Page Tab Header

Tuesday, July 6, 2010

Supir dan Kenek Proyek



Supir dan Kenek Proyek




Menurutmu apakah saya seorang petualang sex sejati yang tidak bisa bertahan dalam sebuah hubungan khusus? Dengan mas Arif, tapi sekarang saya tidak tahu mas Arif dimana lagi. Dengan Nuri atau gadis tetangga sebelah? Yah, memang saat itu kami sedang liar-liarnya dan tanpa didasari oleh cinta, hanya suka sama suka alias penasaran alis hanya pingin coba-coba. Dengan Minah? Yahhh khilaf. Dengan Syaiful? Sama-sama butuh hahaha. Jika bisa, saya hanya ingin dengan mas Arif, tapi saya tidak tahu dimana saya harus mencarinya, ke komplek ABRI dan menanyakan ingin bertemu dengan pak Arif dari bataylon sekian? Ditembak ditempat atau tidak yah oleh penjaga gerbangnya? Hahaha – alasan saya saja yang tidak mau mencarinya. Saya juga tidak ingin, ketika saya berhasil menemukannya, dia tidak menginginkan saya kembali. Saya sadar sepenuhnya bahwa saya tak perlu berharap dari mereka, walaupun saya ingin. Heiiii ... Ada barang bagus dan sempurna lewat didepan anda dan dia membiarkan anda untuk menjamah bahkan melakukan sesuka hatinya kepadanya, mengapa tidak? Saya tidak munafik, saya menyukai lelaki sempurna dengan sex sempurna. Saya ingin mencoba mereka semua! Saya tidak tahu mengapa saya ingin mencoba mereka semua, tapi mereka semua sempurna dan saya hanya ingin mencobanya. Apakah karena saya merasa tertutupkan oleh kelebihan dan ketampanan yang diberikan oleh Tuhan kepadaku?! Bagaimana dengan mereka yang terlahir biasa? Jelek? Kurus? Jerawatan? Tonggos? Kadang saya tidak tahu harus berbangga atau merasa malu ...

Saya menginginkan pak Awan, seperti saya dulu menginginkan mas Arif. Tetapi saya tidak berani bertindak, tidak berani mengutarakan isi hatiku, tidak berani memperlakukan beliau ‘rendah’ seperti memperlakukan Syaiful atau Minah. Saya tidak menginginkan sepenuhnya untuk mengentoti beliau, sebaliknya membayangkan beliau mengentoti diriku bahkan memperkosaku. Semakin lama semua terasa terbalik saat bertemu dengan beliau, saya memuja beliau. Itulah sebabnya saya tidak pernah memberikan lobangku kepada orang lain selain mas Arif. Jika menginginkan sex dariku dan mereka sesuai dengan selera atau nafsuku, maka akan kami lakukan suka sama suka hanya sekedar sex dan saya yang akan jadi topnya. Jangan harap saya akan menjadi bot mereka. Saya hanya akan memberikannya pada pak Awan, bagaimana jika pak Awan bukan Top? Sebodo hahaha ... Hah ... Saya tidak tahu kapan dan dapatkah saya berhenti dari petualangan ini, petualangan sex yang meracuni ini, yang memabukkan ku kedalam kenikmatan yang tak bisa kutolak ...

Untungnya selama ini Syaiful tidak pernah mempermasalahkan kepada siapa saya bergaul atau kapan saya harus memberikan dia kontolku. Syaiful tidak pernah cemburu atau marah ketika saya tidak bisa melayaninya, saya pribadi tidak pernah meminta waktu dengannya untuk sex sesaat, banyakkan dia sih. Tapi saya kira saya tetap harus menghargainya. Syaiful sendiri tidak pernah menunjukkan sikap yang berlebihan kepadaku saat berkumpul bersama-sama supir atau satpam lainnya, tak pernah menanyakan kenapa saya tidak mencarinya, kenapa saya tidak mau dientot, kenapa saya tidak telpon dia atau sms bahkan menanyakan perihal kehidupannya. Kami berakting seakan-akan tak ada yang terjadi diantara kami dan sebisa mungkin kami saling menjaga atau menolong satu sama lain. Contohnya saat Syaiful membutuhkan dana untuk kelahiran anak keduanya, yah – anak kedua. Cowo jantan, tampan, kekar atletis dan memiliki istri tetapi terpuaskan saat dientoti, sangat mengundang birahi bukan? Kami sama-sama butuh, kami sama-sama suka, kami sama-sama cocok satu sama lain, secara fisik, seksual bahkan cara pandang.

Tak tahu harus malu atau apa, kami seolah-olah membenarkan diri kami untuk mengentot bersama, kadang kala Syaiful dengan Minah – o ya, saya hanya sekali dengan Minah – untuk mengirit uang gaji kami. Jika menggunakan jasa perempuan nakal, kami harus mengeluarkan biaya lebih dan tak tertutup kemungkinan kami kena penyakit kotor. Dengan Syaiful, saya lakukan suka sama suka, dengan Minah, Syaiful lakukan suka sama suka tanpa ada paksaan – sama-sama menikmati dan enak. Saya tidak berminat untuk melakukan threesome dengan Minah, karena saya khawatir Minah akan semakin binal dan menjadi batu sandungan dikemudian hari. Toh saya lebih suka mengentoti Syaiful dari pada Minah dibandingkan memek Minah, jelas lubang Syaiful jauh lebih mengigit.

Terlepas dari itu semua, menyenangkan sekali jika melihat rupa seorang lelaki jantan yang terpuaskan, matanya, bibirnya dan gerak tubuhnya yang merespon semua kenikmatan yang saya berikan. Ada rasa bangga karena berhasil ‘menaklukan’ mereka, lelaki jantan yang perkasa. Tetapi bukan berarti saya berminat untuk menggoda pria-pria straight yang berada di ‘jalan yang benar’. Saya lebih suka jika ada seorang pria yang sama-sama menyukai datang menghampiri saya daripada saya yang menghampiri, karena saya tidak dapat menebak dengan benar apakah seseorang menyukai saya atau tidak, oleh sebab itu saya menunggu. Pernah juga saya digoda oleh beberapa pria kemayu saat menemani mbok Rini di pasar, lucu sebenarnya berkawan dengan mereka – tapi tidak untuk sex. Mbok Rini juga senang membawa saya ke pasar, karena mereka akan memberikan sayur atau harga yang lebih baik kepadanya saat kami mampir. Kesempatan ini digunakan oleh mereka untuk mengenal saya lebih jauh, tetapi saya tepis semua itu karena saya tak ingin memberikan harapan pada mereka. Karena selera saya tidak bisa diganggu gugat sepenuhnya – saya juga tidak tahu mengapa saya hanya menyukai pria tampan atletis, pria tampan tetapi bulking seperti Ade Rai, pria dengan big pack? Terima kasih, buat kamu saja hahaha.

Hari-hari saya lalui rutin seperti biasa, kadang kala bosan, kadang kala menyenangkan bersama saat kulalui dengan pak Awan. Kalau beliau tak ada di Jakarta, saya lebih suka menghabiskan waktu di kantor dan membantu anak- anak. Daripada di rumah bawaannya tidur selalu, takut perut saya jadi buncit, terpaksa berolahraga seadanya di rumah atau komplek perumahaan – jarang saya lakukan karena saya tidak suka dipandang oleh pembantu-pembantu sekitar serta nyonya-nyonya rumah komplek itu. Mereka seakan-akan hendak memakan saya, bahkan pernah ada yang menawarkan saya pindah kerja ditempat mereka dengan gaji yang lebih tinggi. Tak sedikit yang mencibir atau menanyakan langsung apakah saya sudah menjadi simpanan pak Awan karena saya tidak terimingi oleh gaji yang lebih tinggi – saya berharap begitu adanya. Jadi terpaksa saya berolah raga seadanya di dalam rumah, kadang saya berolah raga telanjang saat mbok Rini atau pak Awan tak ada di rumah, sensasinya berbeda – makanya saya ingin punya rumah sendiri. Membayangkan tiba-tiba pak Awan datang dan langsung mengentoti aku di ruang tamunya tanpa ampun. Saya ingin beliau memelukku – menciumi aku – mengocok kontolku bahkan memperkosaku.

“Yuk ‘To” Ajak pak Awan meninggalkan rumah makan di Mall Paris Van Java, Bandung setelah beliau membayar makanan yang kami makan

“Ya pak”

Bandung memang kota yang menyenangkan, kotanya adem, tertata rapi, FO dan kulinernya sangat berbeda dengan jakarta. O ya, pria-pria sundanya juga memiliki kelebihan tersendiri, kulit mereka putih dan wajahnya tampan juga, walau di tempat lain pria-pria lain juga tidak kalah menarik. Bahasa sunda mereka juga sangat menarik ... tapi tetap lebih menarik pak Awan. Hari itu kami berangkat lebih awal ke bandung sehingga bisa menghabiskan waktu di beberapa tempat tujuan wisata. Kebetulan karena hari kerja, suasana kota tidak macet oleh serbuan orang-orang Jakarta yang datang berwisata. Pak Awan lebih suka menghabiskan waktunya mencicipi makanan-makanan khas Sunda ketimbang berkunjung ke FO-FO setempat. Walau begitu, pak Awan membawaku memasuki beberapa FO dan menanyakan apakah saya berminat terhadap baju-baju itu, jika ya, maka beliau bermaksud membelikannya untukku. Untung orang-orang tidak memandang kami aneh, karena saya tidak memakai baju safari umumnya seorang supir – pak Awan memang tidak menyediakan baju safari seperti itu karena beliau tidak mau terkesan berjalan bersama seorang supir dan dicibir oleh orang sekitar. Mulut orang sekitarnya akan selalu bergunjing mengucapkan rasa heran mereka terhadap perlakuan seorang atasan yang dekat dengan supirnya. Saya memaklumi perasaan pak Awan dan tidak merasa direndahkan, sebaliknya beliau ingin saya terlihat seperti kawan seperjalanannya. Lumayan dapat 1 stel baju baru pilihan pak Awan hehehe.

“Yuk!” Ajaknya sambil merangkul pundakku

Senang rasanya merasakan rangkulannya – wanginya sungguh terasa ... Sayang dia segera melepaskan pegangannya. Saat melihatnya digoda atau diajak kenalan oleh pria-pria yang tidak dikenal, saya merasa cemburu dan marah. Saat melihatnya bercengkrama dengan gadis-gadis yang ganjen, sok cantik juga membuat saya kesal hingga akhirnya saya membawa mobil sedikit ugal-ugalan. Saya senang ketika dia berbicara denganku, saya senang ketika dia memperhatikan saya, senang ketika dia menegur dan mengingatkan saya akan sikap saya itu dan saya sadar akan kesalahan saya itu, jadi saya bukan seorang psikopat bukan? Saya merasa tersiksa oleh situasi ini ... Saya ingin memilikinya ...

...

“Tidak akan keburu” Guman pak Awan

“Masi 3 hari kok pak ...”

“Kata siapa 3 hari?! 2 hari lagi!” Suara pak Awan mulai meninggi

“ ... “ Keok juga kontraktornya saat melihat pak Awan yang sudah mulai marah

“Lusa adalah jadwal masuk barang dan jadwal merchant untuk mengatur peletakan barang-barang showroom, bukan jadwal kerja kalian lagi! Dan kalian tidak boleh lalu lalang di lokasi, kalau pekerjaan kecil atau perapihan saya bisa memakluminya ... Tetapi pekerjaan besar – TIDAK!”

“Iya pak, akan segera kita kejar”

“ ... “

Ternyata pekerjaan fitting out kantor cabang rangkap showroom di Bandung belum mencapai hasil yang memuaskan. Masih banyak pekerjaan yang belum diselesaikan sehingga pak Awan khawatir akan menganggu jadwal soft launching kantor cabangnya. Melihat project manager serta kepala tukangnya yang kalang kabut menekan anak-anaknya untuk segera mempercepat kerjaannya menggingatkan masa-masa sulit saya hingga harus menjadi seorang kuli bangunan. Walau hanya sebentar karena saya tidak kuat – menjadi kuli bangunan selama 1 tahun berbeda dengan pekerjaan bertani yaaaaa hahaha – saya tetap merasakan manfaatnya menjadi seorang kuli, proses pembangunan serta kawan-kawan senasib sepenanggungannya sangat erat terasa. Saat itu saya diajak oleh kawan saya untuk bekerja disalah satu proyek karena musim tanam di kampung sudah lewat sehingga kami hanya melewatkan waktu begitu saja. Karena tertarik untuk mendapatkan uang lebih, akhirnya saya sampai di daerah Pondok Indah. Komplek perumahan elit nan megah yang hanya bisa saya impikan – tidak lebih.

Karena saya belum memiliki pengetahuan seorang tukang, saya dipekerjakan sebagai kenek tukang yang berfungsi untuk membantu tukang, sama halnya dengan kacung lah. Selama berbulan-bulan kerja disana, saya jadi akrab dengan mereka. Bedanya setiap ada kesempatan libur, mereka selalu menggunakan kesempatan itu untuk jalan-jalan ke mall atau bahkan belanja menghabiskan uang gaji mingguan mereka. Disana saya cukup dekat dengan Eka salah seorang kenek yang bekerja disana juga. Awalnya dia kerja selama beberapa bulan kemudian libur dan datang lagi ketika pekerjaan kami sudah hampir selesai. Eka adalah bujang jawa umur 24 tahun, dia tampan dengan bulu-bulu dadanya yang mempertegas kelakiannya, kumis tipis dan cambangnya membuat dia sangat macho. Dia juga seorang pekerja keras, kadang kala menghabiskan waktunya dengan salah satu teman baiknya yang bernama Agus. Mereka sudah berkawan lama sehingga kemana-mana mereka selalu berdua, jika saya sedang bagus moodnya saya akan berkumpul bersama mereka berdua. Saya tertarik dengan Eka karena dia terlihat sangat jantan, berbeda dengan Agus yang lebih imut wajahnya terlihat seperti seorang adik saja. Dan kadang kala saya senang jika Eka memperhatikan saya, memijati bahkan memeluk saya. Kegiatan ini sepertinya biasa saja dimata para tukang atau pekerja seperti kami, tidak ada yang aneh, canda tawa dan berucap kotor bukanlah hal yang tabu bagi kami.

“To!”

“Hei! Baru sampai?!” Terkejut oleh kedatangan Eka yang tiba-tiba

“Iya, hehehe kabare?” Senyumnya menawan dan kemudian memeluk saya begitu saja

“Baik! Kamu juga kan?” Tanyaku balik sambil membalas pelukkannya

“Iya ... Hahhhh Rindu saya padamu wkwkw makin seksi saja nih?” Katanya sambil meremas bokongku serta memandang dada saya mesum

Kebetulan saat itu saya sedang bertelanjang dada, bersiap-siap untuk mulai kerja.

“Ah sial lu!” Balasku

“Hahahaha”

“Kok kesini? Bukan di Blok A?”

“Ga, disuruh kesini sama pak Ujang buat bantuin bersih-bersih”

“Ohhh... Agus?”

“Belum mau balik dia” Jawabnya belum mau melepaskan pelukkannya

“Bertengkar ya kaliaannnn wkwkwk”

“Halah!” Elaknya sambil melepaskan pelukannya

“Tidur diatas atau bawah?”

“Atas!”

“Yo”

...

“To, Cuma bersih-bersihkan? Atau ada yang harus dikerjakan lagi?” Sialan, umpat saya dalam hati. Dia muncul dengan dada bidang berbulu serta atletis dengan celana pendek rombeng milikku. Jantan sekali!

“I ya, bersih-bersih dan cat ulang” Jawabku segera mengalihkan pandanganku

“Oh... Ya sudah”

Nih manusia pinter banget menggoda iman orang!

“’To, rokok?” Tawarnya padaku saat jam makan siang

“Mmm” Tolakku sambil mereguk air minumku

“Rokok yang ini mau?”

“Phuhhhhsttttt !!!! SIALAN !!!! Ohok! Hek!” Muncrat sudah air minumku

“HAHAHAHA!”

Tanpa permisi dia mengarahkan tanganku kearah gundukan kontolnya yang terasa menegang, sehingga saya kaget dan tersedak oleh air minumku. Tawanya tak berhenti melihatku yang masih batuk-batuk tersedak hingga saya tendang dia.

“Hahaha ... Sorry... Sorry... Sorry...” Sambil menepuk (mengelus ?) punggungku untuk meredakan sedakku, tetap dengan senyum usilnya

“Hahhhhh GILAK lu, bikin kaget! Lain kali bilang-bilang! Biar gw remes sekalian!” Umpatku

“Hahaha ... Jangan diremes, belai aja hahaha”

“Sini gw remas jadi daging cincang!”

“Hah!!! Jangan lah wkwkw”

“Gw kira apaan, ternyata kontol lu!” Ada rasa sesal kenapa tidak ku remas aja tadi, merasakan kontolnya yang sedang menegang (?)

“Lagian lu lucu sih, merokok nga, ngewe nga, bola nga ...”

“Sayang duitnya tau!”

“Hehehe, makanya bagi-bagi dong kalu ada memek, jadi bayar bareng-bareng wkwkw”

“Kerjaan lu ye ma Agus? 1 lubang berdua! Hahaha ...”

“Kan susah senang bersama hehe, enak gila”

“Ngantri dong, keburu layu de”

“Yeeee yah kagak lah! Hajar bleh, satu atas satu bawah, bikin cewenya minta ampun keenakan”

“Gila kalian, masa 1 lubang 2 kontol?!”

“Hehehe, mantap lagi geseknya – tu cewe diperkosa begitu juga nagih kok”

“Mammpuuussssss ...! Ck ck ck”

“Duh, ngaceng deh ...” Entah sengaja atau tidak, dia mulai mengelus dan meremas gundukan kontolnya yang membesar

“Edan lu berdua!”

“Yah abis gimana atuh? Wong cewe e mau kok dientot berdua, malah keenakan dia – nagih”

“Kalu ketemu yang binal, malah gratis wkwkw” Lanjutnya

“Hah? Gratis?!” Sengaja ku lanjutkan untuk memancingnya

“Iyalah, wajah tampan, badan kekar, kontol besar – cewe mana yang nolak dientoti kita berdua”

“Tetap aja kali, bingung gimana masukin tu dua kontol dalam memeknya?!”

“Wkwkwkw tolol nihhhh! Kan gene, gw tiduran terus jablaynya dudukin kontol gw tuh ... Masuk dah kontol gw, terus tinggal dipeluk dan gw cipokin! Abis tu kan si Agus ngentoti cewenya dari belakang, kaya anjing kawin gitu! Nah pas da masuk semua punya Agus tuh yang bikin jablaynya tereak keenakan dientoti! Lebih enak lagi pas si Agus mulai ngentoti tuh cewe ... Alamakkk gesekannya!”

“... Glek ...” Telan ludahku

“Makanya cobain atuh, kalu da coba bisa sakau pengennya tiap hari wkwk”

“Ntar cari yang gratisan aja!! hahaha”

“Tuh pembokat sebelah rumah, kayanya nafsu benar ma kita tuh”

“Hahaha!” Tawaku segera meninggalkannya dengan hati yang berdebar-debar, sebelum saya dibutakan oleh nafsu

...

Segera kualihkan pandangan mataku ke arah balkon saat Eka keluar dari kamar mandi hanya dengan melilitkan handuk sebagai penutup auratnya. Adalah hal biasa jika para kuli bangunan itu mandi bersama, bahkan keluar telanjang begitu saja. Masalahnya yang ada di depanku ini adalah salah satu bentuk type kesukaan saya! Terang saja otong saya cenat cenut meminta saya untuk memuaskannya sejenak.

“SEGGGEERRRRRRRR!” Teriaknya berjalan kearahku

“’To, cium deh ... Wangikan?” Rebahnya sambil menyodorkan tangannya untuk ku cium

“Iyaaa wanggiiiii!” Ku tepis tangannya keras biar dia tidak mendekat lebih dekat

“Hahaha!” Tertawa dia sambil mencubit pipiku gemas

“Hahhh ... CAPEKKKK!” Sambil mengulik, melepaskan kekakuan pada sendi badanku dan mengarahkan pandanganku ke langit-langit kamar

“Lucu banget sih lu hehe” Tetap memandangku

“Lucu – lucu – lucu, gw makan lu ntar! Hehehe”

“Berani lu!” Tantangnya sambil mendelikkan matanya

“Hahaha kagaaaakkkkkk! Udah ah, mau tidur! Matikan lampunya lah”

Setelah mematikan lampunya, dia segera kembali kesebelahku tanpa memakai celananya, tetap hanya menggunakan handuknya saja. Tapi saya tak berani melihat ke arah tempat kontolnya menggantung, khawatir ketahuan olehnya. Jika bisa, saya tak hanya ingin melihat kontolnya, tapi menghisap bahkan mengulum kontolnya itu.

Trek .. Krek! Terdengar suara gemeretuk suara tulangnya, lepas sudah rasa kaku yang mendera sehingga kami dapat tidur dengan nyaman.

“Sayang yah, coba kalu saya secakep kamu, pasti lebih mudah dapatin cewe ... Gratis setiap hari ngentot” Gumannya

“Hah? Lu gilak – Yang sekarang ini aja da tampan, apalagi yang kurang!”

“Masa sih gw tampan? Hehehe – tampanan lu lah”

“Yah, sapa yang bilang nga? Lagipula tampan ga penting, yang penting ininya! Wkwkwk” Jawabku seenaknya sambil menyolek gundukan kontolnya yang tertutup handuknya

“Hahaha, kan lebih bagus kalu da tampan, kontolnya kontol kuda lagi! Hahaha” Dia diam tak bereaksi saat saya menyolek kontolnya. Tiba-tiba dia bangun, memandangku sesaat dan ...

“Coba kalu gw secakep lu, sekekar lu atau mungkin gede kontolnya ...” Ujarnya

“ ... Hah?”

“Hahaha – Gilak lu! Sudah kubilang kau itu tampan! Badan kau juga bagus dengan bulu-bulu lu! Kontol lu gede ini kan? Katanya bikin jablay ketagihan? Gw aja suka kok ma cambang lu, seksi gila” Ujarku yang malah memancingnya, memancingnya untuk melanjutkan obrolan kotor ini. Mengira-ngira apakah dia sedang pengin? Pengin ngentot atau hanya sebatas menggodaku?

“Oh ya? Cambang gw seksi? Hehehe ... Masa?” Tanyanya sambil mengelus- ngelus cambangnya

“Ga segede lu ma Agus kali kontol gw ... Hehehe” Lanjutnya kembali

“Ga mungkin kau punya lebih kecil dari gw hahaha” Hiburku

“Mang punya lu lebih kecil dari Agus?” Pandangku pura-pura penasaran padanya

“Punya Agus gede, gw aja kalah” Jawabnya memandangku yakin

“ Hah? Kan badan dia kalah besar dari lu ini? Lu bercanda gitu, ntar kecil beneran loh!” Tanyaku sengaja tak percaya

“Wkwkw – Punya lu gede ga ‘To?” Tanyanya mengalihkan pandangannya ke arah kontolku yang mulai membukit gundukkannya

“Biasa aja ...” Jawabku seadanya

“Pasti lebih gede de ‘To?” Cecarnya kembali

“Ngaaaa ...”

“Iyakannn?? Hahaha pasti lebih gede”

Tiba-tiba tangannya meraba dan meremas gundukan kontolku, tapi semua itu sesuai harapanku. Karena saya sudah siap atas semua tindakannya yang lebih dari sekedar meraba kontolku! Lebih dari sekedar saling memegang dan melihat!

“Wuiihhhh gede ‘To ...” Ucapannya kecil tertelan oleh nafasnya

“Masa sih?” Pura-pura heran

“Iya ‘To” Jawabnya tetap mengelus dan meraba

“Ah, punya lu lebih gede kali! Coba liat!” Kataku sembari meraba selangkangannya

Sengaja saya menyingkap ikatan handuknya yang kecil sehingga dapat kuraba kontolnya langsung dengan tangan telanjang. Panas dingin ditambah jantungku berdebar lebih cepat 3x, ternyata Eka tak menolaknya bahkan seperti kesenangan dia tersenyum melihatku meraba kontolnya yang sudah menegang dengan ukuran kurang lebih 13 cm, ukuran standar pria Indonesia. Saya khawatir jika dia hanya bermain-main dan membocorkan kegiatan kami ini kepada kawan- kawanku. Tapi nafsu mengalahkan semuanya sehingga saya tidak melepaskan kontolnya dari genggamanku.

“Kalahkan punya gw ... Nga percaya sih lu!” Ucapnya tak memperlihatkan reaksi keberatannya memegang kontolnya secara langsung

“Hehehe ... Kalah jauh”

“Hah? Lu belum tegang habis? Segede ini belum?” Kagetnya memandangku Kini saya tahu bahwa dia memang menginginkan sex denganku, sex sejenis denganku karena dia tak juga melepaskan pegangan tangannya dari kontolku dan nafasnya semakin memburu. Jangan-jangan selama ini dia dengan Agus saling mengentoti satu sama lain?! Tak boleh ku lepas kesempatan ini!

“Belum ‘Ka”

“WOW ... Gedein lagi ‘To”

“Ga bisa ... Harus dirangsang dulu ... Kocok aja dulu kontol gw”

Tanpa aba-aba, saya mulai membantu Eka membuka semua penutup kontolku yang sudah ngaceng. Kini terlihat sudah kontol kami satu sama lain yang sedang ngacung setegak-tegaknya, bedanya kontolku berukuran 18 cm dan kontol Eka 13 cm.

“Benarkan apa kata gw?! Kontol lu lebih gede!” Takjub dia memandang kontolku dan mulai memegang bahkan memperhatikan kontolku sedekat-dekatnya

“Lebih gede dari punya Agus kah?” Begitupun saya yang tak melepaskan kontolnya

“Iya, kontol Agus lebih panjang dikit dari kontol gw aja”

“Hahaha” Tawaku seraya melepaskan kontolnya yang sudah penuh dengan mazi

“Ini da paling ngaceng ‘To?”

“Belum, kalu dirangsang bisa lebih keras lagi ...” Tipuku padanya

“Bener ‘To? Gilakkk” Tanyanya tak percaya seraya mengocoki kontolku

Urghhhh – serasa mau lepas semua tulang dibadanku merasakan kocokannya, ingin segera menangkap dan memperkosanya segera. Tapi saya belum berani bergerak sebelum dia memberikan kepastian yang lebih pasti. Ditengah kegelapan malam, dua orang lelaki saling meraba dan mengocok.

“’To, bagaimana caranya sih kok bisa kontol lu bisa segede ini?!”

“Sering dikocok aja – 2 hari sekali”

“Woowwww ... Keras banget ‘To hhhhh” Nafasnya mulai memberat

“Punya kau juga keras kok ... Udah ah, jadi pengen ngentot nih gara-gara lu hahaha”

“Hahaha! Beda banget ma punya Agus ... Ck”

Kini Eka mulai merebah didekat dadaku, deru nafasnya berhembus mengenai pentilku membuatku semakin merinding keenakan ingin memeluknya segera.

“Udah ah ‘Ka ... Muncrat pejuh gw ntar” Ku tahan kocokannya dan kutuntun tangannya mendekap dadaku. Semakin dekat, kini Eka sudah tertidur di dadaku. Eka pun beringsut mendekat, sehingga terasa sekali kontolnya menempel dipahaku, sungguh posisi yang menggairahkan sekali.

“Enak yah ‘To?”

“Iyalaahhh ...” Jawabku sembari mengalihkan pelukanku menjadi memegang atau membelai kepalanya

Kini yang ada hanya nafas berat kami berdua, nafas yang menahan nafsu yang sangat besar. Nafsu ingin segera mengentotinya membuatku sangat tersiksa karena nafas dan bibir Eka kini semakin dekat dengan pentil dadaku. Pentil dadaku yang mengeras meminta dengan sangat untuk segera disedot dan Eka paham akan hal itu! Eka kini mulai menjilat dan menghisap pentil dadaku!

“Arghhh ‘Kaaaaa” Desahku

“Mmmmpphhhh”

Sembari menghisap pentil dadaku, Eka kembali memegang kontol kudaku dan mengocoknya perlahan. Perlahan kini dia bangkit dan menindihku ... Memandangku ...

“Nga ‘pa ‘pa ‘To ... ? Gw pengen ...”

Tanpa menjawabnya, segera ku cium Eka dengan ganas. Kini kami sudah saling berpagutan, saling mengigit bibir satu sama lain, saling menghisap, saling bertukar saliva, saling menyedot lidah kami. Seakan menemukan pelampiasan, kini ku peluk dia erat dalam serta merasakan hangatnya kulit badannya yang berbulu. Kontolnya beradu hangat dengan kontolku, saling menggesek dan mengeluarkan mazi kenikmatan. Nikmat sekali ...

“Hahhhhh ... Mmmppphhh hhhh”

“Shhhhlurppppp pokk” Terdengar suara cipokan yang keras saat dia melepas ciumanku

Puas menciumku, Eka mulai bergerilya menuju leherku ... daguku ... dada bidangku ... pentilku sekali lagi ... Arghhh nikmatnya ... Hingga kurasakan hangatnya kontol kudaku. Hangatnya basah ... Hangatnya empuk ... Hangatnya terasa hisapan kecil, hisapan besar ... Grhhhhhaaa ... Eka menghisap kontolku dengan ritme yang berbeda, ritme yang membuatku mengelinjang keenakan. Sungguh seperti disedot seluruh sendi lututku hingga membuatku lemas.

“’Ka aaa ... Akh!”

“Muuuapphhhhhsssss ss ... Slurphhhh!”

Mulut Eka masih penuh dipenuhi oleh kontolku yang tak habis-habisnya disedot. Nikmat sekali memandangnya yang jantan berbulu dan macho menjilat atau menyedot kontolku dengan penuh gairah. Saya ingin lebih dari sekedar diemut, saya ingin mengentotinya ...

“Kaa aaa ...” Panggilku dan menariknya keatas serta kuberikan ciuman yang takkan dia lupakan

“Hmmphhhh mmm ...” Desahnya kehabisan nafas menerima ciumanku

Merasakan dadanya yang bidang dan berbulu membuatku bergidik keenakan, bulu-bulunya terasa mengelitikku, seperti karpet yang sedikit kasar. Lehernya yang kuat serta dadanya yang bidang menebarkan wangi yang memintaku untuk segera melumat habis setiap lekukan dadanya, pentilnya hingga kontol 13 cmnya. Kontolnya habis ambles dalam mulutku ketika ku sedot dan jilati. Eka mengelinjang tertahan disela-sela desahannya ...

“Ouchhhh ‘To ooo o ... Jangannnnnnn argh!” Tak tahan oleh sedotanku, dia berusaha menolakku dengan pahanya dia mengapit kencang kepalaku

“Hmmmmnnn ... Mphhshluurppp hh” Tak mau mengalah, ku buka lebar pahanya hingga terpampang jelas sudah kontolnya, bijinya bahkan lubang milik Agus (?) yang akan menjadi milikku saat ini, malam ini.

Perlahan ku jilati lubang milik Agus(?) itu, lubang kenikmatan yang akan membuatku melayang malam ini. Dengan lidahku, saya menstimulasi lubang Eka dan mulai menusukkan jari-jariku untuk mempermudah masuknya kontolku nanti. Disela-sela nafas dan desahan penolakan Eka, saya tahu dia menginginkannya, menginginkan ku untuk mengentotinya, menginginkan kontol 18 cm ku memenuhi lubangnya, menginginkan lebih dari yang diberikan oleh Agus mungkin, atau mungkin dia merasa lubang itu milik Agus, sehingga saya tidak boleh merasakannya malam ini? Saya tidak mau tahu, itu salah dia sendiri yang sudah membangkitkan singa nafsu setanku.

“’Mpphhhhh ‘Tttooo ... Ja ann n ggg ga a nnnn akhs!”

“Hmmpphhhh! Slurpphhh ...” Tanganku kuat mencengkram kedua pahanya sehingga gerakannya tertahan sejenak

“ ... Hh hh hhhhh akh!” Kini saya sudah menindihnya, mengangkangi lubangnya, mengarahkan kontolku kearah lubangnya, menahan kedua tangannya, menciuminya dan siap untuk mengentotinya!

“Hhhgghhhh hhh ... ‘To oooo ohhhh Hahhhh” Desahnya ketika kepala kontolku mulai menyentuh dan menekan lubangnya

“Mmmphhhhh ... J an g a nn annn ...”

“Ga pa paaa say yy yanggggg hhhhh ... Gaaa atahh ahannnn lagii hhh hhhh”

“Gede e e ‘To o o hoohhh Aukh!”

“Pelan-pelan kok sayykhhhggg” Perlahan saya mulai penetrasikan kepala kontolku

“Akhh ...” Tahannya sejenak ketika kepala kontolku sudah mulai membuka jalan

“Hhhh hh h ... ‘Tooo oo akuu nga bishha ...” Tolaknya, tetapi kakinya tetap melingkar kuat dipinggangku, menahanku.

“Mphh ... Coba dulu saykhanngg ...Hhhhh ntar enak kokkkk” Bless masuk sudah kepala kontolku

“Taphi ‘Tooo o ituuu punyyyaaa Agusss” Akhirnya dia mengakui juga kalu Agus sering mengentotinya

“Hhhh ga pa pa, diaa ga a ada diisiiniii kannn ...? Jangan kasih tahu dia ‘Ka ...” Rayuku dengan tetap mendorong kontolku masuk hingga leher kontolku ...

“Akhh uummphh ... Tappi iii ... Hhh” Lobangnya serasa menarik kontolku dan tak hentinya dia memelukku kencang serta menciumi saya

“Khhh hh h ... Ga pa sayyanggg – dia ga akan tahuu u khhhh” Blessss , masuk sudah semua kontolku menendang dinding lubangnya yang terdalam

“Hrgggghhhhhh ! ‘Too o”

Sejenak kami beradu pandang ketika kontolku yang sudah selesai mengebor lubangnya, tak ada sesal dimatanya, tak ada rasa bersalah, yang ada hanya nafsu kami diantara deru desahan nikmat kami. Ku pandang wajahnya, bibirnya, dadanya, perutnya hingga kontolnya ... begitu seksi, inikah selingkuh? Rasa takut akan ketahuan Agus atau sebaliknya bangga karena berhasil merayu dan mengentoti Eka membuat nafsu ku semakin menggila. Begitupun Eka yang kini merasakan lubangnya yang penuh oleh kontolku semakin bergetar – tak tahu bergetar karena kesakitan atau keenakan diperawani kontolku atau takut ketahuan Agus. Lubangnya menjepit erat, basah, hangat dan berdenyut memijat kontolku sungguh tak ada duanya. Terdiam sesaat saling merasakan nikmatnya dientoti dan mengentoti, kami pun memulai kembali pertempuran dengan ciuman manis satu sama lain, ciuman yang tidak ganas tapi penuh rasa. Rasa dimana kami ingin menjadi satu dan bersama menuntaskan permainan ini dengan indah.

“Hhhhh h h ... o o oo” Desah Eka saat kontolku perlahan keluar dari lubangnya menyisakan hanya kepala kontolku

“Shhhh Mpphhhhhh” Sekali lagi kubekap desahan Eka dengan ciumanku dan perlahan memasukkan lagi kontolku hingga habis terbenam dalam lubangnya

“Hhhh ...” Ritme entotanku perlahan mulai ku percepat

Senggama kami semakin panas dan brutal, ditandai dengan kucuran keringat kami yang deras di kamar utama rumah yang sedang kami bersihkan ini. Tetesan keringat kami saling melumasi pergerakan badan kami sehingga gerakan kami semakin halus. Bau laki-laki dan sabun bercampur menjadi satu menambah hasrat kami. Hanya beralaskan tikar seadanya, kami melakukan hubungan seksual terlarang, laki-laki dengan laki-laki. Tetapi kami menikmatinya, terlebih lagi saya yang kini semakin kencang mengentoti Eka yang mendesah-desah keenakan.

“Terrruusssss ‘Toooo o oghhh ... Gedeee bangett kontolmuu u”

“Hhhhh sukkaa yaah ...?” Kini dia mulai menikmati eweanku, membuatku ingin menggodanya

“ ... “ Dia diam tak menjawabku

“Ga pa pa sayangg ... Dia ga ada iniiichh” Rayuku mengajarkan hal yang tak benar kepadanya

“Suka ...” Gumannya pelan

“Hahh?? Apaa??”

“Sukaaaa bangetttt enaakkkk khhh”

“Heehhhh?? Sukaaa??”

“Iyyyaaaa ‘Too o lagiii i”

“Mmmmm apanya lagii sayaangggg? Hhhhh” Godaanku semakin intens dibalik entotanku yang tak berhenti

“Entotii aku u uu hhhhahhhh hah hah”

“Hah hah hah ... Entoti lagi yakkhhh ... Nih Yanto kasihhh kontol Yanto ...”

“Auchhhh h h ...” Perlahan ku tarik keluar kontolku

“Ooohhh ... Lebih enak kontol Yanto atau Aguuusss khhh hah hah?” Perlahan ku hujamkan lagi

“Konntoll muu u ... Oo oh h genjoti akuuu ‘To”

“Napaa lebih enakkk??” Sekali-kali ku hentakkan keras lubangnya

“Khhh hoh lebihh gede e ee” Desahnya kaget karena hentakanku

Sambil mengentoti dan menciumnya, dapat kunikmati gesekan bulu-bulu dadanya yang lebat hingga ke jembutnya. Syukurlah dia tidak bau keringat, sebaliknya keringat kami membuat gesekan kami semakin licin. Sekali-kali ku kocok kontolnya sambil ku entoti sehingga dia dapat merasakan nikmatnya dari dua titik.

“Harrgghhh ‘Too oo ... Akuu mau keluarrr” Akhirnya pertahannya jebol

“Hmm mmph ... Hah hah hosh h”

“Arghh hg hg AKU KELUARRRRR!!!” Teriaknya

“Hegh hegh hah hhhhh”

“ARGH!”

“Aku juga mau keluarrrghhh” Tak terasa jepitannya makin kencang sehingga memaksaku untuk keluar juga

“URGHHHHH” Ku habiskan pejuhku dalam lubangnya

“HAH HAH HAHHHH”

“Enaaakkkkk ‘Kaaa” Racauku nikmat

“Iyaa ‘Too ... Ennaak k” Balasnya

Crotttt penuh sudah dadanya oleh muncratan pejuhnya sendiri ... Pejuhnya putih menempel di rimbunnya bulu dadanya. Nafas kami saling berlomba-lomba keluar dari mulutku, hingga akhirnya aku jatuh lemas dalam pelukannya. Dengan kontol yang masih tertanam dalam lubangnya, perlahan saya mencium bibirnya, pipinya dan mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang dia berikan padaku. Kesempatan untuk mengentotinya, menghamilinya – melupakan Agus sejenak sehingga kami sama-sama bisa menikmatinya. Lubangnya masih mengunci kontolku, dapat kurasakan denyut dan hangatnya lubangnya. Sungguh nikmat kurasa ...

Eka masih memelukku erat, kakinya masih melingkar dipinggangku, ku elus pipinya, kupandang dalam. Begitupun Eka, memandangku sayu kemudian menciumku, menciumku lembut ... Ciumannya ku balas pelan ...

“Kau hebat ‘Ka”

“Hebatan kamu ah, keras banget ...”

“Lebih keras dari Agus?”

“Iya ... Panjang – gede lagi”

“Hehe ... Mau saya entoti tiap hari?”

“Jangan ah, ntar ketahuan Agus”

“Sering dia entoti kamu?”

“Yah kadang-kadang kalau lagi ga ada duit main jablay”

“Yah jangan bilang-bilang dia, kan ga ketahuan ini”

“Hehehe ...”

“Sejak kapan dia mulai entoti kamu ‘Ka?”

“Hm? Ga tahu tiba-tiba saja sih. Waktu itu, kita lagi garap jablay. Mungkin karena kita lagi mabok, kan semua lagi nyimeng. Terus pas gw lagi ngentoti tu jablay, eh dia juga ngentoti gw. Ga tahu karena mabok atau apa, gw nikmat aja dientoti dia. Jadi sejak itu, kalau ga ada duit yah kita ngewe bareng.”

“Jadi lu pernah ngentoti dia juga?”

“Pernah, tapi dia tak suka”

“Ohhh ... Lu sendiri enak kalu dientot gw?”

“Enak, penuh bool gw dientoti lu”

“Lebih enak entotan gw atau entotan Agus? Jujur! Hahaha”

“Lu sih ...”

“Yah sudah, tiap malam sekarang gw bakal entoti lu hehehe”

“Gilak lu wkwkw”

“Jangan bilang-bilang Agus, diem-diem aja. Lagian apa hak dia larang lu dientoti siapa? Kan lu cuma dikawinin, bukan dinikahi”

“Sial lu!”

“Hahaha ... Selain ma dia, sapa lagi ‘Ka?”

“Ga lah, gila apa lu?”

“Hehehe ... Ga pa pa lah, dapatin kau lebih oklah daripada Agus, gw lebih suka ma lu, tampan – macho”

“Masa sih? Wkwkw”

“Masih ngaceng aja tuh kontol? Belum lepas dari lubang gw”

“Biarin aja kali, enak ini ... Hehehe” Sekali lagi kucium pipinya sebelum lepas kontolku dari lubangnya

Akhirnya kami tertidur pulas ... Dalam tidurku, terbayang bagaimana jika Eka saya entoti setiap hari ...

Apakah Agus akan mengetahuinya?