Perkenalkan, namaku Ari. Aku baru
duduk di kelas satu SMP. Tiga bulan yang lalu aku berhasil lulus dari Sekolah
Dasar dengan nilai yang cukup memuaskan, makannya aku bisa sekolah di SMP
Negeri favorit sekarang. Kebetulan aku hanya tinggal berdua dengan ayahku,
karena mama sudah meninggal dunia saat aku masih kelas 5 SD. Hal itu cukup
membuatku sedih karena tidak bisa merasakan yang namanya kasih sayang seorang
ibu, tapi aku bersyukur dengan kemampuan ayah yang bisa menjadi sosok panutan
sebagai laki-laki dan juga sosok seorang Ibu.Ayahku bekerja sebagai seorang
sales keliling. Tugasnya mengantar produk-produk makanan ringan ke toko-toko
kelontong atau warung. Setiap pagi beliau berangkat pukul tujuh dan pulang
pukul enam sore. Saat ayah bekerja, di siang hari aku biasa mandiri di rumah.
Biasanya aku membuat makan siang sendiri, dan terkadang membeli makanan di
warung terdekat. Keperluan lain seperti berbelanja, mencuci pakaian, dan
menyetrika, juga kami berdua kerjakan bersama-sama.Entah kenapa di usia ayah
yang sudah 50 tahun, ayah tidak berniat mencari istri penganti. Aku juga tak
mau bertanya, padahal aku selalu memikirkannya. Aku takut dianggap kurang cukup
umur apabila menyanyakan hal pribadi tersebut kepada ayah.
Kebetulan aku punya seorang teman
yang bernasib sama sepertiku, namanya Wahyu. Wahyu bilang kalau ayahnya juga
tidak mau menikah lagi karena terlalu mencintai mamanya. Aku berpikir kalau
ayahku juga begitu. Terus Wahyu juga bercerita, kalau ayahnya ingin melakukan
hubungan seks, beliau sering jajan di luar. Waktu itu aku belum tahu apa
artinya, tapi setelah Wahyu menjelaskan, aku jadi paham. Ternyata jajan di luar
itu menyewa jasa PSK untuk memuaskan napsu. Aku jadi berpikir apakah ayahku
juga melakukan hal yang sama? Memikirkannya aku jadi penasaran.Masa-masa mudaku
ini sering kugunakan untuk mencari informasi-informasi baru tentang hal-hal
yang belum pernah aku ketahui, termasuk masalah seks. Aku dan teman-teman
sering mengobrolkan hal ini kalau sedang jam istirahat. Terkadang aku juga
menjumpai seorang teman menunjukkan koleksi film porno di handphonenya. Saat
itu adalah kali pertama aku melihat film porno. Aku begitu terpukau melihat
aksi demi aksi pemain di dalamnya. Seperti itukah kalau berhubungan seks itu.
Suatu hari seperti biasanya aku pulang
ke rumah dengan bersepeda. Kali ini aku mengajak Wahyu dan beberapa temanku
untuk main ke rumah. Rencananya sih mau nonton film porno lewat VCD, kebetulan
salah satu temanku membawanya saat sekolah tadi. Asyik, aku senang bukan main,
karena kupikir, menonton bersama teman-teman memiliki kesenangan sendiri. Kita
terkadang suka berdiskusi soal perempuan.Sesampainya di rumah aku terkejut
karena aku melihat sepeda motor ayah ada di halaman. Aku langsung kecewa dan
meminta maaf kepada temanku, kalau hari ini kami tidak bisa menonton film porno
bersama karena ada ayah di rumah. Tapi, hal itu tidak membuat kami putus asa.
Wahyu menawarkan hal yang sama. Kebetulan ayahnya tidak ada di rumah karena
sedang bekerja. Wahyu kan juga sama denganku, tinggal di rumah sendiri kalau
ayahnya pergi bekerja.Sebelum kami semua berangkat ke rumah Wahyu, aku
berencana pamit ke ayah. Aku masuk ke dalam dan memanggil-manggil ayah. Ayah
menjawab dari arah kamarnya. Aku menghampiri ayah yang sedang duduk di
pinggiran tempat tidurnya sambil melepas kaus kaki.“Lho, kenapa ayah pulang jam
segini?” Tanyaku saat itu.“Ayah cuman mampir mau mandi, terus berangkat
lagi.”“Oh...”Kemudian aku melihat ayahku bangkit dan mulai melepas
jaketnya.“Yah, aku pamit main ke rumah Wahyu.”“Nggak makan dulu? Tunggu ayah
mandi, terus bareng kita makan di warung.” Jelas ayah.“Nggak, deh. Udah
ditungguin, paling nanti makan di rumah Wahyu.”“Ya, sudah... hati-hati.”Aku
langsung pamit ke kamar untuk mengganti seragamku dengan baju biasa. Kamarku
ada di lantai dua. Kebetulan rumah kami ini rumah sederhana. Di lantai satu
cuman ada satu kamar yang di pakai ayah dan mama sewaktu beliau masih hidup, di
lantai dua yang tak terlalu luas, cuman ada area menjemur pakaian dan kamar
kecil sebagai kamarku. Dari kamarku aku bila melihat ke area menjemur pakaian
dan juga kamar mandi rumahku yang tak beratap. Kamar mandiku berada di area
luar rumah. Hanya sepetak tanah yang dikelilingi tembok setinggi 4 meter, dan
dilengkapi dengan sumur. Di tempat itu kami sekeluarga biasa mandi dan mencuci
pakaian. Untuk buang air, terdapat bilik kecil di bagian sudut.Setelah
mengganti pakaian aku langsung menghampiri teman-temanku. Kami bersepeda menuju
rumah Wahyu. Tak sampai lima belas menit kami sampai di sana, dan dimulailah
acara menonton film porno bersama. Belum selang lima menit, salah seorang
temanku mengeluh bosan dan malah mengajak bermain game online di warent. Wahyu
langsung menyetujuinya, padahal aku sendiri masih keenakan nonton. Tapi sayang
aku kalah suara. Aku mengatakan kepada mereka kalau aku tidak membawa uang,
tapi mereka malah menyuruhku pulang untuk mengambil uang. Aku sendiri baru
ingat kalau aku masih menyimpan uang jajanku di laci meja belajar. Jadi aku
pamit pulang ke rumah dan sepekat akan bertemu di warnet secepatnya.Aku
melajukan sepedaku pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku melihat motor ayah
masih terparkir di halaman. Kok, ayah belum berangkat kerja lagi, katanya cuman
mampir buat mandi? Aku pun segera membuka pintu. Klek! Pintunya dikunci. Aku
buru-buru merogoh kunci rumah yang kukantongi. Setelah terbuka, aku masuk ke
dalam. Tidak ada tanda-tanda ayah di dalam rumah. Sengaja aku tak memanggil
namanya karena aku terburu-buru mengambil uang di kamar.Aku segera naik ke
lantai atas dan mendekati meja belajarku yang tepat berada di depan jendela
kamarku yang menghadap ke arah belakang rumah. Saat aku mendekat aku bisa
melihat ayah ada di kamar mandi sedang mencuci pakaian. Ayah memunggungiku,
tampak punggung telanjangnya. Ayah sedang mencuci pakaian sambil duduk di
sebuah bangku kecil masih dengan mengenakan celana pendek.Entah kenapa aku tak
segera beranjak pergi, aku malah menonton ayahku sedang mencuci. Tak lama
kemudian ayahku tiba-tiba bangkit berdiri dan melepas celana pendek dan celana
dalamnya sekaligus, lalu memasukkannya ke dalam bak cucian. Aku langsung
terkejut karena melihat pemandangan punggung ayah dan bokongnya yang kencang.
Aku tak pernah melihat ayahku telanjang sebelumnya.Saat itu juga aku melihat
ayah mandi dengan posisi menyamping. Tangannya dengan sigap mengangkat gayung
dan menyirami tubuhnya dengan air. Wow! Aku terpana melihat kontol ayahku yang
menggantung di antara kedua pahanya. Jembutnya lumayan lebat di area pubiknya.
Tiba-tiba aku jadi terangsang. Kontolku sendiri juga mulai berkedut-kedut.Aku
melihat ayahku mulai menyabuni badannya dengan sabun. Dadanya, perutnya,
punggungnya, sekarang penuh dengan busa. Kemudian aku melihat ayah menyabuni
bagian intimnya. Tangannya bergerak lincah mengusap kontol dan buah zakarnya,
dan tiba-tiba gerakan itu berubah. Aku melihat ayah malah mengurut-urut
kontolnya, dan tak selang berapa lama kontol itu berdiri tegak. Kontol ayahku
cukup besar. Panjangnya sekitar 15 cm dan agak bengkok ke atas. Ayah sedang
mengurut kontolnya sambil sesekali kepalanya mendongah ke atas.Aku jadi
teringat adegan di film porno yang aku tonton. Pernah ada adegan aktor porno
itu mengurut-urut kontolnya sampai pada akhirnya dia ejakulasi dan mengeluarkan
sperma. Akankah ayah juga seperti itu? Mulutku menganga saat melihatnya. Aku
jadi lupa janjiku dengan teman-teman untuk bermain game online di warnet. Ini
baru pertama kalinya aku menyaksikan adegan porno secara live, yang sedang
dilakukan ayahku sendiri.Hampir lima menit berlalu. Aku melihat ayah mulai
menggelinjang-gelinjang, kepalanya mengadah ke atas dan aku bisa melihat ujung
kepala kontolnya menyemburkan sperma sampai empat kali. Wow! Ayah ejakulasi di
depan mataku. Ayahku masih terlihat mengadahkan kepalanya, matanya terpejam,
dan kemudian kontolnya mulai melemas, dan ayah melanjutkan mandinya.Tak mau
kepergok sedang mengintipnya berbuat porno, aku langsung keluar dari rumah dan
menuju warnet untuk menemui teman-temanku. Sesampainya di sana kami bermain
game online bersama, tapi pikiranku masih saja terpaku pada kejadian porno yang
dilakukan ayahku tadi. Kemudian aku memberanikan diriku untuk menceritakan hal
ini kepada Wahyu yang duduk di sebelahku. Selama ini aku sering curhat
bersamanya, kadang soal ayah kami berdua.Waktu aku bercerita Wahyu hanya
tersenyum dan tertawa. “Kamu ini homo, ya? Ayahmu lagi onani kamu intip.”Onani?
Tanyaku dalam hati. “Onani itu apa?” Tanyaku dengan nada membisik.“Onani itu
kegiatan seksual yang dilakukan sendiri. Caranya dengan mengocok atau
mengurut-urut kontol sampai muncrat!” Jelas Wahyu.“Kamu tahu dari mana kalau
itu onani?”“Tahu dari temanku.”“Kamu pernah onani?”“Pernah. Sering malah. Aku
biasa onani di kamar mandi kalau mandi sore. Pakai sabun.”“Seperti
ayahku?”Wahyu mengangguk.“Emang kalau nggak pakai sabun nggak bisa?”“Bisa.
Sabun itu cuman untuk pelumas saja biar licin, dan tanganmu bisa meluncur
dengan mudah sewaktu onani. Kamu belum tahu apa-apa, ya?”Aku mengangguk.“Nanti
di coba deh. Rasanya enak. Sebelum muncrat sperma, kamu bakal merasakan sensasi
nikmat, menggelitik, pokoknya susah dijelaskan.”Aku jadi memutar memori
kejadian porno ayahku tadi. Ayahku terlihat sangat menikmatinya.Sepulang dari
warnet aku langsung beranjak ke kamar mandi. Ayahku sudah berangkat bekerja.
Sesuai intruksi Wahyu tadi aku ingin mencoba bagaimana rasanya onani itu, jadi
aku mulai menyabuni area selangkanganku, dan aku sudah telanjang bulat. Aku
mulai urut kontolku dan Wow! Kontolku sudah berdiri, panjangnya cuman 12 cm,
dan aku belum punya jembut. Aku langsung melakukan hal yang sama dengan yang
ayah lakukan tadi. Kontolku rasanya geli-geli gimana gitu, sampai akhirnya tak
terasa waktu berlalu. Sudah sepuluh menit tapi aku belum merasakan sensasi yang
dikatakan Wahyu sangat nikmat itu. Tangaku mulai pegal dan kontolku mulai perih
terkena sabun. Kepala kontolku memerah dan aku terkejut saat melihat cairan
bening keluar dari ujungnya. Aku memerhatikan betul-betul cairan apa itu, tapi
aku yakini itu bukan sperma. Aku tahu sperma itu berwarna putih kental, tapi
cairan yang keluar ini berwarna putih bening tapi kental. Tak perduli dengan
keanehan baru yang kurasakan aku terus mengocok-ngocok kontolku, sambil tak
terasa aku memutar ulang memoriku di kepala saat ayah juga melakukan
onani.Tubuhku mulai memanas beberapa menit kemudian, dan aku merasakan kontolku
berkedut-kedut. Seluruh ototku menegang. Aku bisa merasakannya. Rasanya
menggelitik, sekujur tubuhku serasa bergetar karena tersengat aliran listrik,
tak sadar aku mulai mendesah dan tanganku semakin cepat mengocok kontolku
sendiri, dan tiba-tiba semuanya langsung meledak. Nikmat sekali!“AGHHHHHH!” Aku
menggerang dan aku melihat ujung kontolku mengeluarkan cairan putih kental.
Wow! Aku ejakulasi seperti ayah. Bau spermaku seperti aroma pemutih
pakaian.Beginikah rasanya onani itu? Aku sampai takjub. Kupandangi kontolku
yang berkedut-kedut itu. Punyaku tak segera tertidur, tidak seperti punya ayah
yang langsung lemas begitu sudah ejakulasi. Punyaku masih berdiri tegak. Tak
mau banyak pikir lagi, aku ingin merasakan sensasi nikmat itu lagi, jadi aku
mulai mengurut-urut kontolku. Lama sekali, dan aku sampai pegal, kontolku juga
mulai terasa sakit. Aku jadi ingat kata teman-temanku, kalau seorang laki-laki
hanya bisa ejakulasi dan klimaks satu kali, tidak seperti perempuan yang bisa
berkali-kali. Aku pun merasa kecewa, dan seiring perasaan jengah itu, kontolku
langsung melemas.
Malam harinya aku terus saja
terngiang-ngiang bagaimana nikmatnya onani itu, jadi sewaktu menjelang tengah
malam, sekitar pukul sebelas malam, aku kembali mencoba untuk melakukan onani.
Mula-mula kukunci pintu kamarku, dan setelah itu aku langsung melepas celana
dan celana dalamku. Kali ini aku memilih untuk tetap berpakaian, hanya untuk
berjaga-jaga siapa tahu ayah naik ke atas dan mengetuk pintu kamarku. Bisa
gawat kalau ketahuan aku telanjang di kamar. Siang tadi setelah mengalami
sensasi nikmatnya onani, aku langsung membahas kejadian itu bersama Wahyu lewat
SMS, dan dia mengatakan kalau kegiatan itu tidak seharusnya dilakukan di tempat
yang terbuka, takut ada yang mengintip, tapi aku tak memperdulikan itu.Langsung
saja aku mengurut-urut kontolku, kali ini tak pakai sabun atau pelumas apapun.
Wahyu bilang bisa pakai handbody atau baby oil, tapi aku tidak punya. Nggak
mungkin kan kalau pakai minyak angin, bisa-bisa panas kontolku.“Ahhh...Ahh...Yeah...”
Aku mendesah-desah menirukan suara-suara para aktor di film porno.Dan tak
selang berapa lama kenikmatan itu muncul. Aku makin bersemangat dalam
mengurut-urut kontolku sendiri, dan akhirnya aku ejakulasi juga. Aku memejamkan
mataku, menikmati bagaimana sensasinya yang luar biasa saat mencapai klimaks.
Spermaku muncrat dua kali dan membasahi perutku yang rata. Setelah napasku
mereda aku memakai celana dalam dan celanaku. Biarlah, celana dalamku terkena
spermaku, toh aku berencana untuk turun ke kamar mandi dan membasuh spermaku
serta mencuci celana dalamku sekalian.Aku membuka pintu kamarku dan turun ke
lantai satu. Sebelum menuju kamar mandi aku malah mendengar suara
mendesah-mendesah dari arah kamar ayah. Suara perempuan dan lelaki bersahutan,
mendesah-desah seperti di film porno. Aku jadi terkejut saat mendengarnya. Aku
malah urung ke kamar mandi dan malah mendekati pintu kamar ayahku. Pintu kamar
ayahku sepertinya tertutup. Aku penasaran apa yang sedang ayah lakukan di dalam
kamarnya? Sepertinya ayah sedang menonton film porno. Aku mencoba mengintip
lewat lubang kunci tapi aku tidak bisa melihat apa-apa, karena kuncinya
tergantung di lubang kuncinya dari arah dalam. Aku tak mau kehabisan ide, jadi
aku beranjak menuju kamar mandi. Di sana ada akses menuju lorong samping
belakang rumah dan di sana ada jendela kamar ayah.Lorong itu gelap, dan aku
memberanikan diriku mendekati jendela kamar ayahku sambil mengendap-endap.
Jendela kamar ayahku tidak tertutup korden, lampu di dalam kamarnya mati, tapi
aku bisa melihat ada cahaya remang-remang dari arah dalam. Langkahku semakin
dekat dan aku memberanikan diri untuk mengintip sedikit dari sudut jendela. Aku
bisa melihat ayahku sedang nungging, telanjang bulat, dan sedang menindihi
sebuah guling. Di depannya, ada laptop ayah yang menyala. Aku bisa melihat
wajah ayahku yang sedang sibuk menyaksikan sesuatu dari layar laptopnya.Dalam
posisi itu aku bisa melihat pantat ayah bergerak-gerak, menggesek-gesekkan
kontolnya ke guling yang beliau tindihi. Aku menganga dan takjub bukan main
dengan pemandangan yang aku saksikan. Ayahku bersenggama dengan guling. Aku
jadi merasa aneh, apakah ayahku punya kelainan.“Oh, yeah.... Ahhh... Ahhh!”
Ayahku mendesah sambil matanya terpejam-pejam dan pantatnya terus
bergerak-gerak dan menggesek-gesekkan kontolnya ke guling.Di balik celanaku
kontolku mulai merajuk dan berkedut-kedut. Aku terangsang melihat ayahku
bersenggama dengan gulingnya. Aku menggigit bibirku menahan gairah membara yang
membakar tubuhku. Kenapa ayahku bisa seliar itu? Imajinasinya terlalu kaya
sehingga beliau mau bersenggama dengan guling. Munkin ayah membayangkan guling
itu sebagai tubuh seorang perempuan. Aku jadi merasa kasihan pada ayahku.
Kenapa ayah tidak mencari istri baru, atau mencari PSK yang siap melayaninya seperti
yang dilakukan ayah Wahyu.Sibuk dengan pikiranku, aku terkejut saat ayah
merubah posisinya. Sekarang ia berlutut, bersimpu di depan laptopnya yang
sepertinya jelas-jelas sedang memutar film porno. Ayah menumpukan beban
tubuhnya di antara kedua lututnya. Aku sekarang bisa melihat kontol ayah dengan
jelas dari jarak yang dekat. Kontolnya hitam, berurat, di sekitarnya ditumbuhi
jembut, dan buah zakarnya menggantung indah. Dengan sigap ayah menggenggam
kontol 15cmnya itu dan mulai mengocoknya.“Ahhh, Ahhh, Ahhh, Oooohhhh, Ohhhh,
Yeahhhh.” Ayah mendesah-desah, dan kemudian spermanya keluar diiringi dengan
erangan ayah yang macho.Aku bisa melihat spermanya muncrat dan jatuh ke
gulingnya. Setelah itu ayah segera melepas sarung gulingnya lalu membuka pintu kamarnya
sambil telanjang. Aku sadar betul kalau ayah sedang menuju kamar mandi. Sial!
Aku bisa ketahuan mengintip, karena aku membiarkan pintu kamar mandinya
terbuka. Bisa gawat kalau aku muncul di kamar mandi lewat sisi samping rumah.
Ayah pasti curiga.Aku buru-buru lari ke kamar mandi dan beruntung setelah
sampai di sana ayah belum masuk ke kamar mandi. Aku langsung pura-pura kencing
di saluran yang menuju ke gorong-gorong, dan saat itulah ayah masuk masih
sambil telanjang bulat.“Lho, ada kamu!” Ayah terkejut dan buru-buru menutupi
area pribadinya itu dengan sarung guling yang digenggamnya.Aku menahan tawa dan
pura-pura terkejut melihat ayahku muncul dalam kondisi telanjang bulat.“Ayah
kenapa bugil gitu?! Ayah porno, deh!” Aku terpaksa tertawa untuk meredakan
gejolak jantungku yang berdegup kencang.“Ayah mau mandi. Buruan keluar
gih!”“Lho, kok mandi malem-malem?”“Gerah!”“Masa? Padahal nggak panas udaranya.
Kok, ayah keringatan. Ayah habis ngapain?” Aku sengaja membrondong ayahku
dengan pertanyaan.Ayah kelihatan salah tingkah. “Olahraga malam. Ayah habis
olahraga malam.”Oh, onani itu olahraga, ya? Begitu kataku dalam hati. “Lha, itu
sarung guling kenapa?”“Mau di cuci!”“Oh!” Aku segera keluar dari kamar mandi.
Aku jadi lupa dengan rencanaku sebelumnya yang ingin membasuh spermaku di perut
dan yang sudah menempel basah di celana dalam.Aku langsung masuk ke kamar dan
mengecek kondisi celanaku. Ternyata spermaku sudah mulai mengering di bagian
depan celana dalamku. Terlihat dari bentuk gambar-gambar rembesan seperti pulau
di atas permukaanya.Iseng-iseng aku mengintip ayahku dari balik korden kamarku
yang tertutup. Ayah sedang mandi ternyata dan tidak sedang onani lagi.
Hehehhehehe. Aku merasa ketagihan mengintip ayahku. Entah kenapa aku jadi
terangsang. Apa aku ini homo, ya? Tiba-tiba terlintas di benakku, bagaimana
jadinya kalau aku dan ayah onani bersama, atau paling tidak kita bisa saling
membantu dalam mencapai klimaks. Aku tiba-tiba merasa ingin jadi guling yang di
gesek-gesekkan dengan kontolnya tadi. Malam itu aku tidur pulas tanpa bermimpi
apapun.
Saat jam istirahat aku sengaja
mendekati temanku yang bernama Rahmat. Dia itu jagonya soal hal-hal porno.
Koleksi filmnya di handphone tak terhitung jumlahnya. Dia seperti informan yang
siap memberi penjelasan soal seksual kepada teman-temannya yang penasaran.
Tidak seperti Wahyu, pengetahuan Rahmat soal seks lebih luas, dan aku berniat
mencuri-curi kesempatan untuk bertanya soal pikiranku yang sempat terlintas
kemarin malam.“Mat, boleh tanya nggak?” Tanyaku sambil duduk di sebelahnya di
dalam kelas.“Apa?”“Nggak istirahat?”“Ogah. Lagi males jajan.”“Boleh tanya
soal-soal begituan nggak?”“Wah, angin-anginan nih? Tumben? Biasanya sama Wahyu
terus curhatnya.”Aku memamerkan gigiku.“Tanya apa?” Kejar Rahmat yang mulai
penasaran.“Seks itu cuman bisa dilakukan oleh laki-laki vs perempuan, ya?”“Ya,
iya. Emang sudah hukum alamnya begitu. Biar dapat bayi ya harus antara
laki-laki dan perempuan. Kalau sesama jenis itu namanya kelainan.”Penjelasan
Rahmat mulai mendekati dengan apa yang aku maksudkan. “Lho, emang bisa sesama
jenis berhubungan seks?”“Bisa, dong! Kalau sesama laki-laki itu namanya sodomi.
Tahu, kan yang kontolnya dimasukin ke dalam lubang anus?”Aku mengangguk paham.
“Kalau perempuan?”“Pakai tangan. Jarinya di masukin ke lubang
memeknya.”“Ohhhhhhhh...”
Akhirnya setelah mendapatkan
penjelasan dari Rahmat, aku memutuskan untuk pergi ke warnet setelah pulang
sekolah. Aku langsung mengakses internet tentang gay atau homo seksual. Di situ
aku menemukan artikel-artikel yang memberiku pengetahuan, dan aku juga bisa
membaca cerita-cerita seks yang dilakukan sesama laki-laki. Sambil membaca
cerita-cerita itu aku membayangkannya dan menggambarkan adegan demi adegan itu
di dalam kepala, dan entah kenapa aku jadi membayangkan kalau aku dan ayah bisa
berhubungan seks seperti kaum homo atau gay.Kemudian aku membuka situs gay yang
lain, dan aku mulai menonton film-film gay. Aku terpesona saat melihat seorang
aktor bule memasukkan kontolnya ke dalam lubang anus, dan menggenjot-genjotnya seolah-olah
lubang anus itu adalah vagina. Setelah cukup informasi aku pulang ke rumah,
kebetulan aku lagi ada banyak PR.Jam enam sore seperti biasa ayah pulang, tapi
ayah tak sendiri. Beliau datang bersama teman-teman prianya. Mereka sibuk
mengobrol di ruang tamu, dan sempat aku mengintip kalau mereka sedang menonton
acara bola sambil meminum anggur. Aku terkejut dan merasa marah dengan ayah.
Ayahku tak pernah mabuk, tapi kenapa sekarang ayah jadi minum-minuman haram
itu.Sekitar pukul sepuluh teman-teman ayah pamit, aku berencana membantu ayah
untuk beres-beres ruang tamu yang penuh dengan sampah makanan dan kulit kacang.
Saat itu aku bisa mencium bau anggur dari mulut ayah dan sepertinya ayah mabuk
berat. Jalannya mulai limbung. Aku meminta ayah untuk segera mandi dan
membersihkan diri dari bau anggur yang menyengat itu sementara aku membereskan
ruang tamu. Ayahku menurut dan tak lama kemudian aku mendengar suara ayah
sedang mandi.Setelah ruang tamu beres aku beranjak pergi ke kamar karena mulai
mengantuk. Saat itu juga aku melihat ayah keluar dari kamar mandi, sudah
menggenakan sarung yang dililitkan di pinggangnya. Meskipun bagian bawahnya
tertutup kain sarung, aku bisa menikmati bidangnya dada ayah, apalagi kedua
putingnya yang hitam dan lebar itu. Perut ayah memang sedikit buncit, tapi
menurutku itu cukup seksi.Cara ayah berjalan masih limbung, aku terpaksa
menuntunnya ke kamar, dan ayah langsung roboh ke atas tempat tidur. Tak sengaja
kain sarung yang ayah kenakan tersingkap ke atas dan mempertontonkan pahanya
yang kehitaman dan ditumbuhi bulu-bulu halus. Ayah tidak memakai celana dalam
ternyata. Setelah memastikan ayah berbaring dengan nyaman, aku memutuskan untuk
keluar tanpa menutup pintu kamar.Pukul dua pagi aku terbangun karena merasa
haus. Aku segera beranjak meninggalkan kamarku untuk turun ke lantai satu dan
mengambil air minum. Setelah meneguk satu botol air mineral aku segera kembali
naik ke atas, tapi tiba-tiba perhatianku teralih. Aku ingin mengecek kondisi
ayah, jadi aku mengintipnya. Pintunya masih terbuka, jadi aku mengintip dari
muka pintu. Ayah masih tertidur lelap, dan mendengkur. Dadanya yang seksi itu
naik turun seiring tarikan napasnya.Melihat itu aku jadi terangsang, apalagi
mengingat ayahku tidak memakai apa-apa di balik kain sarung yang beliau
kenakan. Jadi aku mengendap-endap mendekati tempat tidur dan berlutut tepat di
antara kedua kaki ayahku. Pelan-pelan aku menyingkap kain sarung ayah.
Mendapatkan perlakukan seperti itu ayahku tidak terbangun, jadi aku semakin
berani menyingkapkan kain sarungnya. Dan WOW! Kain sarung itu tersingkap ke
atas perutnya dengan sempurna dan aku bisa melihat kontolnya yang tertidur
pulas.Tanpa pikir panjang aku langsung menyentuh kontol ayah. Kupegang kontol
yang tertidur itu dengan jari telunjuk dan ibu jariku, lalu dengan pasti
kumasukkan kontol itu ke mulutku. Rasanya asin dan berbau aneh, tapi aku malah
terus menghisap kontol ayah. Mendapatkan perlakukan seperti itu ayah tak juga
terbangun, dan aku malah berani memerdalam hisapanku. Kali ini kumainkan ujung
kepala kontol ayah dengan lidahku, dan tiba-tiba saja kontolku semakin membesar
hingga ereksi sempurna. Aku jadi terpesona dan menghisap-hisap kontol ayahku
dengan membabi buta.Slurp! Slurp! Slurp! Begitu suaranya.“Yeah, hisap terus
Ari!”Aku terkejut dan melepaskan hisapanku di kontol ayah. Aku kaget bukan main
kalau ayahku ternyata sudah bangun, sepenuhnya sadar dan tengah memandangiku
dengan tatapan heran. Ya, ampun! Aku bisa kena tampar karena bisa berbuat
senonoh dengan ayahku. Ayah pasti marah.“Kenapa berhenti?” Tanya ayah kemudian,
tak kelihatan sedang marah.“Maafin Ari, ayah...”“Kamu kenapa bisa berbuat
begitu? Kamu homo?”Aku buru-buru menggeleng.“Lantas?”“Aku Cuma ingin memuaskan
ayah.”Ayah langsung bangkit berdiri, diturunkannya kain sarung itu hingga
kontolnya tertutupi. Ayah kemudian memintaku untuk bangkit dan duduk di
sebelahnya di atas tempat tidur.“Jelaskan apa maksud kamu dengan ingin
memuaskan ayah?”“Maaf, yah. Aku pernah ngintip ayah onani.”Ayah tampak
terkejut. “Kapan?”“Seminggu yang lalu. Pas ayah mandi dan sewaktu ayah di
kamar.”Ayah kemudian membuang muka, sepertinya malu. Kami sama-sama terdiam,
jadi akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan ceritaku.“Kenapa ayah nggak cari
istri saja supaya bisa menyalurkan napsu ayah? Kenapa harus onani, sama guling
lagi.” Aku sedikit menambahkan gelak tawa di belakang kalimatku agar suasana
yang tegang mencair.“Ayah masih belum nemu yang pas, saja.”“Kan bisa sama PSK
seperti ayahnya Wahyu.”“Hah?! Mana bisa? Ayah nggak punya uang lebih untuk hal seperti
itu. Kamu pikir itu semudah kamu membeli jajanan.”Aku diam saja.“Lalu kenapa
kamu tiba-tiba oral kepunyaan ayah?”“Ari cuman mau membantu ayah untuk
memuaskan napsu birahi ayah. Ari tahu kalau hubungan sejenis bisa dilakukan
untuk memuaskan napsu.”“Tapi ayah bukan homo, Ari!”“Ari tahu, tapi Ari ingin
membantu saja. Lagi pula Ari suka terangsang melihat ayah.”Ayah terkejut
mendengar kata-kataku. “Kamu masih dalam masa pertumbuhan, masih ingin tahu
banyak hal dan coba-coba. Kamu harus hati-hati nanti terjerumus.”Aku diam saja
dinasehati seperti itu. Kemudian hening lagi.“Yah... ayah suka diemut seperti
tadi? Ari emut lagi ya kontolnya?”Ayah menoleh ke arahku. “Nggak bisa, Ari! Ini
berdosa.”“Tadi bilang kenapa berhenti?”Ayah diam saja.“Rasanya enak, kan? Ayo,
dong, yah, biarin saja. Izinkan Ari memuaskan ayah. Ari sudah belajar dari
film-film gay. Dijamin enak.” Tanpa menunggu persetujuan lebih lanjut aku
langsung berlutut dan menyingkapkan kain sarung ayah. Kontol Ayah sudah
setengah tertidur.Segera aku mengemut dan menghisap-hisapnya. Ayahku berusaha
menolak dengan menutup kain sarungnya kembali yang tadi sudah kusingkapkan,
tapi tanganku yang bebas mencegah perlawanan itu. Semakin ayah melawan semakin
kuat pula hisapanku pada kontolnya.“Santai, yah. Santai.”Selang beberapa menit
aku melihat ayahku sudah mulai relax dan menikmati setiap hisapanku.
Kukocok-kocok kontolnya dengan tanganku dan aku melihat ayah memejamkan
matanya.“Enak, yah?”Ayahku mengangguk. Aku semakin semangat lagi dalam
memuaskan ayahku.“Ahhhh... Ahhhh... Ahhhhh!” Ayah mulai mendesah-desah. “Ayah
mau keluar Ari!”Aku langsung menghentikan hisapanku. “Tunggu dulu, yah!
Buru-buru amat.”Aku bangkit berdiri dan melepaskan seluruh pakaianku. Ayah
tampak binggung menyaksikan diriku telanjang di depannya, belum lagi matanya
tiba-tiba melotot saat melihat kontolku sudah berdiri tegak.Kemudian aku naik
ke atas tempat tidur dan rebahan sambil menyangga kepalaku dengan bantal. “Ayo,
yah! Aku ingin disodomi.”“Ari?!”“Di film gay yang Ari lihat, setelah kontolnya
diemut-emut, langsung disodomi. Ayo, yah. Ari rela menyerahkan lubang anus Ari
demi ayah. Nggak ada bedanya sama lubang memek, yah!”Ayah tampak berpikir
sejenak. “Baiklah. Sudah lama ayah nggak ngentot. Memek sama anus nggak ada
bedanya.”Aku langsung tersenyum sambil menyaksikan ayahku melepaskan ikatan
sarung di pinggangnya. Sekarang ayah sama telanjangnya dengan diriku. Ayah
langsung mengakangkan kedua kakiku. Di basahinya jarinya dengan air liur, lalu
diusap-usapkannya jarinya yang basah itu ke lubang pantatku. Rasanya becek,
tapi aku bisa menikmatinya. Kemudian ayah membasahi kontolnya sendiri dengan
air liur, dan mulai mendekatkan kepala kontolnya ke lubang anusku. Ayah
kemudian mendorong kepala kontolnya masuk.“AWWWWW!” Aku menjerit. Rasanya lubang
anusku dirobek dengan paksa.Ayah terkejut dan ingin menarik kontolnya mundur,
tapi aku mencegahnya. “Terusin, yah!”Jadi ayahku kembali memasukkan kepala
kontolnya. Dan blessss, kepala kontolnya masuk. Aku menjerit tertahan tapi aku
berusaha menjauhkan rasa sakit yang menusuk-nusuk itu keluar dari
kepalaku.“Ahhh, sempit sekali lubangmu Ari. Seperti memek masih perawan. Lebih
sempit malah.”“Dorong, yah!” Aku memerintahkan.“Oke! Kalau sakit bilang.”“Ari
bisa tahan, kok!”Berlahan-lahan tapi pasti akhirnya kontol ayah masuk sampai
bagian batangnya, tak sampai ke bagian pangkalnya.“Gila! Enak banget. Sempit,
anget. Nggak nyangka kalau lubang anus seenak ini.”“Ayo, yah! Digenjot.”Ayah
langsung menggerakkan pinggulnya maju-mundur secara berlahan. Awalnya aku sering
meringis kesakitan, tapi lama kelamaan aku bisa merasakan sensasi menggelitik
yang menyodok-nyodok lubang anusku.“Ahhh, Ahhh, Ahhh, Ahhh!” Aku mendesah
bersahutan bersama ayah.Ayah mendekap tubuhku, aku memeluk bahunya, dan aku
terus bergerak bersama ayah. Buah zakar kami berdua saling beradu, saling
memukul, dan jembut ayah menggelitik pantatku. Oh, nikmat sekali rasanya. Aku
mendesah di telinga ayah, dan ayah mendesah di telingaku. Rasanya seperti
melayang di surga.“Ari, ayah mau keluar!”“Terus genjot, yah!”Ayah terus
menggerakkan pantatnya, dan tiba-tiba aku merasakan kontol ayah menegang kuat
di dalam lubang pantatku dan aku bisa merasakan semburan deras spermanya
membasahi lubang pantatku.“AGHHHHHHHHHH!” Ayahku mendesah, tubuhnya menegang,
kepalanya terkulai lemas di bahuku. “Oh, Ari! Nikmat sekali.”Kemudian ayah
mencabut kontolnya dari lubang anusku, diikuti dengan keluarnya sebagian sperma
ayah dari lubang anusku. Kemudian tiba-tiba ayah menggengam kontolku dan
mengocoknya.“Ini sebagai ucapan terima kasih dari ayah!”Aku mengangguk sambil
menikmati gerakan tangannya yang kasar itu di kontolku.“Ahhh! Ahhh! Ahhh!” Aku
mendesah-desah. “Aku mau keluar, yah!”“Ya, ayah tahu. Ayah bisa merasakan
kontol kamu berdenyut-denyut.”Kocokan ayah semakin kencang, dan aku langsung
ejakulasi. Sensasinya luar biasa apabila peran tanganmu digantikan orang lain.
Aku sampai muncrat banyak. Sebagian spermaku sampai ke dada dan sebagian lagi
membasahi tangan ayah.Ayah kemudian berbaring di sebelahku dan langsung
memelukku. “Kalau tahu berhubungan intim sesama laki-laki bisa seenak ini, ayah
pasti mau melakukannya berkali-kali.”“Katanya ayah bukan homo?” Aku
memprotes.“Ayah suka dua-duanya. Gimana Ari, ayah mau ronde ke dua. Kamu siap
melayani?”Aku mengangguk kegirangan. “Aku ingin membahagiakan ayah.”Kemudian
ayah mengecup bibirku sekali. Rasanya aneh. Tapi aku ingin lagi, jadi aku malah
menekan bibirku ke bibir ayah. Ayah tertawa.“Bukan begitu caranya. Begini ayah
ajari.”Kemudian ayah mengecup bibirku, aku membalas kecupannya. Bibir saling
beradu, dan kemudian lidah ayah bermain dengan lidahku. Wow! Sepertinya ronde
ke dua akan segera dimulai.
I love you, ayah!