Pemijat Dadakan
Aku
adalah seorang pemuda berusia 16 tahun. Walau masih lumayan muda aku mempunyai
tubuh yang cukup bagus karena sering latihan di gymnasium. Aku memang menyukai
olahraga. Namaku Anton, walaupun banyak cewek di sekolah yang suka atau naksir
kepadaku, entah kenapa aku tidak merasa tertarik kepada satupun diantara mereka.
Aku menganggap mereka semua sebagai teman.
Di
lingkungan sekolah aku tidak mempunyai teman yang sangat akrab, aku lebih
sering bergaul dengan tetangga sebelah rumahku yang kebetulan merupakan tempat
kost dan salah seorang yang paling akrab bergaul denganku adalah Syarif,
seorang mahasiswa yang mempunyai banyak kesamaan denganku. Syarif berusia 23
tahun. Dia pula yang mengajakku rutin berlatih di klub fitness atau renang.
Pada
suatu sore, Syarif menawariku untuk main ke tempat kerjanya. Setahuku memang
beberapa minggu terakhir ini Syarif agak sibuk dan mempunyai jadwal kerja
walaupun bukan berstatus pegawai tetap. Yang jelas dia sering pulang agak larut
dan jarang bisa ngobrol denganku seperti biasa.
Aku
menerima tawarannya dan berangkat bersama. Sekitar 20 menit aku berboncengan
motor dengannya dan sampailah kami di sebuah rumah di sebuah kampung. Syarif
lalu memarkir motor dan mengajakku masuk ke rumah tersebut.
Di
dalam terdapat sebuah meja seperti meja penerima tamu dan beberapa kursi
berjajar. Ada beberapa orang pemuda yang sebaya Syarif dan rata rata berbadan
kekar sedang mengobrol. Mereka menyapa Syarif dan Syarif lalu mengenalkanku
kepada mereka. Rata-rata mereka ramah sehingga aku merasa lumayan betah disana.
Syarif
lalu memintaku duduk menunggu di ruang tamu tersebut dan beberapa temannya mengajakku
mengobrol ringan. Syarif sendiri lalu masuk ke ruang dalam. Tak lama kemudian
ada seorang bapak bapak masuk dan menyapa salah seorang pemuda yang sedang
duduk. Lalu setelah bercakap cakap sebentar mereka keluar.
Selang
beberapa menit Syarif keluar dengan seorang lelaki yang usianya kira kira 30
tahunan.
"Ton,
kenalkan.. ini mas Amir.. boss gue", kata Syarif
Aku
lalu berjabat tangan dengan mas Amir yang tubuhnya juga boleh dibilang bagus.
Kami
lalu mengobrol ringan dan dalam waktu 20 menit, para pemuda yang tadi di ruang
tamu telah kedatangan tamu dan ada yang langsung pergi, ada pula yang naik ke
lantai atas.
"Mas..
kerjanya apa sih, dari tadi kok banyak sekali tamu yang keluar masuk ?"
tanyaku penasaran.
"Ah..
kerja gue sih ringan aja.. cuman nemenin tamu ngobrol terus.."
Belum
sempat Syarif menyelesaikan kalimatnya pintu terbuka dan muncul seorang lelaki.
Syarif lalu menyapa dan menyilahkan masuk. Setelah berbincang bincang beberapa
saat.
"Ton,
gue tinggal dulu ya.. gue harus temenin tamu nih.. elo tunggu aja disini
bentar"
Tanpa
memberi kesempatan padaku untuk bertanya, Syarif sudah keluar dengan lelaki
yang disebut tamunya itu.
Aku
mulai heran dan bertanya tanya apa sebenarnya pekerjaan Syarif. Tapi karena aku
hanya sendirian, akhirnya aku mengambil majalah yang terletak di meja. Majalah
itu ternyata adalah majalah fitness yang memuat banyak sekali gambar gambar
pria yang memamerkan keindahan tubuhnya. Harus kuakui sebenarnya aku agak
bingung dengan diriku karena aku lebih suka melihat pria yang bertelanjang
dada. Kelihatan gagah dan perkasa.
Sedang
asyik asyiknya aku melihat lihat majalah tersebut, tiba tiba pintu kembali
terbuka. Muncullah seorang lelaki bertubuh kekar memakai kaos ketat sehingga
keindahan tubuhnya dieksploitasi. Aku mengangguk dan mencoba menyilahkan dia
duduk. Kulitnya agak hitam terbakar matahari dan rambutnya dipotong cepak
sekali. Dia lalu duduk di sebelahku.
"Sendirian
saja dik ?" tanyanya ramah.
"E..
iya.. lagi pergi semua.." jawabku.
Diam
diam aku memperhatikan tubuh lelaki itu yang benar benar kelihatan gagah dan
jantan. Kaos hijau ketat yang dipakainya semakin melihatkan otot otot tubuh
yang dimilikinya. Puting susunya kelihatan menonjol. Tiba tiba dia mengulurkan
tangan dan mengajakku berkenalan.
"Kenalkan,
nama gue Jamal", katanya.
"Anton",
kataku menyambut uluran tangannya.
"Bisa
kita pergi sekarang Ton ?"
"Eh..
ini.. sebentar.." aku gugup sekali karena tidak menyangka aku dikira
sebagai pegawai disana.
"Kenapa
? harus jaga kandang ? pamit aja sama Amir." katanya memberi saran.
Aku
teringat bahwa mas Amir masih ada di dalam. Aku lalu pamit sebentar dan masuk
ke
dalam
untuk mencari mas Amir. Kudapati mas Amir baru selesai mandi. Aku lalu
menyapanya dan memberitahu bahwa ada tamu di luar. Mas Amir lalu keluar.
Rupanya mereka telah kenal.
"Buset
elo Mir.. dapet darimana barang bagus begitu ?" sempat kudengar Jamal
bertanya seperti itu kepada mas Amir.
"Ah..
...
...elo
Mal.. sebenarnya...." mas Amir lalu berbisik bisik kepada Jamal.
Setelah
berbincang bincang beberapa saat. Jamal kembali duduk sementara mas Amir
menghampiriku dan menggamit lenganku untuk masuk ke dalam.
"Ton..
elo mau kagak bantuin gue ?"
"Bantuin
apa mas ?"
"Anak
buah gue kan pada pergi semua nih.. elo temenin tuh mas Jamal ya.."
"Loh..
saya kan gak kerja disini mas ?"
"Kagak
apa apa.. Jamal sendiri yang minta kok.. "
"Tugas
saya nanti apa aja mas ?"
"Elo
bisa mijit kagak.. ?"
"Saya..
kagak gitu bisa mijit mas.. "
"Ah..
udahlah.. elo temenin aja dia.. entar elo turutin aja dia maunya apa.."
"Tapi
nanti Syarif.."
"Udah..
itu urusan kecil.. "
Usai
berkata begitu, mas Amir langsung menggamit lenganku keluar dan menyorongkanku
kepada Jamal. Aku mulai berdebar debar, apa yang akan terjadi padaku nanti.
Jamal
lalu mengajakku keluar dan kami lalu berjalan menyusuri kampung itu sampai di
jalan raya dimana Jamal memarkir mobilnya dan menyuruhku masuk ke dalam
jeepnya. Dia lalu melarikan mobilnya. Untung Jamal orangnya ramah. Dia
mengajakku mengobrol santai, kadang juga kita bercanda. Dia juga menceritakan
tentang dirinya sendiri. Dia berusia 28 tahun tapi dia tidak bercerita banyak
tentang pekerjaannya kecuali bahwa dia sedang cuti dan ingin refreshing.
Aku
mulai bingung saat Jamal melarikan mobilnya ke arah luar kota.
"Kita
mau kemana ini mas ?"
"Gue
lagi pengen ke pantai nih.. dan tolong jangan panggil gue mas dong.. "
"Tapi
saya belum bilang orang rumah, nanti mereka mencari.."
"Nih
ada telpon, elo telpon sekarang.. bilang elo diajak temen nginap" dia melemparkan
handphonenya ke arahku.
Walau
agak ragu, tapi akhirnya aku menelpon juga ke rumah dan memberi kabar aku akan
menginap di rumah temanku supaya tidak terlalu banyak ditanya.
Hari
sudah malam saat kami sampai di sebuah pantai yang cukup sepi. Jamal lalu
memarkir jeepnya di sebuah rumah dan dia turun meminta kunci ke sebuah rumah.
Lalu dia mengajakku masuk ke sebuah rumah kecil di pinggir pantai.
"Kenapa
Ton, kamu tegang ya ? Jangan khawatir lah.. gue cuman butuh ditemenin aja
kok"
Jamal
lalu merangkul pundakku dan mengajakku masuk ke dalam rumah.
Rumah
itu berupa kamar berukuran sekitar 3 X 4 meter plus sebuah kamar mandi. Di
tengah tengah terdapat sebuah kasur pegas. Jamal lalu membuka jendela kamar dan
membiarkan angin pantai bertiup masuk ke dalam kamar.
"Ah...
segar sekarang.. Nah.. Ton, anggap rumah elo sendiri deh"
Jamal
lalu melepas sepatunya kemudian berdiri dan meloloskan kaos hijau ketatnya. Aku
yang sedang duduk di ranjang amat terkagum kagum melihat dadanya yang begitu
kekar perkasa. Puting susunya begitu hitam dan tegang. Dia tersenyum melihatku
melihatnya seperti itu.
"Kenapa
Ton, elo suka liat tetek gue ?"
"Eh..
i.. iya.. tetek elo bagus "
"Tubuh
elo juga lumayan bagus kok.. cuman butuh latihan rutin aja"
Dengan
cuek Jamal lalu melorot celana panjangnya sehingga dia hanya mengenakan kolor
yang alamak seksi sekali. Mana kontolnya kulihat begitu jelas membayang di
balik kolornya yang tipis dan minim itu.
Diam
diam aku merasakan bahwa kontolku juga tegang melihat dia hampir telanjang
seperti itu. Baru kali ini memang aku melihat langsung di depan mataku tubuh
lelaki yang hampir polos. Jamal lalu tersenyum dan menyuruhku untuk melepas
pakaianku.
"Ayo
Ton, lepas pakaian elo.. terus pijitin gue.. tubuh gue capek semua nih"
Dia
lalu menelungkupkan diri ke ranjang. Alamak.. kolor dia hanya berupa tali di
bagian belakangnya sehingga pantatnya yang bulat kencang itu terlihat dengan
jelas. Aku semakin gemetaran menahan nafsuku dan juga menahan rasa sesak di
celanaku akibat kontolku yang semakin ngaceng.
Aku
lalu melepas bajuku dan mengambil body lotion yang disiapkan oleh Jamal.
Kemudian aku menduduki pahanya dan mulai mengoleskan body lotion ke
punggungnya.
Saat
aku mulai memijit tubuhnya yang kencang itu, Jamal sesekali mengerang nikmat.
Setelah beberapa lama, dia memintaku untuk memijit kaki dan pahanya. Dia
mengangkangkan kakinya sedikit sehingga terlihat lubang pantatnyayang dipenuhi
oleh bulu bulu lebat berwarna hitam itu.
Tiba
tiba Jamal berbalik sehingga kini dia terlentang dan memintaku memijit dadanya.
Saat aku hendak duduk di sebelah tubuhnya, Jamal melarangku dan memintaku duduk
diatas pahanya, sehingga saat aku membungkuk memijit ...
..dadanya,
bagian kontolku bersentuhan dengan kontolnya yang masih terbungkus celana dalam
minim itu. Kurasakan kontol dia juga mulai ngaceng.
Jamal
mengangkat tangannya sehingga bulu bulu ketiaknya terlihat dan membuatku
semakin terangsang. Dia mengerang penuh kenikmatan saat tanganku memijit
dadanya dan memintaku untuk memainkan jariku di puting susunya.
"Sekarang..
lepas kolor gue" perintahnya
Antara
ragu dan ingin tahu, kulepas juga perlahan lahan kolornya sehingga kontolnya
yang sudah ngaceng penuh itu tersembul keluar. Gila.. kontol dia cukup besar
dan panjang. Hitam dan dikelilingi oleh bulu bulu jembut yang keriting dan
lebat.
"Ya..
sekarang pijitin tuh kontol gue.." suruhnya lagi
Tanpa
diulang dua kali aku lalu meraih kontolnya dan memainkannya.
"Bukan
dengan tangan.. dengan lidah elo"
Bagai
kerbau dicucuk hidung, aku mendekatkan kepalaku ke kontolnya dan kujulurkan
lidahku untuk menjilati kontolnya bagaikan es krim.
"Oh
ya.. euhhh... enak... bagus.. pintar elo Ton"
Aku
semakin bernafsu menjilati kontolnya yang super ngaceng itu dan kumainkan
tanganku di pelernya.
"Masukin
ke mulut elo Ton.. masukin semuanya..."
Lagi
lagi aku menuruti kata katanya untuk memasukkan kontolnya ke mulutku, mulai
dari ujung sampai ke pangkalnya.
"Ooooooooooohhhh...
yeaaaaaaaaaaaahhhh..... terusssssss... jangan berhenti Tooonnnn"
Puas
kujilati dan kukulum kontolnya, Jamal lalu bangkit dan melepas kolornya. Dia
lalu menyuruhku melepas celana jeans dan kolorku. Setelah aku telanjang bulat,
dia menyuruhku berdiri di depannya dan kini dia yang menjilati kontolku.
Nikmatnya benar benar tak terhingga. Aku sampai merasa terbang di awang awang.
Bahkan tak lama kemudian aku tak tahan lagi atas rasa geli dan nikmat yang tak
terkira.
"Oooohh..
Mal... gue gak tahan.... oooooohh..... ehhhh... yeaaaaa...
AAHHHHHHHHHHH"
Kusemprotkan
air maniku yang sudah tak tertahankan itu mengenai mulut, muka dan rambutnya.
Aku kemudian terkapar lemas di ranjang. Benar benar suatu kenikmatan yang belum
pernah kurasakan sebelumnya. Jamal lalu memelukku dan mendekatkan wajahnya ke
wajahku. Mulutnya tiba tiba menempel di mulutku. Aku membalas ciumannya dengan
bernafsu. Ohhh... nikmat sekali rasanya, sementara tangannya meremas remas
tetekku.
"Gimana
Ton, elo suka kan ?"
"Suka
sekali Mal... nikmat..."
"Itu
belum seberapa sayang... gue akan kasih elo sesuatu yang lebih enak"
"Apa
itu Mal ?"
"Gue
pengen ngentotin elo Ton, elo mau kan gue entot ?"
Tanpa
menunggu jawabanku, Jamal lalu menggamit kakiku dan membentangkannya lebar
lebar sambil diangkat. Diganjalnya pinggulku dengan bantal dan dia mengambil
lotion yang masih tersisa lalu dioleskannya ke lubang anusku. Jarinya lalu
dimasukkan ke silitku, pertama tama satu jari, dua jari dan entah sampai berapa
jari yang dia masukkan yang jelas aku merasa aneh tapi nikmat menjalari sekujur
tubuhku.
Jamal
kemudian berlutut di antara kedua kakiku yang tetap terangkat. Disandarkannya
kakiku ke dadaku sementara dia memainkan kontolnya dan mengarahkannya ke lubang
silitku. Kurasakan kepala kontolnya menempel di lubang silitku. Dia lalu
membungkuk dan mencium bibirku, saat itu juga kurasakan kontolnya memasuki
silitku. Rasanya benar benar gila. Aku ingin menjerit karena merasakan silitku
seperti terbakar tapi yang keluar dari mulutku hanyalah rintihan kecil.
Rontaanku juga tak berarti karena tubuhnya begitu berat menindih tubuhku.
Akhirnya
aku hanya bisa pasrah membiarkan rasa panas itu. Rupanya kontolnya telah masuk
semua sampai ke pangkalnya ke dalam silitku karena kurasakan bulu bulu
jembutnya menempel di pantatku. Saat itu dia berhenti sejenak dan kurasakan
rasa panas dan perih itu hilang seketika berganti dengan suatu rasa aneh dan
nikmat yang menjalari tubuhku. Apalagi saat setelah itu Jamal mulai menggerak
gerakkan kontolnya maju mundur di dalam silitku. Aku merasa suatu kenikmatan
yang paling hebat. Aku merintih dan mengerang saat dia menghentakkan kontolnya
keras keras ke dasar silitku.
Entah
berapa lama Jamal menyanggamaiku seperti itu, yang jelas dia kemudian kembali
menegakkan tubuhnya sambil tetap mengentot silitku.
"Ohhh...
ahhh.. enak kan Ton.. eeehh... ?"
"Eeeeeeeeeehh...
i... yaaaaa..... euuhhhhhhhhhhhhhhhh... aahhhhhhhhh"
Hentakan
kontol Jamal makin lama makin cepat sampai akhirnya.
"OOhhhhhhhhhh...
Toooonnnnnn..... gue keluar........................" teriaknya
Setelah
itu Jamal menghentakkan kontolnya beberapa kali sampai akhirnya dia berhenti
total dan ambruk di ...
..atas
tubuhku tanpa mencabut kontolnya dari dalam silitku. Kurasakan ada cairan yang
meleleh keluar dari sela sela kontolnya dan silitku.
Jamal
lalu mencium bibirku dengan mesra.
"Thanks
Ton, gue suka elo"
"Sama
sama Mal.. gue juga suka sama elo"
Setelah
beristirahat beberapa jam, Jamal mengajakku keluar ke pantai yang masih gelap
itu dengan telanjang bulat. Kami kemudian mandi di pantai dan saat duduk di
pasir, kembali Jamal menciumi bibirku dengan bernafsu. Lagi lagi dia ngentotin
aku di atas pasir pantai.
Sampai
sekarang Jamal masih sering mengajakku untuk menemaninya. Tapi dia tidak lagi
menjemputku di tempat temanku Syarif bekerja, melainkan langsung ke rumahku.
Ya, kami sudah menjadi sepasang kekasih. Aku harus mengucapkan terimakasih pada
Syarif yang telah mengenalkanku kepada Jamal kekasihku. Kadang kami juga
mengundang Syarif untuk ikut join dalam permainan kami.
No comments:
Post a Comment