai ketika aku berumur 4 tahun dan sejak itu aku tidak pernah melihat ayah. Emak melarang aku berjumpa ayah. Tetapi sejak kebelakangan ini, aku ada terdengar berita pasal ayah. Aku rasakan ayah hidup selesa. Aku tak pernah tahu apa yang ayah buat dan aku tak pernah ada perasaan ingin tahu. Aku tak pernah berjumpa ayah, jadi aku tak pernah rindukan ayah. Emak bekerja di kilang berdekatang. Emak bekerja sebagai supervisor dan selalunya kerja hingga lewat malam. Masuk kerja pukul 2 ptg balik pkl 12 malam. Di sebabkan ini, aku selalu lepak dengan Aiman. Kami berdua 18 tahun, dan walaupun duduk di rumah, tp agak terbiar tanpa emak ayah. Satu hari, Aiman beli DVD dan bawa ke rumah aku. Aiman pernah je buat sebelum ni. Sambil tonton DVD, kami minum beer dan tengok blue film sebelum Aiman balik ke rumah. Selalunya bila tengok porn, kami akan rasa gersang dan kami akan melancap bersama. Tapi hari ini berbeza. Aku mendapatkan beer sambil Aiman set up DVD. Ketika aku sampai ke ruang tamu, Aiman dah tidak pakai seluar sambil duduk tersandar di sofa. Aku hanya tergelakkan Aiman sambil menanggalkan baju. Mata kami tertumpu pada movie yang dipasang oleh Aiman. Awek dalam movie tersebut hanya pakai short pendek dan bercoli dan lelaki dalam movie tu tak berbaju dan hanya berseluar pendek khakis. Ketika couple tersebut start to make love, tiba-tiba seorang lelaki tegap sedikit berumur masuk ke dalam bilik dan menjerit “Woi, Apa yang kau buat dkt bini aku?!!”. Lelaki muida terlalu takut dan cepat2 mencari bajunya. “Mane kau nak lari” ujar lelaki tegap itu sambit mencekik dan menolak ke bawah. “Kau nak fuck, eh. Skrang kau kan kene fuck dan bini aku akan tgk macm mana aku fuck kau, bithch” Aku yang menonton aksi ni terperanjat. Aku tak pernah tengok blue film bi. Movie ni agak ganas, Aku lihat Aiman, dia dah siap mengurut konek 7 inci nya. Aku memang sentiasa suka melihat konek Aiman, Konekku yang hanya 6 inci dan tidak sebesar konek Aiman. Apa-apa pun, Aiman tengah gersang. Aku tanya dia kalau dia bi, dah dia tidak menjawab. Kami sememangnya best friend, dan feeling aku kepada Aiman lebih dari kawan. Aku memberanikan diri dan entah dari mana perasaan berani ku untuk menyentuh kawan baik ku sendiri. Dalam beberapa ketika, kami sudah berpelukan. AIman menjilat setiap inci tubuh ku. Dari ketiak sampai la ke lubang bontot. Aku rasa kan Aiman ingin kan sejak dulu macam Singa yang kelaparan yang baru dapat makanan. Aky berhati2 tp tetap gersang. Pada ketikanya kami dalam position 69 di tengah ruang tamu, bogel. Aku puas.

Dan ketika pintu rumah terbuka luas, emak ku di muka pintu. Emak balik awal kerana todak sihat. Aku tak tahu macam mana emak boleh sakit. Semuanya berlalu begitu pantas. Aiman terus memakai baju dan keluar dengan cepat. Tapi kemarahan emak hanya utk aku bukan Aiman. “Kau ni memang produk bapak kau yang tak guna. Tak kesah la macam mana aku besar kan kau, semua bende buruk bapak kau, kau dpat. Keluar kau dari rumah ni!! Anak tak guna!” dan emak terus membebel. Dari saat itu aku tinggalkan rumah. Emak hanya benarkan aku bawa sedikit barang dan gesa aku keluar. Emak membuang aku dan tak mengaku aku anak. Yang bagusnya, savig aku dalam nama ku. Jadi aku ada duit sendiri. Ada la sedikit, cukup untuk aku hidup.

Ketika aku berjalan, aku keluarkan handphone ku dah terus menelefon Aiman. Aiman menjawb “Bro, Lu cam mane?, ok?” “Okay la Aiman aku cool je, tp aku nak pergi. Emak aku halau aku dari rumah. Aku dekat dgn kebun getah ni, tatau mana nak pegi” kata ku “Lepak bro, aku pegi amik kau. Jap, kau lepak je la rumah aku” ujar Aiman. “Tak payah susah2 la Aiman” jawab ku. “Dah, aku dah on the way ni” Aiman terus letak phone. Seberapa ketika, aku nampak kereta proton saga Aiman, “Wei pukimaj, mane kau nak pegi?” Ujar Aiman dan terus menyuruhku masuk ke dalam kereta. Malam itu aku lepak dkt rumah Aiman. Sampai di bilik Aiman, aku terus tidur. Aku bagitau Aiman, apa plan aku esoknya. Pagi tu, matahari cukup terang. Dalam pukul 8 aku bangun dan buka mata ku dari tidur. Aku pandang Aiman, yang dah tanggal boxernya malam tadi tidur tanpa seurat benang. Memang pemandangan yang indah di waktu pagi. Aku dapat melihat koneknya yang keras di bawah selimut. Aku sabra kerana ada benda lebih penting yang perlu ku lakukan. “Puki, bangun la, dah siang ni” kejut ku. Aiman bangun dan buat muka sambit menyalakan rokok Dunhillnya. “Weh, ada cara baik punya nak kejut aku” kata Aiman sambil memicit koneknya yang tengah keras. “Serius bro, on cepat laptop kau, aku nak check something” ujar ku. “Lekk, apsal nak cepat sangat. Boleh lagi sambung tidur ni” Aiman cuba melengahkan ku. “Aku nak carik bapak aku” tegas ku. “Apsal tak bgtau awal-awal. Itu ke yang kau nak buat, pergi rumah ayah kau?” tanya Aiman. “Yup, kite try tgk. Kalau dia terima aku macam ni, aku pun tak tau sangat pasal dia. Tp emak aku selalu cakap yang dia tak suka aku sbb aku ni serupa ayah aku. Maybe ayah aku cool kot” balas aku. Aiman setuju dengan aku. Lalu kami bingkas bangun dan terus ke bilik air untuk mandi. Kitorang mandi berdua dan kitorang gunakan masa yang singkat ini utk bermain bersama. Main lancap sama dkt bilik air antara 2 orang best friend. Lepas mandi, kami ke dapur minum milo sarapan. Ayah dan emak Aiman tidak ada di rumah, bercuti ke Langkawi katanya. Kitorang terus bergerak untuk menjaya kan misi mencari ayah aku. Tak ku sangka, misinya cukup senang. Aku Cuma menaip nama ayah, tak tau kenapa aku tak pernah teringin search sebelum ini. Mungkin perlukan alasan macam sekarang. Tekan sahaja search, keluarla nama dan alamat ayah. “Weh, dekat je rumah dia” kata ku. Rumah ayah hanya beberapa kilometer dari rumah. Aku selalu sahaja melepasi alamat itu.

“ye la bro, dkt situ ada 2-3 rumah je dkt jalan tu, bile kau nak pegi?” tanya Aiman. Ia berlalu terlalu pantas, aku terkesima. “Aku rasa masa yang terbaek sekarang, ape kate kau? Jawab aku. “No problem, untk kau, ape-ape je. Skrg dah pkl 10, kalau gerak sekarang, pkl 10.30 sampai la” ujar Aiman. Seperti yang dirancang, kami terus bergerak ke alamat yang aku dapat sebentar tadi. Setibanya aku di pagar rumah tersebut, aku terus membuka pintu pagar. Kitorang terus berjalan sampai la ke satu rumah yang agak lama. Rumah itu agak lama dan nampak macam ada renovation hendak dibuat. Ada kolam di tengah halaman dan pokok dan semak. Nampak macam rumah yang agak terbiar. Aiman memberhentikan keretanya, dan aku terus keluar. Aku terus berjalan ke pintu rumah. Pintunya berwarna merah tapi kian pudar dan makin rapuh. Aku pun menekan loceng rumah, tapi taka da yang menjawab. “ada sapa dkt dlam” aku menjerit dgn harapan ada org yang akan jawab. Dari dalam, aku terdengar org lelaki menjawab “Kejap, aku datang”. Dan pintu itu dibuka. Seorang lelaki yang hanya memakai seluar pendek, dengan body yang muscular di sebalik pintu. Ternampak peluhnya yang merembes keluar dari badan yang penuh dgn muscle itu. Pastinya lelaki ini dalam lingkungan 30an. Bila aku lihat wajahnya, aku hamper-hampir terperanjat. Padanlah, emak cakap yang aku ingatkan dia pada ayah. Rupa yang sememangnya serupa tp sedikit tua dan berjambang. Lelaki itu agak bingung, dan melihat ku dan tanya kana pa tujuan ku. Tiba-tiba dia bersuara, “Amir, amir, ini amir? .. dia terus pegang tangan ku dan terus memeluk ku. Satu pelukan paling kuat aku rasa kan. Aku terdengar ayah menangis “Ayah igt ayah takkan jumpa kau lagi Mir, lepas berapa lama…” Masih terkejut dgn apa yang berlaku, aku hamper terlupa dgn Aiman. Aiman masih di belakang, melihat dengan senyap

“Ayah?” aku dengar ayah, tetapi masih terkejut. Dia kenal siapa aku dan masih memeluk ku. Ayah memberitahu yang dia rindukan aku selama ini, dan aku pun memeluk ayah. Aku dapat rasakan muscle-muscle ayah. Peluk ayah yang merembes terkena pada baju ku. Bau peluh jantan ayah sangat kuat hingga menusuk hidung. Aku sukakan bau ayah. Ayah mesti baru lepas workout. Aku dapat bau ketiak aku. Aku tak kesah, tak kesah bahkan aku sukakannya/ Ayah melihat ku dan aku lihat ayah. “Ayah seakan tidak percaya yang aku di hadapannya. “Betulke amir ni, tapi kenapa kau kat sini Mir, ape buat kau datang sini” tanya ayah. Aku masih tidak dapat berkata-kata. Tiba-tiba Aiman bersuara “Emak Amir halau amir keluar” “Emak halau kau keluar amir, kenapa? Minta maaf ya, ni kawan amir ke?” tanya Ayah. “Ya uncle, saya Aiman, kawan baik amir. Amir suruh saya bawakan Amir ke rumah uncle. Harap pakcik tak kisah” AIman berkata-kata. “Terima kasih banyak Man, dan terus bersalam. Ayah lantas menyuruh Aiman pulang dan terima kasih dgn Aiman. “Cuba kau cerita dgn ayah kenapa kau dkt sini Mir, bagitau apa yang terjadi” Ayah masih dgn seluar pendeknya yang sgt ketat. Untuk yang berumur 30an, ayah seorang yang sasa. Dada bidang, pinggang kecik, peha besar dan kaki yang cantik. Yup ayah berkaki ayam. Ia mengambil masa utk aku melihat keadaan rumah. Ruang tamu nya agak besar tp tidak penuh dgn perabot dan agak berselerak. Aku terus berjalan sampai ke dapur. “Ayah beli rumah ni dalam 4-5 tahun lepas” kata ayah. Di ruang atas, ada meja dgn computer, kerusi sofa kulit, tv skrin besar dan satu bilik di bawah penuh dengan alatan gym seperti dumbbell dan sebagainya. Ayah mengajak ku duduk di atas sofa “Duduk mir, kau nak minum? Ayah tak ada byk minuman, hanya air kosong & beer” ayah melihat ku dan terus berkata “kau pun dah besar panjang, ayah open beer utk kau” Ayah terus ke dapur dan bawa beberapa botol beer. Rumah ayah agak nyaman walaupun tanpa aircond. Ayah duduk di kerusi sofa kulit yang satu lagi dan menghulurkan beer kepada ku. Kami terus minum dan aku berkata “ Amir harap, ayah tak kesah kalau Amir ddk sini sbb Amir tak tau nak pergi mana” “Amir, ayah tak kesah. Lagipun, sejak kau umur 18 ayah memang nak ambil kau, tapi ayah segan” jawab ayah Aku hanya memandang ayah dah terus memandang. Lepas kami berbual panjang penuh dgn emosi, aku tak tau apa yang aku ingin kan dari ayah. Apa yanh aku nak ialah aku ingin kenal siapa ayah aku. Aku inginkan ayah. “Ayah, Amir nak duduk dengan ayah!” Ayah melihat ku sejenak dan berkata “Ok, tapi ada sikit masalah yang nak selesaikan. Kau tengok rumah ni kucar kacir dan tak semua bilik boleh guna. Ayah tak ada katil extra, tapi ayah ada king size bed dlam bilik awak. Kau tak kesah share dgn ayah? Siap ayah renovate bilik tetamu, kau tidur situ. Buat masa ni, kau okay share bilik dgn ayah? Tanya ayah. Apa, aku kena kongsi bili dgn ayah? Kenapa berlaku begitu pantas? Tp aku tak ada byk pilihan. “Ayah berdengkur kuat tak?” tanya aku kepada ayah. Ayah tergelak “Mungkin tak seteruk kau, Amir” ayah memegang bahuku dan peluk ku sekali lagi. Ini akan menjadi adventure utk aku.


"Amir, ayah nak mandi dulu, lepas tu ayah try carik apa yang blh ayah pakai. Biasa nya ayah tak pakai apa2 bila tidur… tapi ayah fikir ayah kena pakai” kata ayah ketika bangun/ “Ayah, sama la. Amir ada shorts tp Amir jenis tak pakai underwear. Jadi short je la”. “Cun la tu, ayah rasa kita sama je” ayah gelak dan berkata “Abes kan beer tu dan relax, ayah mandi tak lama”. Aku terima kata ayah dan segan disebabkan aku ayah kena mandi. Bau peluh jantan ayah buatkan aku rasa seronok. Tp utk kebaikan bersama juga. Lagi pun tidur sekatil juga pun. Sebaik sahaja aku habiskan beer, awak datang dgn seluar pendek lain. Agak longgar dan panjang sikit dari yang dipankai tadi. Ayah ada beer yang lain di tangan nya. Hari semakin petang. “Amir, ayah ada daging burger dalam friend. Kita makan je burger tu dan beer je la. Kalau amir okay” kata ayah. “Amir okay je. Umm, ayah selalu kerja bila?” tanya aku. “Ayah kerja dari Isnin sampai Jumaat, Mir” jawab ayah. “Jom ke dapur, ayah masakkan burger” ajak ayah. Aku memang berasa lapar dan beer dgn burger memang sedap. Ayah tunjukkan jalan ke dapur dan sambil ayah menyediakan makan malam, ayah bertanya “Kau okay nak cerita apa yang berlaku, Amir?” Aku ingatkan ayah lupa. Aku nak ceritakan tp akut ak sanggup. Aku nakkan clearn record dgn Ayah. Aku malu and mungkin aku ceritakan padanya nanti. Hari terus berlalu. Kami hanya relax di rumah dgn shorts, beer dan burger. Aku tanyakan ayah banyak soalan berkaitan ayah. Dalam pkl 9 malam, handphona aku berbunyi. Mesej dari Aiman “Sema okay?” Aku reply dan ayah melihat gelagat ku. “Dari Aiman ke?” tanya ayah. “Yup, ayah. Dia tanya semua okay ke..” balas ku. “Amir, ayah nampak kau macam mengantuk je, mata nampak berat” tanya ayah. “Yeah, Amir rasa amir tak cukup tidur semalam dgn berbotol beer, berat mata Amir” jawab ku. “No problem, Amir naik atas bila-bila je Amir nak. Ayah tak nak tidur lagi , selalau tidur dalam pkl 12 tp tak semestinya Amir kene stay up” kata ayah. “Ayah, tak kesah ke kalau Amir nak mandi?” aku minta izin ayah. “Sure, jom ayah tunjukkan bilik air. Aku tunjukkan master bedroom dan aku dapat rasa kan perbezaan antara bilik ini dgn ruang yang lain. Semua perabot moden. Bilik juga cantik dan juga bercat cantik. Di satu sudut, pintu ke bilik air. Bilik air nya besar, tp tidak berpintu seakan seluruh dinding dirobohkan. Tetapi bilik air nya sangat cantik. Aku kagum/ Ayah tergelak melihat reaksi aku. “Ayah buat bilik sebelah jadi bilik air sbb bilik air asal kecil. Bilik air ni blh masuk dari luar, pintu asal bilik tu jadi pintu bilik air” kata air. “Wah, hebat betul” kata ku. Aku melihat sekeliling dengan penuh kagum. Walaupun ayah tinggal seorang tapi sgt grand. “Okay, ayah biarkan Amir. Semua ada dalam bilik air. Sabun, towel semua ada dalm blik air. Kalau kau nak apa-apa, jerit je. Nak ayah bawakan baju sekali?” tanya ayah. “Thanks, takpe la ayah. Amir pakai balik shorts ini. Baju Amir basah dgn peluh, so nanti Amir macam ayah je la” aku gelak. “Ayah okay je. Ayah pun tak kesah sgt pasal baju dkt rumah. I akan biasakan pakai short dkt rumah.” Ayah juga gelak dgn aku. Apa yang aku fikirkan ialah Ayah aku yang handsome jalan bogel dalam rumah. Damn! Ayah pergi, dan aku dengar pintu bilik tertutup. Aku terus ke bilik air utk mandi. Dalam bilik air, ada shower, bath tub besar. Shower bilik air ni tak ada pintu. Aku tanggalkan pakaian ku dan terus mandi. Sesudah mandi, aku terus mencapai short dan turun ke bawah cari ayah. Aku ke dapur dan ayah di situ. Aku tengok apa yang ayah lakukan “Best mandi amir?” Sapa ayah. Ayah sedang buat supper untk aku, dengan roti bakar kerana risaukan aku lapar. Aku habiskan roti dan air dan kami sambung berbual. Sedar-sedar, jam dah tunjuk pukul 11. Mataku sangat menagntuk dan apa yang aku nak ialah tidur. Aku terus bangun dan beritahu ayah yang aku nak tidur dulu. “Selamat Malam Ayah, terima kasih for today!” ujar ku. Aku ke bilik tidur dan terus ke katil. Short yang aku pakai tak selesa di buat tidur dan aku terus tanggal. Lagipun aku tidur dgn selimut dan ayah pun jenis tak kesah apa yang aku pakai so okay la. Aku jatuhkan kepalaku ke bantal dan terus tidur nyenyak. Aku hanya sedar bila matahari dah meninggi. Matahari bersinar terang dan lagipun bilik ini byak tingkap. Tiba-tiba aku dengar bunyi orang berdengkur. Tak kuat tapi dengkurang yang perlahan. Aku lihat ayah masih tidur memandang sebalik aku. Selimut ayah sudah terjatuh dan menampakkan belakang ayah. Dapat ku lihat rekahan bontot ayah yang terdedah. Belakanag ayah dan bontot ayah sangat pejal dan bermuscle. Pemandangan yang indah di waktu pagi tapi masalahnya batang aku sudah mengeras. Aku cuba utk bangun perlahan ke bilik air tanpa ingin kejutkan ayah. Kesian ayah, nampak penat. Bila konek keras masalahnya bila nak kencing. Aku gersang. Aku start melancap konek ku yang masih kesar. Aku bangun melihat diri ku. Aku bau badan ku sendiri. Rasa sedikit masin. Aku kuatkan lancapan ku dan tidak lama, terpancut. Aku pancut lantai toilet. Aku lihat kembali ke cermin dan aku nampak ayah berdiri di pintu bilik air sambil menyandar di dinding sambil tangan nya di koneknya yang separuh keras. “Wah, hebat kau Mir. Bagus buat bila bangun. Harap ayah tak ganggu” “Err, tak la.. Sorry Ayah” maafku “Ape nak sorry2 pulak, tak payah la.” Ujar ayah. Aku tak tau macam mana nak sembunyi lagi. Aku cepat2 bersihkan lantai dan terus kencing. Awak balik ke bilik tidur. Lepas aku selesai, aku ke bilik untuk menggapai short dan ayah baring di atas kati sambil melancap dgn tangan kanannya. Ayah sedar aku datang. “Sorry Mir, lepas ayah tengok kau lancap tadi ayah rasa ayah patut jugak, kau tak kesah Mir?” Kata ayah. “Umm, tak la Ayah, Amir nak amik shorts je. Sorry ye” Aku terus ambil short dan keluar bilik. Aku tak kesah apa yang ayah buat. Tp masalahnya buat konekku keras balik. Keras sebab ayah sendiri. Macam mana aku nak explain nanti

Aku di dapur untuk buat air milo buat sarapan hanya berselaur pendek. Ayah kemudian jalan menuju ke dapur, katanya baru lepas mandi. Aku berpaling ke arah arah sbb nak cakap “Selamat Pagi” dan aku tergamam. Ayah masih bogel macam baru lahir. Aku terperancat dan ayah terus berkata “Sorry Amir, lepas tadi ayah rasa amir tak kesah kalau ayah terus macam lifestyle ayah. Kalau Amir tak selesa, ayah pakai shorts”. “Err, takpe,takpe. Tak kesah la ayah. Amir cuma tak biasa sahaja. Ayah kena igt amir duduk 18 tahun dgn emak. Marah dia kalau amir tak pakai baju dekat rumah.” Ujar ku. Ayah dengar kata-kata ku, Tak disangka, ayah jalan ke arahku dan terus memelukku dengan erat. Walaupun ayah dah mandi, bau natural ayah masih kuat. Aku seakan khayal. Ayah berkata “Ayah faham amir, Ayah akan ambil shorts dan t- shirt utk ayah pakai”, ayah pergi tapi aku stop ayah. “Tak la ayah, ni rumah ayah, Amir ni tetamu. Amir akan ikut cara ayah” kata ku. Ayah mengangkat keningnya ketika aku tanggalkan butang short ku dah biarkan londeh di atas lantai. Masalahnya, konekku separuh keras hasil pelukan ayah tadi. Ayah lihat ke arah konek ku. Buatkan situasi makin buruk dan aku terus menoleh utk sambung buat milo aku. :Amir, ayah kagum. Ayah taknak buat kau tak selesa dan ayah harap kau jujur. Kalau kau ready cerita hal sebenar nanti” kata ayah. “apa maksud ayah. Jap, milo dah siap. Mari amir tuangkan, kita minum sama sambil bogel,” aku gelak dan ayah join sama. “Best jugak bogel ni kan ayah, lagi-lagi cuaca tengah panas macam sekarang” kata ku. “Bogel ni mmg la selesa, rasa freedom” ujar ayah sambil mencapai cawan milo yang aku buat sebentar tadi. “Ayah rasa kau tak banyak experient Amir. Tu yang ayah nak cakap. Ayah nak cakap, Ayah ni bukan la alim sangt macam ustaz” gelak ayah.

-----

Sekarang aku hanya tinggal dengan ayah. Emak sudah lari ke rumah teman lelakinya.. Bosan katanya duduk di rumah dengan orang yang tidak kaya harta. Emak nak kan seorang yang kaya, yang boleh memberi intan, emas, berlian, dan semua kemewahan kepadanya. Aku pada mulanya tak mengerti. Tetapi ayah biasa sahaja.


Ayah seorang yang berumur dalan 37 tahun, contractor elektrik utk perumahan di bandar. Ayah bekerja sendiri, so dia la kuli, dia la boss. Rambut ala-ala army, badan tough, dgn muscle dan agak well built. TInggi ayah dalam 175 cm. Nama aku Johan dan aku atlet kolej. Sejak emak keluar dari rumah, ayah dan aku jaga satu sama lain. Jaga makan minum masing2. Ayah tak kesah nak carik girlfriend baru, mungkin busy dengan kerja. Ayah dan emak dah selesai bercerai dalam hujung tahun lepas, dan emak tak kesah kalau aku tinggal dengan ayah. Mungkin emak gembira dengan boyfriend barunya.

Ketika emak tinggal kan rumah, aku sedar sesuatu berkaitan perasaan aku. Aku rasakan aku lebih suka lelaki, tapi aku tak pernah bagitahu sesiapa. Untuk pengetahuan semua, aku captain bola kolej, jadi imej kena jaga.. Imej yang org tahu aku date dengan awek paling hot dekat kolej. Aku tinggi dalam 170cm dan mempunyai badan yang agak lean. Aku suka main bola. Tu la peluang aku nak rapat dengan member lelaki lain tanpa diorang tau diorang buat aku “turn on”. Macam aku bagitahu awal2 dulu, aku tak tau ape yang buat dia gembira selain dari harta. Boyfriend baru nya biasa je org nya. Mungkin ayah lagi handsome. Lagi satu, emak selalu bising kenapa ayah tak pernah pakai deodorant. Emak juga pernah cakap aku dah ikut macam ayah. Aku jarang atau hamper tak pernah pakai deodorant, aku lebih suka bau natural. Tiada yang lebih bagus dari workout dan bau-bau peluh jantan ku.

Sejak emak keluar, aku tak kesah sangat pasal emak. Jadi seorang gay dengan ayah yang hot dekat rumah sememangnya mencabar. Aku selalu curi-curi tengok ayah. Ayah biasanya pakai baju yang sama. Jeans, boot kerja, t-short (selalunya takda lengan). Selalunya komando, iaitu tak pakai underwear. Weekend atau cuti, ayah selalu pakai short jeansnya. Itu saja. Hari-hari biasa, aku pakai macam biasa, tapi kalau cuti, aku dah jadi macam ayah. Aku ada la beberapa helai underwear tapi jarang pakai.

Sekarang aku nak cerita sikit cerita. Habis semester lepas, dalam bukan lepas, ayah ambil cuti panjang, dalam seminggu. Untuk relax katanya. Ayah pun selalu sibuk dengan kerja dan jarang habiskan masa dengan aku. Tapi kalau dapat lepak dengan ayah, memang best.

Tibanya ayah nak cuti, ayah terpaksa kerja lebih masa sebab ada urgent project. Terpaksa ayah tangguh cutinya dulu. Aku habiskan masa macam biasa, lepak dengan kawan2 bola. Bila masanya ayah boleh ambil cuti betul2, ayah ajak aku pegi camping. Ayah plan nak pergi hari Khamis, so ada la 2 hari lagi nak pergi, boleh la bersih2 kan rumah dulu.

Kitorang plan nak betulkan longkang rumah, ada yang tersumbat. Satu hari kam berkerja, lebih2 lagi hari tak berapa panas. Esoknya, kami bersihkan halaman rumah, tapi hari ni cuasa agak panas. Dalam tengah hari, ayah tanggalkan baju. Begitu juga aku. Ayah masuk ke rumah untuk ambil air kesukaan dia, beer. Ayah datang balik dan sekranng dengan bawa tangga ke belkang rumah. Aku ikut saja. Taka da pemandangan yang indah dari tengok ayah dengan short jeans pendek ayah. Agak longgar, dan pendek setengah peha. Ayah memang tak butangkan jeans. Aku ada jugak jeans sama, dan aku oun tak suka butang kan semua. Selalunya dibiarkan yang atas sekali terbuka.

Bila ayah panjat tangga utk potong pokok mangga belakang rumah, Ayah selamba kentut kuat. Aku gelak, dan jerit “Ayahh!!!, Busuk la”. “Sorry Jo, tak busuk sangat kan”, memang betulla cakap emak, ayah ni macam pengotor, tapi aku tak kesah je.

Selesai ayah trim pokok mangga, dah dalam pukul 3 ptg dan ayah simpan semua alatannya. Aku berdiri seblah ayah dlm bilik alatannya. Ayah bersuara “Gila la Jo, dua-dua busuk ni. Kau pegi mandi, kalau tak join aku minum dkt belakang” “Jo join ayah minum la” kata ku. Dalam 3 jam jugak la kitorang minum, borak-borak, lepak. Ayah bukak lagi 2 botol beer. Aku duduk bertentang dengan ayah. “Banyak kerja kita settle hari ni. Sebelum kita pergi, so kau pergi la relax dulu Jo”, kata ayah.

Aku setuju. Aku tiba-tiba termenung fantasi pasal ayah. Tibna-tiba, “Jo, kau kat sini lagi” gelak ayah.

“Ye ayah, kenapa?” aku jawab dengan terpinga-pinga.

“Takde la, kau termenung” kata ayah sambil berdiri ke tepi pokok. Ayah bangun untuk kecing tak jauh dari aku. Selesai, dia biarkan zip jeansnya tak butang, tapi masih pakai, dan terus duduk balik.

“Ayah, seluar ayah kena kencing” tegur aku.

“Betul la, aiseh, ayah tanggal je la, sebab ada basah ni. Kejap je kering” kata ayah.

“Tanggal je la ayah” ujar aku dengan nada bergurau.

“Ape nak kesah, kita dua je. Takde org boleh nampak, lain la kalau org curi2 masuk” cakap ayah. Ayah lantas bangun dan tanggal kan shortnya. Aku terperanjat. Tak tau pula ayah ni cool gile. Bukan la tak pernah nampak ayah b ogel, tapi takpenah bogel bile lepak. Aku pernah teringin tapi segan.

“So, kau nak follow aku tak tak Jo, ke aku sorang je yang tak pakai ape-ape ni?” gesa ayah.

Tak perlu la ayah nak tanya lagi. Aku tanggal kan seluar aku. Satu lagi botol, tiba- tiba kau terdengar sesuatu. Damn!, ape lagi kalau bukan ayah terkencing dkt tempat duduk dia. “Kau kene try ni Jo” kata ayah.

“Jo pernah buat la ayah. pernah je duduk sini bogel petang2 bila ayah takde. Best jugak rasanya, bila cuaca panas” kata aku sambil ketawa.

“Gile la kau. Boleh tahan jugak” kata ayah. Takkan la aku aku kata tak pernah.

“Ape lagi kau pernah buat Jo” tanya ayah lagi sambil aku dapat lihat, konek ayah tengah mengeras. Nampak macam ayah turn on bila aku cakap macam tu. Macam bende baik. “Jo selalu jugak ludah dkt kote bile melancap, kadang2 bau badan bile melancap. Ade jugak kadang2, bau baju kerja ayah” kata aku.

“Biar betul kau ni Jo!, kau suka bau ayah” kata ayah dengan terperanjat.

“Ye ayah, memang. Memang Jo teringin nak try bau ayah” aku cakap dengan tergagap.

“Try bau aku!, kau cakap kau nak cium ketiak aku? Mcam tu?!!” tanya ayah dengan tegas.

“Macam tu la ayah” aku jawab dengan perlahan.

“Perangai macam babi, kau ni gay ke Jo” tanya ayah dengan agak keras.

“Ye ayah, Jo berlakon je selama ni” jawab ku dengan risau.

“Patut la ayah nampak kau pandang ayah semacam je. Betul ke ayah cakap ni ke kau ada bende lain piker pasal ayah ni!” tanya ayah lagi.

“Yup ayah” jawab ku lagi.

“Kau nak isap konek aku” tegas ayah.

“Yes sir” aku jawab.

“Kau nak bau busuk aku, Joe” tanya ayah lagi dengan tegas.

“Oh, yes ayah. Nak sangat” kata ku.

“Kita kene settle kan bende ni. Kau duduk kat bawah. Patut ayah dah perasan kau macam ni. Ayah suka apa yang berlaku. Tak tau pulak anak ayah sorang ni nak jadi bitch ayah. Kau nak jadi slave ayah Jo?” tanya ayah sambil tersenyum sinis.

“Semuanya untuk ayah. Ayah jadi Sir atau daddy bila dkt rumah” kata ku dengan lantas.

“Mari sini, bersihkan konek aku”

Aku yang telah duduk dibawah start jilat konek ayah. Ayah letakkan tangan di belakang kepalanya dan sesudah itu aku bangun dan bersihkan ketiak ayah. Dalam Sejam jugakla aku bersihkan konek dan ketiak ayah. Aku jilat semua sudut tanpa satu tertinggal. Sambil aku bersihkan dengan lidah aku, ayah sambung minum beer. Aku sambung balik ke konek ayah, dan kali ni aku jilat telur ayah. Kali ni ayah start kencing, Aku telan mana yang sempat aku dapat.

“Damn jo, kau betul2 buat. Kau pandai bersih. Minum kencing aku, Aku macam tak payah nak mandi. Kau okay Jo?”

“Yes ayah”

“Sekarang ayah nak kau ddk macam merangkak. Aku ade benda nak buat” Aku pun duduk macam posisi merangkak atau orang kata doggy. Ayah terus ke bontot ku dan menjilat lubat bontot ku. Dapat ku rasa, lidah ayah menjolok lubang keramat ku. Pandai ayah rim aku. Ayah jilat sampai bontot aku basah. Tiba-tiba aku dapat rasa kepala konek ayah di pintu lubang bontot aku. Ayah bukan hanya letak, tapi tekan terus. Terasa macam dirogol pulak. Ayah fuck aku tanpa belas kasihan, Koyak lubang bontot aku macam ni. Aku jerit tapi apa yang mampu ialah aku jerit kesedapan. Sakitnya, memang sakit. Tapi itu yang aku nakkan. Ayah fuck aku macam gila. Aku tiba-tiba rasakan ayah pancutkan air mani hangat dalam bontot ku. Aku klimaks dan pancut.

Kami berdua terbaring sambil dibasahi dengan peluh, air mani, dan kencing.

“Sorry Jo, ayah jadi excited. Sakit ke” tanya ayah.

“Ayah, tak sakit pun, Lagi pun sedap” Jawab ku lantas mencium ayah dengan penuh senyum kepuasan.




(Saduran)