Page Tab Header

Monday, May 5, 2014

Pernikahan Terkutuk

Kekecewaan terberat dari seorang wanita akan pasangannya yang bermain gila, dengan sesama jenis…
Trauma, entah apa yang harus dilakukan…
Beragam cara sudah dilewatkan, untuk meninggalkan ingatan masa lampau, memori yang seharusnya kini bisa direlakan untuk pergi begitu saja, tanpa ada yang mengganjal di hati..
Tragedi keretakan hubungan kami disebabkan oleh Handy, seorang bestman yang diminta oleh Mas Aldi untuk menjalani proses pernikahan kami.
Aldi, adalah pria panutan hidupku, matahariku, dan kuakui ku tak bisa hdiup tanpanya..
Sebagai seorang gadis yang dianggap sebagai gila karir, membuat gosip beredar di tengah lingkungan pekerjaan, keluarga, sebagai seorang gadis yang berat jodoh.
Ah, entah apa lah itu, aku pun tak menanggapinya serius…
Tepat dua bulan lagi, pernikahanku akan dilangsungkan dengan semarak.
Ratusan undangan dari masing masing pihak pengantin sudah menyebarkan undangannya. Ragam sponsor sudah bersedia menawarkan untuk memperlancar proses pernikahan kami, event organizer yang sudah matang merencanakan pernikahan kami, yang sudah siap berjalan dengan lancar…
Mas Aldi, matahariku dan pangeran dalam cerita dongengku.
TRAGEDI 12 NOVEMBER 2002
Pagi itu, adalah pagi yang sebenarnya aku berharap tak pernah membuka mata dan aku tak siap untuk maju melangkah ke tahap selanjutnya di dalam siklus kehidupan.
Kini, hidupku sudah hampir berubah sepenuhnya, aku akan diper-istri oleh calon suamiku, Mas Aldi, pria dengan tinggi badan 178 cm, berkulit putih, sexy dan macho dan memiliki kharisma sebagai pemegang direktur utama dalam suatu perusahaan property development, badan yang tegap dan atletis, tentunya membuat sahabatku sendiri, Cleo, iri padaku. Aku luruskan, bukan iri dari konotasi negatif.
“selamet yah sista, aku bangga banget sama kamu” ujar Cleo, sambil memelukku dengan erat.
“aku nggak nyangka, aku akan diperistri oleh Mas Aldi” ku pererat pelukanku akan dekapan tubuh Cleo, dan ku gengggam kedua belah tangannya.
“gue mohon doa yah, gue mohon doa restu dari lo, sahabat gue yang bener bener ngertiin gue, yang selalu support gue dalam keadaan apapun” ujarku dengan ucapan yang sungguh-sungguh kepada Cleo.
“ssshhh, udah udah, shut your mouth dear, I will always be here, we always together as always be you know! Come on, your groom is already waiting for his marvelous bride” ujar Cleo bergegas, dan kami menengok ke samping, meja rias pengantin yang memantulkan pemandangan seorang gadis yang sudah siap diperistri.
Semua perlengkapan sudah kukenakan, make up sudah terhias lengkap.
“ayo, kita foto dulu sama calon suami kamu” Cleo membantuku berjalan ke arah mini studio yang ada di tepat sisi lain rumah Mas Aldi.
“gimana, sist, aku udah kece kan?” tanyaku panik.
“sshhh udah udah, nggak usah panik, semuanya terkontrol dengan baik” seraya Cleo menuntunku berjalan ke arah mini studio foto, sambil mendampingiku berjalan.
Di sana, aku melihat mas Aldi dengan gagahnya, dengan setelan tuxedo yang sangat jantan, membuat jantungku berdegup kencang. Ia menghampiriku dengan gentle nya, memegang kedua belah tanganku, dan memberikan lengannya yang kekar untuk menuntunku ke mini studio foto.
Aku bisa merasakan bahwa semua mata menuju padaku, banyak yang bergumam “waahhh cantiiikkk sekali”.
Suara panik dari arah seberang ruangan, suara khas, disela sesi pemotretan kami, mamaku yang heboh sendiri.
“ayooo kita jalan ke gereja, ayo semua, biar nggak telat, cepet cepet! Aldi, ayo nak, masuk ke mobil pengantin” ujar mamaku heboh.
Usianya sudah hampir masuk di usia senja, akhirnya mamaku sudah berhasil menikahkan semua anak gadisnya, dan pancaran aura wajahnya adalah aura wajah yang tenang, menandakan bahwa tugasnya sudah selesai sebagai tugas yang diemban oleh orang tua.
Mobil pengantin Mercedez E-Class berwarna putih, yang sudah dihiasi oleh pita dan bunga lilly, Mas Aldi membukakan pintu mobil, Cleo membantuku untuk masuk ke dalam mobil. Mas Aldi duduk di depan samping driver kami, dan Cleo duduk di sampingku dan disusul oleh Handy.
Iring-iringan mobil pengantin yang dikawal oleh konvoi kendaraan roda dua PM, sirine pun dinyalakan, mengarah ke gereja Santa Ursula, paroki yang ditunjuk oleh Mas Aldi untuk pemberkatan pernikahan kami.
Sampailah di gereja Santa Ursula, diikuti oleh rombongan iringan mobil keluarga mas Aldi dan keluargaku, semua sudah bergegas di lobby gereja.
Mas Aldi membukakan pintu, aku pun dibantu untuk turun dari mobil pengantin ini. Cleo turun dibantu oleh Handy dari mobil pengantin, dan kami bergegas beriringan mengikuti jalur karpet merah ke depan altar perkawinan kami.
Betapa bahagianya aku, didampingi oleh sahabat terbaikku, Cleo, menggengam tanganku, dan calon suami tercintaku yang ada di sebelahku, kugenggam erat untaian rossario untuk menghilangkan kegugupanku dan bukti syukurku kepada Tuhan.
Aku dan Mas Aldi duduk di deretan bangku paling depan, siap untuk menyambut acara momentum Ekaristi Pernikahan kami. Liturgi sabda, Mazmur Tanggapan yang dilantunkan oleh Cleo dan tim paduan suara, membuatku berurai air mata.
Mas Aldi memberiku sapu tangan miliknya, dan menggenggam tanganku dengan eratnya. Sampai tiba saatnya peneguhan perkawinan kami, semua umat berdiri, aku dan Mas Aldi berjalan ke depan Altar.
“Mempelai berdua yang berbahagia, saudara telah hadir di gereja ini untuk melangsungkan perkawinan, di hadapan pejabat Gereja dan disaksikan oleh umat beriman. Kiranya Tuhan memberkati dan meneguhkan saudara. Namun sebelum perkawinan ini diresmikan perkenankan saya meminta pernyataan dari para saksi.
Para saksi yang terhormat, adakah sesuatu yang menghalangi pernikahan ini menurut adat dan ajaran gereja katolik?” ujar Romo yang memberkati pernikahan kami.
“Sepanjang pengetahuan kami, tidak ada halangan apapun untuk meresmikan pernikahan ini menurut tata cara gereja katolik. Kami mendukung sepenuhnya permohonan kedua mempelai, dan kami bersedia menjadi saksinya” gumam seluruh umat yang berada di belakang kami, ku menoleh ke tempat duduk di barisan kedua, mamaku sudah berurai air mata.
“Mempelai berdua yang berbahagia, setelah saya mengadakan penyelidikan seperlunya, saya selaku pejabat Gereja meluluskan permintaan anda berdua. Akan tetapi sebelum perkawinan anda berdua ini diresmikan, saya persilahkan kedua mempelai menyatakan kesungguhan hati anda berdua di hadapan Allah dan semua yang hadir.” Ujar Romo
”Saya, Agustinus Reinaldi, menyatakan bahwa saya sungguh ingin meresmikan perkawinan ini dengan ikhlas hati. Saya bersedia mencintai dan menghormati istri saya sepanjang hidup saya. Saya bersedia menjadi bapak yang baik, bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada saya serta mendidik mereka dalam terang iman Kristiani.” Ujar Mas Aldi.
”Saya, Clara Ceacilia Abigail, menyatakan bahwa saya sungguh ingin meresmikan perkawinan ini dengan ikhlas hati. Saya bersedia mencintai dan menghormati suami saya sepanjang hidup saya. Saya bersedia menjadi ibu yang baik, bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada saya serta mendidik mereka dalam terang iman Kristiani”
“Maka tibalah saatnya untuk meresmikan perkawinan anda berdua. Saya mempersilahkan anda masing-masing mengucapkan perjanjian perkawinan satu-persatu sambil meletakkan tangan di atas Kitab Suci ini. Dengan harapan janji saudara berdua menjadi ikatan seumur hidup dalam kasih Tuhan.” Ujar Romo
“Di hadapan romo dan para saksi, saya Agustinus Reinaldi menyatakan dengan tulus ikhlas bahwa Clara Ceacilia Abigail yang hadir di sini, mulai sekarang ini menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam suka dan duka dan saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Demikianlah janji saya, demi Allah dan Injil suci ini.” Ujar Mas Aldi dengan pernyataan yang teguh.
“Di hadapan romo dan para saksi, saya Clara Ceacilia Abigail menyatakan dengan tulus ikhlas bahwa Agustinus Reinaldi yang hadir di sini, mulai sekarang ini menjadi suami saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam suka dan duka dan saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Demikianlah janji saya, demi Allah dan Injil suci ini.”
“Atas nama Gereja Allah dan di hadapan para saksi dan hadirin sekalian, saya menegaskan bahwa perkawinan yang telah diresmikan ini adalah perkawinan Katolik yang sah. Semoga sakramen ini menjadi bagi anda berdua sumber kekuatan dan kebahagiaan. Yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia. Demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.” Ujar Romo. Dan semua umat mengucapkan “amin”
Kemudian, tata acara ibadat dilangsungkan kembali, dan momentum pertukaran cincin yang dibawakan oleh Handy, diterima oleh mas Aldi dan semua berlangsung dengan mulus.
Mas Aldi membuka tudung di kepalaku, dan acara pertukaran cincin terjadi.
Mas Aldi mencium keningku, tanda sebagai sah nya aku sudah diperistri olehnya..
Semuanya bertepuk tangan..
Selesai sudah acara pemberkatan pernikahanku.
Kami pun kembali menuju ke mobil pengantin, ke arah kediaman pribadi Mas Aldi, untuk bergegas acara resepsi pernikahan esok hari.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Sore itu, aku pun dikejutkan oleh kabar bagaikan petir di siang bolong.
Betapa kagetnya aku, Cleo bergegas untuk menggiringku ke bilik rias. Di sana, memang kamar pribadi tempatku sementara, kemudian Cleo meminta agar semua orang yang ada di dalam ruangan untuk pergi dari sana, dan hanya ada aku berdua di dalam bilik pribadiku.
Cleo mengunci kamar, dan dia nampak bingung dan panik.
Cleo memeluk tubuhku erat, dengan gelagat gesture yang menunjukan bahwa dia benar-benar panik.
“gue bingung, harus ngasih tau lo hal ini apa nggak, Clara.. gue nggak bisa membiarkan lo living in the darkness”
“apa si yo?” aku benar benar penasaran.
Cleo berjalan ke sana kemari, bingung, sambil membawa tempat Compact Disc, kemudian ia mengambil laptop di dalam laci meja kerja yang ada di bilik ini.
“gue nggak mau ngebiarin sahabat gue, atau menutupi hal untuk yang namanya kebaikan. Karena sesuatu yang disembunyiin itu sama sekali nggak baik”.
Betapa terkejutnya aku, bahwa ternyata CD itu adalah rekaman video porno, yang dimainkan oleh suamiku dan best man nya, mas Handy.
Rekaman di dalam compact disc itu, terlihat sebagai rekaman video amatir, oleh kamera yang konsepnya mobile. Terdiri dari banyak ragam pria yang berada di dalam suatu living room, nyaman, sofa, televisi dan nampaknya ruangan yang pribadi.
awalnya, nampak para pria sedang diwawancara satu persatu, mengutarakan semoga perkawainan yang akan dilangsungkan nanti membawa berkah dan kesuksesan di kemudian hari, dan semoga bahtera rumah tangga yang nantinya akan dirajut dapat berjalan dengan mulus, semoga apapun permasalahan yang terjadi dapat terselesaikan dan jalan cerai adalah bukan yang harus ditempuh.
Kemudian arah kamera menunjukkan gambar pintu living room, nampaknya keadaan ruangan adalah di dalam sebuah apartemen. Kemudian, terdengar jelas suara suara yang mengatakan “wah itu Aldi, ayo cepet cepet beres-beres”
Bunyi bell pintu sampai 5x dering, juga masih belum dibukakan pintu.
Sampai camera-man menyorot seisi ruangan, dan kurang lebih ada 7 pria yang berada di dalam ruangan mengatakan “oke oke, siap nih, ayo cepet cepet bukain pintunya!”
Kemudian camera-man berjalan ke arah pintu, dibantu oleh seorang pria yang nampaknya sebagai pemandu acara, dan ternyata muncul lah suamiku yang sedang ditutup matanya, dan dipandu oleh pengiring nya, Handy.
Suamiku pun seperti mengutarakan pernyataan apa yang sedang dilakukan oleh teman temannya, kejutan seperti apa yang akan diberikan padanya.
Kemudian seorang MC tadi, pun mengutarakan bahwa ini adalah pesta bujangnya, pesta terakhir sebelum menginjak bahtera perkawinannya dengan Clara.
Dan semua ucapan bernada kasar, cemoohan yang tidak sopan, yang dianggap oleh para lelaki bahwa hal tersebut adalah guyon belaka.
“kita, babakalan lepas ikat mata lo, kalo lo udah siap untuk liat apa yang akan kita kasih sama lo”.
“oke, gue siap”
Kemudian, sesaat MC masih mengulur waktu berbincang-bincang dengan Mas Aldi, para lelaki, rekan mas Aldi membawa seorang gadis yang disumpal mulutnya, tubuhnya telanjang, dan diikat, dan kemudian wanita itu meronta-ronta, melenguh, ingin melepaskan tubuhnya dari dekapan para lelaki brengsek itu.
Gadis itu cantik sekali, dengan muka memelas, meronta, menangis, dan nampaknya satu pria mulai berlaku kasar padanya, dengan menggenggam rahang wanita tersebut dan membentaknya agar diam.
Kemudian, para rekan mas Aldi mengikat gadis tersebut dengan lakban plastik berwarna ungu, lakban spesial yang dibeli katanya dari luar negeri sebagai toko alat seksual, seperti yang dijelaskan pada saat mas Aldi belum memasuki ruangan. Karena, mereka masih berdiskusi tentang konsep kejutan yang akan dilakukan kepada mas Aldi.
Betapa terkejutnya mas Aldi ketika tutup matanya dibuka, melihat pemandangan gadis yang sebenarnya sudah bisa dikonsumsi itu.
Semua tertawa lantang, oleh suara-suara jantan di dalam ruangan menggema, dan tak sadar, aku pun merintihkan air mata.. tak tega melihat itu semua.
Beberapa pria pun mulai mempersilahkan mas Aldi untuk menikmati dan mengkonsumsi gadis itu. Si MC, berlaku tidak senonoh, meremas kedua payudaranya, dan beberapa pun mulai menoyor / mendorong kepala si MC “goblok lu! Itu buat si Aldi, begooo!!! “ dan suara tertawa membahana di ruangan menandakan keakraban mereka.
Si MC pun langsung memaksa membuka baju mas Aldi, mas Aldi meronta, dan kemudian beberapa orang membantu memaksa mas Aldi bertelanjang bulat. Suara tertawa-tawa lagi, dan kini mas Aldi bertelanjang bulat.
Kemudian para pria itu menggiring mas Aldi untuk naik ke atas meja ditempat perempuan tersebut diikat. Beberapa mengatakan “masih perawan nih, anjing, masih SMA nyet, cepet pake”
Dan camera-man menyorot wajah gadis itu, memperlihatkan wajah keputus asaan, desperado, diperlakukan tidak senonoh oleh para lelaki, termasuk oleh suamiku.
Cleo memberikan bahunya untuk tempat kepalaku bersender sambil melihat tontonan yang tidak pantas itu.
Suara membahana yang terbahak-bahak mengisi seluruh living room di apartemen tempat diambilnya video yang sangat kurang pantas ini. Aku pun ingin menyudahinya, namun Cleo menahanku, memberiku isyarat agar tetap terus memperhatikan video yang diputar itu.
Cleo menganggap hal tersebut normal, namun ada hal yang pantas untuk tidak ku maafkan akan perlakuan mas Aldi, akan adegan yang beberapa menit lagi terjadi. Itu menurutnya.
Camera-man menyorot tubuh gadis cantik yang disekap itu, disumpal mulutnya, diikat tangannya oleh lakban dan dirinya menyatu pada meja living room itu. Mas Aldi sudah berada di atas tubuh gadis sexy nan mungil itu.
Teman-temannya berujar “udaaahhh, hajar Aldi, entot! Pake ampe puas!”, namun suamiku nampaknya bergelagat bingung dan seakan tidak tahu apa yang akan dia lakukan. Camera-man menyorot semua badan suamiku, dari wajah, sampai dada dan terakhir mengambil gambar penis mas Aldi yang sama sekali tidak ereksi.
“waaahhh, lo nggak konak bray, wah homo lo ya? Hahahahaha!!” ujar teman-temannya menghina. Wajah mas Aldi pun menjadi merah padam, ia menutup hidungnya dengan kedua belah telapak tangannya, seakan bergumam “aahhh shiiittt!!!”
Mas Aldi, badan atletis, hunk, dada bidang dan besar perawakannya, perutnya bak roti sobek, semua keras dan kotak-kotak, benar-benar jantan sekali, semua presentasi tubuh kesempurnaan mas Aldi menjadi bahan cemoohan oleh teman-temannya, yang mengatakan bahwa “bagaimana bisa tubuh se-sempurna dan perawakan se-ganteng Aldi tidak bisa menggagahi wanita yang sudah pasrah dan siap untuk dipakai asal-asalan?”
Semua kejadian itu masih membuat mas Aldi tidak dapat ereksi. Namun, nampaknya si MC mulai mengarah pada suatu percakapan yang lebih ke arah mengangkat topik yang serius.
“Aldi, lo kenapa nggak mau nge-hajar nih cewe?” tanyanya serius.
Semua teman-temannya ada yang bergumam “ya iya laaah homo! Udah lah gue pake aja sini! Ah bego lo Aldi!”
Aldi pun diam saja, masih menutup hidungnya dengan kedua belah tangannya.
Kemudian mas Aldi pun berusaha balik badan dan ingin melarikan diri di tengah kerumunan, namun ditahan oleh best man nya, Handy.
Dan percakapan bujuk-membujuk dilakukan kembali oleh si MC, namun karena Handy menahan mas Aldi dengan sedikit merangkul, tak sengaja si camera-man menyorot penis mas Aldi, dan terlihat ada perubahan yang lumayan signifikan, penis mas Aldi mulai mengeras.
Si Camera-man pun mulai menyeletuk “nyet, liat tuh nyet, ade nya Aldi bangun! Wah homo lu ye? Hahahaha” semua teman-temannya memperhatikan dan tertawa terbahak-bahak!
Wajah mas Aldi kembali merah padam, dan kemudian mas Aldi berbalik badan, dan mengarahkan wajahnya ke wajah Hendy, kemudian kedua belah tangannya menggenggam kepala Hendy dan mas Aldi mencium bibir Hendy dengan mesra.
Semua pria di ruangan tersebut terkejut dan tertawa terbahak-bahak. Si camera-man mulai menyorot semua pria yang ada di ruangan, dan beberapa mengatakan hal bahwa sangat tidak percaya kalau si Aldi adalah seorang homosex, dan mengatakan hal tersebut langsung kepada camera.
Kemudian, si MC pun mengatakan beberapa patah kata kepada mas Aldi, mengapa hal ini bisa terjadi..
Mas Aldi kemudian mengakui bahwa dirinya memang seorang bisexual, dan cenderung lebih dominan ke arah laki-laki. Dia pun mengatakan bahwa semua pria yang ada di ruangan ini adalah sahabatnya, dan seharusnya, seorang sahabat adalah harus saling menerima baik kekurangan maupun kelebihan.
Kemudian suasana pun mendadak menjadi seakan berduka. Teman-teman mas Aldi pun memberi semangat, dan si MC berujar “yaudah lah, yang penting si Aldi udah mau menikah, ya mana ada kan homo menikah?”
Benar-benar pernyataan si MC adalah kurang ajar sekali, membuat diriku semakin naik pitam mendengarnya. Bangsat!
“oke deh, kalo gitu, mending, kita tanya si Hendy, apa jangan jangan sebenernya kalian sudah menjalin hubungan yang terlarang, tapi kita sama sekali nggak tau?”
Baik Hendy dan mas Aldi mengakuinya bahwa mereka adalah pasangan homosex yang tidak diketahui oleh mayoritas teman-teman mas Aldi.
“buka baju si Hendyyy” teriak si MC, dan semua teman-teman mas Aldi mengerubungi Hendy dan melucutkan pakaian Hendy sampai tanpa sehelai benang sekalipun. Suara membahana terbahak-bahak dan makian terdengar, kemudian mereka menggiring mas Aldi dan Hendy ke salah satu ruangan dan mendorong mereka ke kasur spring bed yang ada di ruangan yang rapih, nyaman dan nampak sangat elegan.
Kemudian si MC mengunci pintu dari luar.
Dan si MC mengatakan bahwa “yaudah lah ya, toh pesta bujang gini kan emang harusnya melakukan semua hal yang dilakukan selama bujangan, agar nanti pas menikah nggak melakukannya lagi kan? Karena kebetulan emang si Aldi nggak taunya homo ya bowwkk, yaudah deh kita biarin aja… cuuusss ayooo cowo cowo, nih perempuan perawan dari pada dianggurin mending dipake rame-rame! Hahahahahaha” teriak si MC sambil tertawa terbahak-bahak dan memutar-mutar kunci pintu seakan penuh kemenangan, sudah mengunci mas Aldi dan Hendy di dalam ruangan tersebut.
“eh, Faris, lo banci juga kan? Ko pake bahasa banci?” celetuk si camera man.
Si MC yang bernama Faris itu pun berlagak seakan banci, dan si camera-man menyeletuk “karena ini momen si Aldi, mending direkam tuh adegan, lagian lo kan banci juga, apa pernah jadi banci? Yaudah sana, nih camera nya”
Kemudian semua temen-temen mas Aldi membekap si MC yang sok banci itu, merebut kunci kamar tempat dikurungnya mas Aldi dan Hendy, dengan maksud si MC itu merekam semua kegiatan adegan mesum mas Aldi dan Hendy.
Nampak, gambar kamera yang menyorot hanya seluruh lantai dan kaki si MC, teman-teman memaksa si MC yang meronta agar dapat juga si MC terkurung di dalam.
Gambar tidak begitu jelas, dan nampaknya si MC sudah dikurung di dalam bersama mas Aldi dan Hendy.
Gambar dari kamera pun menyorot wajah si MC, yang mengatakan “yah, sssttt!!! Yaudah lah ya karena emang ini adalah moment terakhir Aldi, mari kita lihat adegan Aldi dan Hendy, jangan berisik, silahkan dinikmati”
Si MC yang berlaku sebagai camera-man ini pun mulai menyorot tempat tidur spring bed, yang dihiasi oleh dua lelaki atletis, telanjang bulat, dan saling berpagutan mulut, saling meraba otot dan lekuk tubuh masing-masing, dan saling melenguh penuh nafsu.
Mas Aldi….. oh Mas Aldi,,, teganya kamu
Pancaran sinar matahari di samping jendela ruangan keparat ini menyinari seisi bilik, ditambah dua buah lampu bedside table yang menyala, seakan menambah romantisnya ruangan. Somehow, pemandangan tersebut membuatku benar-benar jijik sekali dan ingin muntah rasanya!
Mas Aldi, bertelanjang bulat, dengan wajah yang maskulin, cambang di pipinya benar-benar macho, lekuk tubuh kekar tangannya sangatlah kekar dan bertenaga sekali, punggungnya yang terbentuk dan terlatih secara kencang, pantat nya yang montok karena hasil latihan gym yang gila-gilaan, dan semua gambaran jelas ini tersorot oleh si banci camera-man ini.
Adegan ciuman dan berpagutan benar-benar sangatlah ekstrim. Mas Aldi melahap semua bibir Hendy dengan ganasnya, seakan-akan mas Aldi tak akan bisa menikmati lagi bibir manis milik Hendy.
Hendy, perawakan tubuhnya tidak sebegitu besar mas Aldi, namun badannya atletis. Lekukan biceps dan triceps mas Hendy tetap proporsional, namun tidak sebesar mas Aldi. Badannya atletis, dan terlihat di gambaran yang ditangkap oleh kamera, mas Aldi sedang mengulum dada bidang Hendy. Putingnya Hendy berwarna pink dan bersih halus tanpa bulu-bulu.
Mas Aldi bagaikan seorang bayi yang haus akan puting seorang ibu, yang membuat Hendy kelojotan dan menggeliat kesana kemari. Tetapi, tertahan oleh tenaga kuat mas Aldi.
Mas Aldi menjilat dada bidang Hendy dengan lidahnya, menyapu ke seluruh bagian, sehingga nampak dada bidang Hendy jauh lebih mengkilat dari sebelumnya, bagaikan sepatu pria yang selesai disemir. Shit!
Hendy pun tak tahan akan perlakuan yang diberikan oleh mas Aldi, sehingga ditengah kegiatan menggeliatnya, ia memegang kepala mas Aldi dengan kedua belah tangannya, dan mengarahkannya agar mereka kembali berciuman.
Lenguhan dua orang pria terdengar jelas karena camera-man mengambil gambar mereka dengan dekat sekali, nampak jelas sekali dua wajah ketampanan menghiasi layar kaca.
Benar-benar pengambilan gambar yang sangat jelas dan sesekali mereka yang sedang berpagutan melihat ke arah camera dan tersenyum puas.
Tetesan air mata ku semakin deras. Aku menyekanya dengan kedua belah tanganku yang masih terbungkus dengan sarung tangan gaun pengantin yang serba putih.
Kemudian, adegan yang tak pantas lagi mulai terpampang, mas Aldi bergerak ke arah bawah, mencium dada bidang Hendy, perut nya yang kotak, dan terakhir, ia berhenti di area selangkangan si Hendy. Penis Hendy sudah mengeras sejadi-jadinya, dan mas Aldi menggenggamnya dengan pasti.
Mas Aldi membuat paha Hendy agak berdiri, membentuk segitiga siku di salah satu sisi dan menahannya agar berdiri, kemudian ia mulai menciumi paha mulus Hendy yang putih dan atletis, dan mengulum paha. Nampak Hendy mulai kelojotan dan menggeliat ke berbagai arah, namun ditahan oleh tubuh kuas mas Aldi yang sedang menikmati area kejantanan Hendy.
Mas Aldi sangat sibuk di area selangkangan Hendy, sehingga Hendy yang benar-benar tidak tahan, tak tahu harus berpegangan ke arah mana, ia menggenggam lengan kekar mas Aldi benar-benar pemandangan yang sebenarnya sangatlah indah dan sayang untuk dilewatkan. Yea, sangat dilewatkan apabila aku juga seorang homosexual. Sebaliknya, pemandangan semakin mebuat hatiku hancur berkeping-keping!
“hmmmfffhhh aaahhh,,, mmmffhhh slluuurrppp” mas Aldi membuat cupangan di daerah paha Hendy, dan mas Aldi tersenyum puas. Hendy yang melihat dan seakan bergumam “aahhh noooo!!! Oh my God, Aldi what are you doing? Damn, man!” dan mereka tertawa kecil dengan mesra nya.
Mas Aldi kemudian merangkak naik, dan mulai kembali berpagutan dengan Hendy yang kepalanya berhiaskan bantal empuk dan bersih, putih, layaknya si Hendy yang diperlakukan bak pengantin di malam pertama mereka.
Kemudian mas Aldi mulai bergerak ke arah leher Hendy untuk melumat habis daerah itu sehabis mereka berciuman semesra mungkin. Dan nampak di gambaran layar kaca, punggung mas Aldi yang kokoh dan padat, besar menutup hampir seluruh badan Hendy, leher Hendy yang dilumat habis oleh Mas Aldi, membuat Hendy memancarkan wajah kenikmatan seorang pria yang di-service habis-habisan.
“oohh… aaaaahhh!!!!” gumam Hendy..
Kedua pria telanjang yang berada di atas kasur springbed putih, nyaman, dan suasana kamar yang membangkitkan gairah bercinta menggambarkan sosok DUA ADAM JANTAN yang bermandikan peluh keringat yang menampakkan jelas lekuk tubuh berotot yang mereka miliki.
Tidak kebayang, aroma seisi ruangan nampaknya dipenuhi oleh harum tubuh kejantanan dua pria yang bergelutu di ranjang itu.
Mas Aldi kemudian menyudahi permainan di leher Hendy, kemudian ia bergerak turun dan menggenggam batang mentah milik Hendy yang sudah berdiri dengan tegaknya.
Batang penis itu masih menyisakan sisa sekitar 5cm dari genggaman tangan Mas Aldi yang berpusat dari pangkalnya, betapa panjangnya penis Hendy.
Mas Aldi dengan segera mengulum kejantanan Hendy dengan rakusnya.
Hendy, pria dengan rambut cepak, berponi samping tipis dan dihiasi cambang halus, berparas ganteng dengan blasteran suku Jawa – Sulawesi, berkulit sama putihnya dengan Mas aldi, menghiasi ekspresi keenakan di layar kaca.
Sungguh sempurna sekali, bagaikan pasangan homo yang serasi di siang hari itu. Kamera-man itu pun kembali menyorot pemandangan Mas Aldi yang tak henti-hentinya mengulum penis Hendy, maju, mundur, mengeluarkan penis Hendy dari bibir mas Aldi yang merah, kemudian Mas Aldi menepelkan penis Hendy di pipinya (benar-benar gambaran yang sangat membuat jantung pria homo yang melihat berdebar kencang), dan kemudian menjilati ujung penis Hendy.
Mas Aldi merapatkan bibirnya, dan mengeluarkan air liur yang lumayan banyak untuk dilumuri ke penis Hendy, sambil mengocok penis Hendy dengan gemasnya, menggenggam keras dari pangkal sampai ujung penis, dengan licinnya, meremas dan mengurut, yang kemudian nampaklah tubuh Hendy menggeliat di kasur.
Dada bidangnya, perut kotaknya yang mengejang, lenguhan bernada jantan karena penis yang dikocok oleh pakar yang mengerti benar bagaimana memuaskan penis pria.
“Mas Aldi, aku sange banget,, aaaaaahhh, shit!!! Masss,,, aaaahhhh!!!” kemudian Hendy pun beranjak bangun dari posisi kepala yang vertikal, kemudian mendorong mas Aldi agar menjauhi penisnya. Langsung Hendy bergumam “entot mulut gue, anjing! Gue pengen gantian sepong kontol lo”
Hendy pun mengambil posisi tiduran dengan posisi horizontal. Kepalanya menggantung ke bawah, dan ia mengarahkan agar mas Aldi meng-entoti mulut Hendy.
Mas Aldi berdiri, kemudian mengarahkan penisnya yang tepat langsung pada kepala Hendy yang menggantung di tepian kasur spring bed.
Dengan puasnya, posisi ini sangat ideal bagi mereka untuk memuaskan kontol masing-masing. Mas Aldi mengentoti mulut Hendy dengan posisi berdiri, sedangkan mas Aldi juga dapat mengulum penis Hendy dikala Hendy yang dalam posisi tiduran terlentang dengan kepala yang menggantung di tepian springbed.
Bunyi saling mengulum terdengar keras, lenguhan kejantanan membahana di speaker laptop di ruangan rias ini.
Kaki ku pun lemas, aku tak sanggup berdiri.
Aku hanya menangis, aku pun bersimpuh. Air mata sudah jatuh berurai, ntah lah, mungkin sudah tak terhitung berapa yang kuteteskan untuk melihat video yang semestinya tidak aku saksikan ini.
“Cleo,,, *menghela nafas sambil tersendat-sendat oleh tangisanku* apa yang harus gue lakukan?”
Cleo menatap kedua mataku yang sudah berlinangan air mata ini dengan wajah penuh simpati. Bagaikan seorang kakak perempuan yang ingin membela adiknya, membantu menyelesaikan segala permasalahan yang tidak bertanggung jawab yang sedang terjadi saat ini.
Cleo bagiku adalah bagaikan sosok kakak perempuan yang tegas, yang penuh tanggungjawab dan mampu mengarahkan segala keadaan yang terpuruk menjadi keadaan yang lebih baik. Ya, aku yakin itu! Pernah beberapa kali semua permasalahanku terselesaikan dengan baik dengan balai bantuan dari Cleo.
“Clara, semua keputusan ada di lo, apakah lo akan melanjutkan semua ini, atau lo ingin mengakhiri semua yang udah sekarang ini” ujarnya sambil menyeka air mataku dengan ibu jarinya yang manis.
Aku sama sekali tidak memiliki pikiran yang sangat jernih untuk mengambil keputusan di tengah keadaan yang semestinya tidak terjadi.
Aku hanya duduk termenung, melihat pertunjukan percintaan yang masih berlangsung dengan panasnya…
Ku lihat di layar kaca, Hendy sedang melahap kontol mas Aldi dengan kepala yang menggantung ke bawah dari tepian kasur itu.
Penis mas Aldi yang ukuran berdiameter cukup besar, dan dengan panjang penis yang bisa dikatakan hampir 18cm, cukup panjang untuk ukuran orang asia seperti kita, dapat muat masuk ke dalam tenggorokan Hendy.
Seketika, pemandangan menunjukkan bahwa penisnya hilang, dan saat muncul kembali, penis kokoh mas Aldi sudah basah oleh cairan liur Hendy..
Beberapa kali pun, nampak Hendy kewalahan dalam menangani penis Mas Aldi yang sedang dalam birahi tinggi, membutuhkan sesuatu yang dapat memuaskan hasrat birahi tinggi demi kepuasan sexual belaka.
Sambil menyelam minum air. Yea, nampak di layar kaca, tubuh kekar mas Aldi yang sibuk mengentoti mulut Hendy dan mas Aldi yang sangat sibuk mengulum batang kejantanan Hendy yang ukurannya tidak beda jauh dengan milik mas Aldi, namun diameternya nampak lebih ramping bak ukuran wortel.
Tubuh Hendy nampak mengungkapkan bahasa tubuh bahwa ia benar-benar kejang dan kewalahan oleh sapuan lidah dan sedotan dari mulut mas Aldi akan penisnya yang dilahap habis-habisan, dan lenguhan Hendy terdengar sangat khas sekali, menikmati service yang diberikan oleh mas Aldi.
Beberapa kali mas Aldi dengan sengaja membenamkan penisnya secara keseluruhan, menahannya, hingga Hendy merasa tak bisa nafas, terbatuk dimana posisi kontol mas Aldi masih di dalam tenggorokan Hendy.
Saat penis mas Aldi ditarik keluar, lumuran air liur sudah mem-perkilap penis mas Aldi. Merasa bahwa mas Aldi sangat mendominasi tubuh Hendy, ia pun ketagihan akan pemandangan itu, dan menjejalkannya kembali ke dalam mulut Hendy sampai Hendy tersedak, terbatuk dan mengeluarkan air liur putih banyak sekali dari mulut Hendy.
“Haaaahhh,,,, aaah, aahh, aaaahhh,, hmmmffhhh mooaahhhh!! Eeennggg mmmm… Emmmm…” Desahan nafas Hendy yang membahana di seperangkat laptop kemudian menunjukkan bahwa mulut Hendy dijejalkan batang kontol yang besar, keras, mengkilat, keluar masuk melalui bibir Hendy yang merah, pipi yang mulus, dan kemudian mas Aldi menarik kontolnya dan menggantinya dengan bibir mas Aldi. Mereka ciuman dengan posisi terbalik, dengan mesranya, seakan mereka memiliki satu sama lain.
Bibir Hendy yang basah, kedua mata mereka tertutup dan saling melumat bibir.
Pemandangan layar kaca pun memperlihatkan kontol mas Aldi yang sudah sangat mengkilap, licin, dan mas Aldi membujuk Hendy apakah diperbolehkan untuk men-setubuhi Hendy saat itu.
Hendy memberikan senyum ketulusan kepada mas Aldi, dan mas Aldi menganggap bahwa senyuman itu adalah persetujuan untuk melakukan kegiatan memperpuas nafsu biadab yang sudah menghiasi relung hati mereka masing-masing.
Mereka pun segera mengambil posisi yang enak untuk bersetubuh..
Mas Aldi kemudian dengan sigapnya memutar tubuh Hendy, kepala Hendy diangkat perlahan dan tubuh diputar sehingga bagian bawah tubuh Hendy berada di depan penis mas Aldi persis, kaki Hendy dinaikkan dan diganjal pada kedua bahu mas Aldi, belahan anusnya nampak jelas, dan penis yang tegang menempel pada perut kotak Hendy.
Mas Aldi mengangkat kaki kanannya agar telapak kaki nya bertumpu pada sisi kasur, dan nampak mas Aldi memasukkan penisnya ke dalam anus Hendy. Pelan, gentle, dan perlahan, seluruh kepala penisnya sudah masuk ke dalam penis Hendy dengan mudahnya, Hendy pun meringis, tangannya mencengkram erat kedua lengan kekar milik mas Aldi, meringis dan mendesah “aaaahhh, mas Aldi, maaas,,, sakit mas, aaaahhhh”seketika penis mas Aldi sudah hampir masuk semua dan bersarang di dalam anus Hendy.
Kemudian, mas Aldi membenamkan seluruh penisnya di dalam sana, tanpa melakukan penetrasi (gerakan keluar masuknya penis di dalam anus), ia melumat bibir Hendy dengan ganasnya, dan lenguhan khas Hendy terdengar.
Ntah lah, apa arti lenguhan itu? Apakah lenguhan penuh kenikmatan atau sengsara? Yang jelas, setelah menonton video itu, yang aku tahu adalah jelas, bahwa sengsara membawa nikmat.
Aku sama sekali tidak terbiasa dengan tontonan yang disuguhkan oleh Cleo di sore hari ini, apalagi pasca janji pernikahanku dengan seseorang yang sedang melakukan adegan percintaan terlarang di layar kaca laptop. Aku bangkit berdiri, dan berkata pada wanita yang sudah aku anggap sebagai kakak kandungku sendiri, yang sudah sering kali menyelesaikan segala permasalahan yang kumiliki, yang mana ku anggap bahwa masalah yang selalu kuhadapi tak kunjung selesai.
“Cleo, gw sudah menganggap lo sebagai sahabat sejati gw, kakak kandung gw, even though I met you for recently three years, but you always made every single problem that I had, disappear from my life.. Gw yakin, lo pasti bisa menyelesaikan permasalahan yang gw hadapin saat ini, please Cleo, please…!!”
Gw menangis, meng-gugu, tersedu sedan berlinangan air mata. Gw ga lagi perduli akan kondisi gw yang sudah terpuruk ini.
Cleo pun ikut duduk di samping gw, duduk bersimpuh di karpet lantai tempat gw tak lagi mampu menginjakkan kaki berdiri melihat semuanya.
“Clara, I’ll take you to a place, where the fantasy you’ve created will never loose a chance” ujarnya dengan tatapan serta makna yang penuh kepastian.
“May I go with you?”
“Sure. Just let everything go with it”
Cleo mengecup keningku, memelukku, dan membantuku berdiri.
Sekali lagi, gw melihat layar laptop yang masih menayangkan kegiatan bercinta mas Aldi dengan Hendy.
Gw melihat penampilan gw yang berantakan dari pantulan meja kaca rias pengantin, bagaikan orang gila yang dikenakan gaun pengantin sebagai bahan lelucon orang-orang. Gw ngga perduli lagi, yang penting, gw yakin bahwa Cleo bisa membawa gw pergi dari sini, dan melupakan akan apa yang pernah terjadi saat ini.
Sudah bulat tekadku untuk menghilang dari keluarga dan dari kehidupan Mas Aldi. Kini, saat gw buka pintu untuk keluar dari bilik ini, janji dan tekad haruslah dipenuhi untuk benar-benar meninggalkan semua yang gue miliki.
Dengan dukungan dari Cleo, maka segala sesuatunya akan berjalan baik baik saja. Ya, gue percaya itu.
Tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya apabila tanpa kehadiran Cleo di dalam hidup gue, ditengah kondisi yang saat ini sedang gue rasakan. Entahlah, mungkin jalan bunuh diri dengan meminum pil beracun adalah ide yang terlintas pertama kali di dalam benak pikiran gue yang paling terdalam.
Namun, Cleo yang selalu ada di sisi gue bagaikan seorang malaikat pelindung yang diutus oleh Tuhan dari surga untuk tetap mendampingi gue, menempuh perjalanan yang penuh batu, kerikil, dan menemui jalan buntu sekalipun.
Pertolongan tangan Cleo dapat menyingkirkan itu semua, sehingga perjalanan hidup yang gue tempuh terasa perjalanan yang sangat berwarna.
Sekali lagi, ucapan terimakasih pada Cleo tetap ku lafalkan di dalam hati, tetap tersenyum dikala air mata yang berlinang di hadapannya.
“My dear Clara, are you ready?” ujarnya sambil menjaga tubuhku, membantuku untuk berjalan ke luar dari bilik ruangan ini.
Aku pun tersenyum, sambil terisak menangis “yes, ready or not, bring it on, sista!” ujarku bercanda, untuk tidak memperkeruh suasana yang sudah terjadi.
Sekali lagi, ku tengok ke arah laptop yang masih menayangkan adegan cinta Mas Aldi dengan Hendy.
Cleo memutar anak kunci pintu dan memutar handle pintu, dan daun pintu pun terayun ke dalam. Pintu pun terbuka, sembari gue lihat pemandangan terakhir adegan percintaan itu..
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Penis mas Aldi terbenam dalam di dalam tubuh Hendy, kemudian melakukan penetrasi sehingga adegan percintaan mereka dimulai dengan ganasnya.
Hendy merangkulkan kedua tangannya pada leher mas Aldi, melumat bibir mas Aldi, ditengah mas Aldi yang sedikit menahan tubuhnya agar tidak terlalu menindih tubuh Hendy. Terlihat, bongkahan tangan kekarnya, melukiskan sosok Mas Aldi adalah pria ganteng yang sangatlah jantan, tak bisa kulukiskan dengan kata-kata, pemandangan mesum yang sedang terpampang di layar kaca komputer lipat ini.
Tubuh mereka berkeringat, peluh yang menghiasi indahnya lekuk tubuh mereka yang dijaga dengan olahraga fitness secara berkala, dada bidang dan perut kotaknya yang nampak jelas, dan pemandangan layar kaca pun mengarahkan pada penis mas Aldi yang sedang sibuk keluar masuk pada lubang cinta milik Hendy.
Lubang yang kita tahu bahwa itu adalah kecil dan kini, paradigma tersebut berkata sebaliknya. Kontol besar milik Mas Aldi dengan leluasa menggagahi dengan kejantanannya yang kokoh dan besar itu, hingga akhirnya mas Aldi mulai mengangkat tubuh Hendy yang atletis, sehingga kini, sosok mereka sedang bercinta sambil berdiri.
Mas Aldi menggendong tubuh Hendy bagaikan seorang ayah yang menggendong anaknya dengan mudahnya, dan penisnya masih terbenam di dalam.
Hendy pun gelisah, mendesah sejadi-jadinya, mungkin dengan gaya posisi tersebut ia merasa bahwa kontol mas Aldi tertancap dalam hingga masuk ke tubuh, dalam sekali sehingga tidak menyisakan sedikit inchi pada pangkal penis mas Aldi.
Wajah Hendy yang putih bersih, kini menjadi kemerahan. Wajahnya merona merah, dan wajah gantengnya membuat mas Aldi kesetanan untuk terus melakukan penetrasi sambil berdiri, menggendong tubuh Hendy.
“aaaahh,, aahhhh,,, aaahhh,, mmfffhhh,,,” dan bunyi aduan kegiatan bercinta antara pantat Hendy dengan selangkangan mas Aldi sangatlah khas terdengar.
Goyangan pantat mas Aldi semakin cepat, semakin kesetanan, merasa kontolnya benar-benar ingin dipuaskan lebih lagi oleh Hendy, dan kemudian mas Aldi membawa tubuh Hendy untuk dirapatkan ke dinding, sehingga tubuh Hendy itu terpojok di dinding, meminimaliskan gerakan Hendy yang kadang menolak gempuran kontol mas Aldi, sehingga Hendy tak dapat bergerak kemana-mana lagi.
Mas Aldi melumat bibir Hendy, dan kamera man menyorot penis Hendy yang ternyata menadakan bahwa Hendy menikmati adegan percintaan yang sedang mereka lakukan. Penisnya berdiri keras dan tegak.
Lekukan tubuh dan otot serta punggung yang atletis makin menunjukkan kejantanannya, karena mas Aldi menggendong tubuh Hendy. Ntah stamina mas Aldi bagaimana bisa menjadi sekuat itu, dikala Hendy yang acap kali memutar bola matanya ke atas, menahan kenikmatan yang diberikan oleh Mas Aldi.
“Mas Aldi,, masss,, aaakkkhhh” lenguh Hendy
“kenapa sayang? Mmmffhhh *melumat bibir Hendy dengan gemasnya, dan suara kecupan kecupan terdengar*aaakkhh aakhhh, kenapa? Hmmm???” ujar mas Aldi menjawab lenguhan manja Hendy.
“mass,,, ngga tahan, aku pengen ngocok mass.. aaakkhhh mmfffhhh *mulut Hendy kembali dilumat oleh suamiku*” ujar Hendy
“mau dikocok? Kocok yah? *sambil melumat leher Hendy, dan lenguhan kenikmatan dari Hendy terdengar dengan jelasnya* yuk pindah ke sofa” ujar mas Aldi.
Mereka pun pindah ke sofa yang letaknya agak jauh di ujung ruangan, mas Aldi masih menggendong Hendy, dan penisnya masih tertancap di dalam. Mereka pun sedikit tertawa kecil, bahagia sekali..
Tubuh Hendy direbahkan di sofa, dan penisnya yang panjang dan benar-benar tegang terlihat jelas ketika mas Aldi menarik penisnya dari butuh Hendy.
Kemudian, terlihat suamik pergi menjauh dari sofa, ke arah meja yang ada di samping tempat tidur, mengambil pelumas yang ada di dalam laci meja tersebut.
Kemudian, ia berjalan ke arah sofa tempat Hendy merebahkan diri, dan dengan segera Hendy merebut cairan pelumas yang diambil oleh mas Aldi.
Mereka tertawa bercanda dengan mesranya, kemudian Hendy menumpahkan cairan pelumas pada telapak tangan kirinya, dan meratakan dengan kedua belah tangannya, dan mengoleskannya pada penis mas Aldi. Berulang-ulang, sehingga penis mas Aldi nampak kemballi mengkilap, licin, dan siap untuk menggempur lubang pertahanan milik Hendy.
Kemudian Hendy pun mengoleskan penisnya sendiri dengan cairan pelumas tadi, dan kemudian, mas Aldi memasukkan kejantanannya yang sudah licin dan siap itu untuk mensetubuhi Hendy. Terlihat Hendy yang keenakan sedang dientot sama mas Aldi, sambil mengocok batang kejantanannya, licin, dan mereka berdua saling melenguh.
Tubuh Hendy yang atletis, perut kotak-kotaknya terlihat menonjol sembari ia menghembuskan nafas keenakan, dada bidangnya yang menonjol, sambil ia sibuk mengocok-kocok batang kejantanannya…
“masss,,, aku mau keluar,, aakhhh aakkkhhh aaahhhhhhhh!!!!!” penis Hendy mengeluarkan cairan sperma yang sangat banyak, menyemprot jauh sampai ke dada Hendy, dan dikalah Hendy sedang orgasme, Mas Aldi dengan sibuknya mengentoti Hendy, semakin menjadi, semakin kesetanan, karena lubang anus Hendy yang dalam kondisi penisnya sedang orgasme berat menjepit penis mas Aldi yang masih kepingin untuk ngentot.
“aaahhhh aaaahhhhh!!!” ujar mas Aldi.
Namun, nampaknya mas Aldi masih belum puas, ia masih terus mengentoti Hendy yang sudah orgasme, kemudian, sambil mas Aldi meratakan hamburan sperma yang ada di tubuh Hendy menjadi satu, mengumpulkannya, dan memaksa Hendy untuk meminum spermanya sendiri.
Hendy pun agak jijik, dan menolaknya. Mas Aldi kemudian menjadi sedikit kejam. Ia tetap mekasa Hendy, dan kegiatan penetrasinya menjadi berhenti seketika. Penis mas Aldi masih di dalam, berhenti, stuck di sana.
“minum! Minum nggak, buka mulut lo, minum!” kata mas Aldi.
“apaan sih mas? Aku nggak suka..” ujar Hendy sambil membuang muka ke arah kanan dan ke kiri.
Tangan Mas Aldi yang sedang belepotan sperma tetap dijejalkan pada mulut Hendy.
Hendy meronta, dan dengan tangan yang lain, mas Aldi menggenggam rahang Hendy untuk membuka mulutnya dengan memaksa. Hendy meronta, penisnya tidak lagi berdiri tegang, namun menjadi mengecil, mungkin takut akan kondisi ini.
“masih nggak mau ngebuka tuh mulut? Anjing lo, sampah!” kata mas Aldi.
Kemudian mas Aldi mencekik leher Hendy, ia meronta, namun tubuh Hendy tak sebegitu kuat milik mas Aldi. Mas Aldi jauh lebih kekar dari Hendy, sebagaimana ia meronta, namun tetap mas Aldi masih mendominasi tubuh Hendy.
Hendy yang lehernya dicekik, tak bisa nafas, akhirnya terbatuk dan mas Aldi menjejalkan sperma milik Hendy ke dalam mulutnya dan berhasil ia masukkan. Dengan terpaksa, Hendy menjilati seluruh telapak tangan mas Aldi yang belepotan oleh spermanya sendiri, melahap habis, karena Hendy tak ada pilihan.
Wajahnya ketakutan, mulutnya memohon untuk tidak diperlakukan sekasar itu, dan mas Aldi berujar :
“temen temen gue bakalan dukung gue apapun kondisinya, lo mau diperlakukan kaya perempuan yang nggak jelas, seperti di luar itu? Mau lo? Hah?” ujarnya sambil ia meng-entoti Hendy lagi, lagi, dan lagi.
“ampun, ampuuunn mas Aldi, ampuuunn” kata Hendy penuh ampun, dan tangan Hendy memegang lengan kekar mas Aldi di kedua sisi.
Dengan kurang ajarnya, mas Aldi kembali mencekik leher Hendy, sambil terus mengentoti tubuhnya, nampak Hendy kehabisan nafas karenanya.
“aaahhh, aakkhhh aaahhhh,,,, buka mulut lo, bukaaaa” ujar mas Aldi pada Hendy, yang kemudian menarik penis nya dari anus Hendy, memaksa Hendy membuka mulut dan Hendy masih terbatuk-batuk, bernafas untuk mencari udara yang dihambat oleh cekikan tangan mas Aldi.
Mas Aldi mengarahkan penisnya ke mulut hendy, tubuh Hendy diputar, kepalanya menggantung kembali ke tepian sisi sofa, dan mas Aldi membenamkan penisnya ke dalam tenggorokannya, jauh sekali, dan nampak di layar kaca, tubuh mas Aldi yang kekar, memamerkan dada bidangnya, perut six pack nya yang menggembung dan mengkotak, tanda mas Aldi sudah melepaskan seluruh spermanya di dalam tenggorokan Hendy, dan ia melenguh jantan dengan suara yang keras sekali..
“aaaaaaaaahhh!!! AAAAAAHHH!! AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH!!!!”
Tubuh mas Aldi mengejang, sampai 7x.
“Telen nggak? telen!!” kata mas Aldi ke Hendy.
Terlihat di layar kaca, wajah Hendy yang dengan kepala menggantung ke bawah, mulutnya masih disumpal oleh kontol gagah milik mas Aldi, berusaha menelan semua sperma mas Aldi, tenggorokannya memijit penis mas Aldi dikala Hendy berusaha menelan seluruh cairan yang ada di mulutnya, mata nya mengeluarkan air mata yang sangat banyak, dan mas Aldi menarik penisnya dari mulut Hendy.
Hendy terbatuk batuk, seakan dia ingin muntah, dan mas Aldi meninggalkannya.
Meninggalakn Hendy bagaikan penyewa jasa prostitusi yang sudah dipuaskan oleh pelacur sundal.
Hendy masih tak dapat menerimanya, tatapan matanya kosong, kondisi nya yang masih terlentang, kepala menggantung di tepian sofa, masih tetap seperti itu saja. Tubuhnya masih bernafas, mungkin, ia shock akan perlakuan mas Aldi, dari yang romantis dan berbalik menjadi kejam seprti itu.
Kamera man mengikuti mas Aldi yang berjalan ke kamar mandi. Kamera man sialan itu tertawa terbahak-bahak, seakan ingin mewawancarai mas Aldi. Mas Aldi diam saja, berjalan ke pintu shower, dan mas Aldi menutup pintu kaca shower di kamar mandi dan mulai mandi, membersihkan badannya.
Dan si kamera man menggedor-gedor pintu kamar, memohon untuk dibukakan pintu nya oleh teman-temannya yang sedang bersenang-senang di luar sana.
Kamera man masih menyorot ke arah sofa, dan di sana, Hendy masih tidak bergeming.
Kemudian, pemandangan yang membuat terkejut adalah pada saat kamera man sudah tiba di living room apartemen itu, dan melihat perempuan yang disuguhi pertama kali untuk mas Aldi, sedang DIPAKAI rame-rame oleh teman-teman mas Aldi yang bejat
Masih dalam kondisi terikat, semua lelaki di sana telanjang bulat, sedang antri menunggu giliran untuk memakai perempuan itu.
“Benar-benar pesta bujang yang tidak dapat dilupakan oleh suamiku. Selamat ya, Aldi!” ujar gue dalam hati.
Kemudian, gue pun dibimbing oleh Cleo untuk keluar ruangan, dimana pada saat daun pintu terbuka, semua pemandangan tertuju padaku.
Mungkin, bukan pemandangan yang menunjukkan wajah keramah-tamahan (karena, mungkin saja pemandangan yang harus gue terima adalah pemandangan takjub oleh semua orang karena pernikahan kami), namun pemandangan yang mengungkapkan ribuan pertanyaan akan diri masing-masing.
Bahkan, ada beberapa kumpulan tante2 yang sedikit bergosip dengan rekan yang lain, ya… wajah gue tidak dapat dibohongi kala itu.
Tetesan air mata yang merusak riasan wajah gue terlihat.
Sebodo amat lah! gue tidak perduli lagi.
Cleo memandu untuk berjalan ke arah Aldi, di seberang ruangan, dimana di dekat Aldi masih ada si pengkhianat sialan, Hendy, yang sibuk berbincang-bincang dengan rekan-rekan pria Aldi.
Mungkin relasi bisnis mereka, i don’t know about it.
Gue pun tersenyum pada seluruh orang yang memandangku dari atas sampai bawah, mengomentari penampilan gue, dan Cleo pun ikut tersenyum. Beberapa rekan / kerabat dekat pun mendekat, menanyakan apa yang sedang terjadi, namun gue pun menggubrisnya.
gue berjalan di atas karpet merah tempat seharusnya kami duduk di atas pelaminan untuk acara tea-pai, ironis sekali, yea, karena aku berjalan di atas setapak yang seharusnya dapat membawa ke arah bahtera rumah tangga yang cerah, namun ke arah kekelaman..
gue buka sarung tangan pengantin yang menutup sampai lengan, sarung tangan kiri dan sarung tangan kanan, gue ambil cincin kawin kami pada jari manis tangan kanan, saat berada persis di depan mas Aldi.
Di raut expresi wajahnya kudapati expresi keheranan, ia menggerakkan tangannya untuk membelai kepala gue dan ingin memeluk gue, namun gue menepisnya, dan sedikit mendorongnya ketika ia berusaha memeluk gue.
Lontaran pertanyaan apa yang sebenarnya terjadi adalah hot topik yang diperbincangkan saat itu.
Gue nggak dapat berkata-kata, yang ada, air mata keluar dengan spontan gitu aja dari kedua mata gue.
Gue buang cincin kawin yang gue pake, gue balik badan, dan Aldi menggenggam lengan gue dengan kokohnya, menahan, menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Gue meronta, dan gue dibantu oleh Cleo.
“Heh, cowo anjing! inget ya, lo bisa manis manis di sini, tapi, perlakuan lo ke Clara nggak semestinya lo perbuat! Lepasin dia, lepasin!” Ujar Cleo membentak, sambil menunjuk muka mas Aldi dengan telunjuk tangannya, dengan gerakan seperti mengancam mas Aldi.
“Elo, siapa? Dia, istri sah gue, lo, cuma temennya. Gue suami dia” lengan gue digenggam dengan kasarnya, mencengkram gue sampe tangan gue jadi sakit.
Gue ngerasa tersudut,gue meronta dan nggak bisa lepas, dan spontan, gue tampar muka mas Aldi.
Semua orang di ruanga hall ini serempak menjadi sunyi. Semua mata tertuju pada kami.
Mas Aldi kaget, dan ia memegang pipinya dengan tangan kanannya, karena gue tampar dia dengan tangan kiri gue.
lengan kanan gue pun mulai mengendur dari cengkramannya dia.
gue pun lari dengan mengangkat gaun pengantin yang bereda panjang ini, agar mempermudah gue saat berlari. Cleo menyusul di belakangku, juga setengah berlari.
gue pun merasa rendah diri, entah kenapa bisa terjadi seperti ini, di hari pernikahan gue, di hari spesial gue,,
Cleo menghubungi supir pribadinya agar standby di area lobby rumah, gue pun menuruni tangga yang melingkar setengah. dan, mas Aldi menyusul gue dari tangga yang di seberang, tidak sejalur dengan gue, namun gue dan Cleo lebih cepat menuruni tangga karena lebih dahulu dari mas Aldi.
Kami pun sampai di lobby, dan masih menunggu supir Cleo.
Mas Aldi sudah sampai di belakangku, disusul oleh Hendy dan paman-paman gue yang lain, yang mashi penasaran akan apa yang terjadi.
Namun, semua pertanyaan dibela oleh Cleo, dengan perkataan yang tidak memancing emosi dan kemarahan.
Akhirnya, Land Rover berwarna hitam pun sampai di depan kami, dan Cleo membukakan pintu untukku.
Aku pun naik ke atas mobil yang tinggi, agak kesulitan dengan gaun pengantinku. Cleo pun menyusul naik setelah aku berada di dalam.
Kini aku pergi, meninggalkan semua kehormatanku, akan citra seorang wanita yang dipinang dengan sempurna oleh lelaki gay yang kurang ajar seperti mas Aldi.
Mobil melaju dengan kencangnya, karena mas Aldi sempat beberapa kali tidak menerima kepergianku dengan memukul2 mobil Cleo.
Aku menangis di bahu Cleo, sambil memeluknya..
Laki-laki bangsat! I hope, the people will find the video and treat you well!