Page Tab Header

Friday, September 14, 2018

Serangan Fajar Polisi

Serangan Fajar Polisi Kamar Sebelah


Malam itu benar-benar dingin. Hujan tak henti-hentinya turun sejak sore tadi, membuatku ngantuk saja sejak tadi. Padahal ada rencana untuk ketemu dengan seseorang yang kukenal di situs Y, terpaksa batal deh. Daripada tambah basah di luar, mending tidur saja di kos. Malam minggu yang suram...

Sayangnya, atau malah untungnya, tidurku malam itu terganggu.

Aku sedang bermimpi indah, bergumul dengan seorang pria yang tampan dan gagah, ketika ketukan di pintu kamar kosku akhirnya membangunkanku. Aku sedikit melompat ketika seseorang mengetuk pintu kamarku dengan cukup keras. "Permisi!!!" Aduh siapa sih malam-malam begini, ganggu mimpi indah aja... aku melihat jam wekerku sekilas, jam setengah dua pagi. "Mas, permisi!" Suara itu akhirnya kukenali sebagai polisi yang ngekos di kamar sebelah. Aku tidak terlalu mengenalnya karena jarang ketemu, namun orangnya cukup ramah dan selalu menyapa jika bertemu. Aku tidak pernah ngobrol terlalu sering dengannya sih karena jadwal kerja kami selalu bertabrakan. Tiap kali aku pulang kerja, dia selalu baru berangkat. Sepertinya dia selalu kena sif malam. Kadang-kadang aku berkhayal, apa yang dikerjakan ya malam-malam begitu... "Mas, maaf mengganggu, tapi..."

"...Iya Mas sebentar!" Aku tidak enak juga kalau tidak menjawab, tapi suaraku agak parau. Aku berdeham dan mengulangi jawabanku, lalu bangkit untuk segera membukakan pintu. "Aduh Mas maaf sekali mengganggu, lagi tidur ya?" Memang benar itu polisi kamar sebelah, tapi... "Iya Mas, kok sudah pulang jam segini?" "Iya sama komandan disuruh pulang saja, disuruh balik besok." "Eh Mas masuk dulu gimana? Gila tuh anginnya, hujannya sampai masuk ke sini!" "Ah iya..." Ia segera masuk dan aku segera menutup pintu. Entah kenapa cuaca bisa seburuk itu, bisa-bisa banjir nih... untungnya kamarku di lantai dua. "Jas hujannya taruh di situ aja Mas," ujarku sambil menunjuk ke sebuah wadah yang sebenarnya isinya payung. Aku memang punya wadah khusus untuk payung yang basah. Ia segera melepas jas hujannya, walaupun tetap saja lantai kamarku jadi basah. "Maaf Mas merepotkan..." "Ah nggak apa-apa, toh kita kan sekos." Aku perhatikan seragam dinasnya agak basah, "Kayanya di luar hujan badai ya Mas sampai basah gitu?" "Iya Mas, tadi sebenarnya saya ya nggak mau pulang, tapi di kantor ga ada tempat untuk tidur." "Banjir kah?" "Sudah mulai masuk sih airnya... Eh iya Mas, malam ini boleh nggak saya tidur di sini? Kunci saya ketinggalan..." "Boleh, daripada basah-basahan lagi balik ke kantor." Aku sebenarnya girang dalam hati; walaupun aku tidak tahu apakah dia penyuka sesama, tapi paling tidak aku bisa mengagumi badannya semalam-malaman. Berhubung ranjangku agak kecil, siapa tahu juga bisa mepet-mepet dikit, hehehe... "Makasih banyak ya Mas, maaf mengganggu. Mas tidur lagi aja sementara saya beres-beres." "Ga pa pa Mas. Itu seragamnya lepas aja biar nggak masuk angin." Ia memang melepas seragamnya, dan ternyata ia masih mengenakan kaos dalam berwarna coklat. Aku mengagumi bodinya yang gagah diam-diam dari belakang. "Eh tapi ranjang saya kecil lho Mas, ga apa-apa kah tidur dempet-dempetan?" "Saya tidur di lantai aja Mas ga pa pa." "Nanti masuk angin lho, udah tidur di ranjang sini aja! Selimut saya cuma ada satu pula, nanti bisa dipakai bareng. Ga masalah kan?" "Iya ga masalah Mas." Aku kemudian merebahkan diri di sisi ranjang yang dekat dengan tembok, kemudian ia menyusul di sebelahku setelah membuka sabuknya, namun ia tetap mengenakan celana dinasnya. "Dingin ya Mas," ujarku basa-basi. Ia hanya mengangguk, lalu merebahkan badannya. Aku berbagi selimut dengannya lalu mencoba tidur. Atau berlagak mencoba tidur.

Beberapa saat aku menunggu dengan jantung berdegup. Ia memang sudah menutup mata, tapi kurasa ia belum tidur. Sampai akhirnya aku mendengar dengkurannya. Astaga, dengkurannya jantan sekali; tidak terlalu keras tapi juga tidak terlalu pelan. Wajahnya yang tampan menyisakan sedikit kelelahan di sana, aku refleks mengelus wajahnya, namun hanya beberapa saat karena aku takut ia terbangun. Sayangnya, karena aku menawarkan berbagi selimut dengannya tadi, aku sekarang tidak bisa melihat bodinya yang syur itu. Aku mengutuk kebodohanku sendiri dalam hati, coba tadi ia tidur di lantai, bisa puas-puas aku melihat bodinya! Bisa jadi bahan buat coli juga, hehehe... Aku mengelus-elus kontolku yang masih tegang sedari tadi gara-gara mimpiku. Agak lemas sih begitu ia datang dan ngobrol sebentar, tapi sekarang aku horny lagi membayangkan bodi polisi yang tertidur di sebelahku. Aku agak takut untuk mengeksplorasi bodinya lebih jauh, selain karena sikapnya yang sopan itu bikin aku sungkan, aku tidak pernah berhubungan dengan anggota polisi yang gay. Kalau baca-baca di situs-situs gay kok banyak yang kecewa dengan mereka...

Lamunanku buyar ketika ia mengerang dan memutar badannya dalam tidurnya. Berhubung ranjangku sempit, badannya jadi menempel ke badanku, dan aku sama sekali tidak sempat bereaksi. Tangan kiriku jadi terhimpit badannya. Waduh bisa kesemutan ini lama-lama, pikirku... tapi tanganku merasakan sesuatu yang hangat dan empuk. Ya pasti lah, badan manusia kan hangat... tapi masa badannya sehangat itu? Belum sempat aku membetulkan posisiku, ia memelukku. Deg... jantungku berdegup tak karuan. Dikira aku guling kali ya... tapi kebetulan sekali nih, hehehe... aku mencoba menggerakkan tangan kiriku dan aku bisa merasakan punggung tanganku menyenggol sesuatu yang sangat familiar. Tanganku persis ada di kontolnya. Aku menggerakkan tanganku lagi sehingga sekarang jari-jariku bersentuhan langsung dengan kontolnya. Wih besar juga kontol polisi ini, pikirku. Aku tidak pernah mengamati kontolnya selama ini, dan di situs-situs banyak yang bilang kontol polisi ya sama saja dengan kontol orang biasa, malah banyak yang lebih kecil. Kalau begitu aku beruntung dong, hehehe... aku tidak terlalu mengidolakan polisi sih, tapi kalau bisa dapat ya kenapa nggak.

Iseng-iseng kuremas kontolnya. Tidak ada reaksi. Kuremas-remas lagi kontolnya. Kali ini ada reaksi, ia mengerang namun pelan sekali. Aku mencoba menggenggam batangnya, memang agak tegang sih, tapi sepertinya karena dingin. Seingatku kontol memang bisa menegang tiap 90 menit selama cowok tidur, tapi rasanya belum ada setengah jam deh sejak ia tidur... gara-gara dingin kali ya. Berhubung tidak ada reaksi sama sekali, akhirnya kunikmati meremas-remas kontolnya. Perlahan-lahan aku bisa merasakan kontolnya jadi semakin hangat, walaupun mengeras dengan perlahan. Sepertinya dia tipe cowok yang mainnya perlahan dan lama. Boleh nih dites! Aku terus meremas-remas kontolnya dengan lembut ketika ia melenguh dan mengubah posisi tidurnya. Aku refleks langsung menghentikan remasanku, hanya untuk kaget ketika tangannya menyentuh kontolku. Wah nantang orang ini... tapi dia sadar nggak ya kalau lagi megang kontol? Kutantang polisi yang kelihatannya masih tertidur itu dengan menggerakkan kontolku yang memang sudah mengeras. Ia merespon dengan meremas kontolku. Kugerakkan lagi kontolku, dan ia meremasnya. Ini yang kutunggu-tunggu! Untuk beberapa lama aku memainkan kontolku sebelum akhirnya ia meremas-remasnya sendiri tanpa harus kusuruh. Kuhadiahi polisi itu dengan remasan di kontolnya yang sempat melemas. Ia sesekali mengerang, masih dengan mata terpejam. Aku jadi curiga apa ia benar-benar tidur...

Serangan gerilyanya berlanjut. Tangannya perlahan-lahan menelusup masuk ke kaos tidurku dan entah bagaimana caranya dalam posisi masih memelukku, ia berhasil mendapatkan dadaku. Puting susuku pun dimain-mainkannya, sesekali hanya dielus-elus begitu saja, sesekali dicubit. Aku pun tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerang; kalau sampai ia terbangun biar dah, toh ia yang mulai duluan. Puting susuku jadi melenting keras, kontolku mulai mengeluarkan precum cukup banyak di bawah sana, dan aku pun menghadiahi polisi itu dengan remasan kuat di kontolnya tiap kali ia berbuat nakal dengan puting susuku.

Pada remasanku yang terakhir, polisi itu mengubah posisi tidurnya menjadi telentang kembali. Aku agak kecewa karena aku menikmati kehangatan tubuhnya, tapi serangannya rupanya belum berakhir. Tangan kanannya langsung menelusup masuk ke celanaku, dan berhubung celanaku itu sejenis brief, ia pun langsung mendapatkan kontolku. Aku mengerang ketika ia mengelus-elus kepala kontolku yang sudah basah. Ia terus mengelus-elus kepala kontolku, membuatnya mengeluarkan lebih banyak precum, lalu ia mengocoknya. Aku sampai heran dalam hati, bisa yah orang tidur ngocokin kontol? Memang sih kocokannya perlahan, namun justru itu yang membuatku mengerang kenikmatan bercampur kegelian. Aku memang belum disunat, tapi saat tegang sempurna kulupku tertarik sehingga kepala kontolku yang sensitif itu pun tak terlindungi, dan ia mengocok tepat di kepala kontolku. Sialan ni polisi, awas ya kubikin kau gelinjangan dalam tidurmu nanti kalau sudah selesai...

...tapi itu ternyata tak butuh waktu lama. Akibat menahan gejolak horny sedari tadi siang, ditambah cuaca yang dingin, tak lama kemudian aku muncrat. Aku sedikit terengah-engah dibuatnya, dan sekarang giliranku membalas serangan polisi itu.

Ia tampak masih tertidur, tapi aku tak peduli lagi kalau tiba-tiba ia terbangun dan memergokiku. Tangannya yang basah dengan spermaku bisa kujadikan bukti kalau ia sebenarnya juga doyan kontol. Aku menyingkap selimut yang dikenakannya, sehingga kini tampaklah dengan jelas bonggolan kontolnya yang masih terlindungi celana dinas coklatnya yang ketat itu. Masih terlihat belum tegang betul, tapi peduli amat... aku mengelus-elus kontol itu, kemudian kubuka kait dan resleting celananya. Ia mengenakan celana dalam berjenis trunk, tapi celana dalamnya ketat sekali. Mungkin supaya bebas bergerak ya... Kuturunkan juga celana dalam itu dengan hati-hati supaya tidak membuatnya terbangun, walaupun ia sempat menggeliat. Rasanya ia menggeliat untuk memperlancar usahaku melucuti pertahanan kontolnya. Dan benar saja, tak lama kemudian aku mendapati kontolnya menegang bebas di hadapanku. Kuelus-elus batang kontol polisi itu dengan lembut sementara tanganku yang satu lagi memainkan bola-bolanya dengan agak kasar. Tidak ada jembut sama sekali di kontolnya, sepertinya dicukur habis beberapa hari yang lalu. Aku lebih suka jembut sebenarnya, tapi tak apa lah, kontol polisi ini besar sekali. Sesekali kusentil ringan bola-bola kontolnya, dan aku hanya mendapatkan reaksi dari kontolnya yang bergerak. Sok kuat nih, tunggu ya... Aku memainkan nafasku di kepala kontolnya, kurapatkan bibirku tepat di perbatasan antara batang dan kepala kontolnya, lalu kumainkan lidahku di pucuk kontolnya. Kubuka lubang kencingnya, bisa kurasakan precumnya mulai mengalir. Gurih rasanya. Kumulai hisapanku, dan akhirnya erangan pun keluar dari mulutnya. Nah, rasakan kau, mana tahan kau dengan hisapanku... selain bibirku yang mengatup rapat pada batang kontolnya, lidahku pun menyapu setiap sudut kontolnya, terutama di bagian bawah kepala kontolnya. Aku ingin menguji seberapa lama polisi itu tahan dengan hisapanku. Seranganku kutambah dengan elusan, remasan, atau sentilan pada bola-bola kontolnya yang polos itu. Menurut beberapa orang yang pernah main denganku, seranganku itu sangat maut dan banyak yang muncrat tak sampai lima menit.

Tak terkecuali polisi ini. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, ia mengerang agak keras, dan akhirnya aku merasakan ia menembak spermanya di dalam mulutku. Terasa hangat, kental, dan gurih, kutelan spermanya. Eits, jangan dikira permainan sudah selesai...


Setelah kutelan semua spermanya, kuperhatikan polisi itu. Ia masih tampak tertidur, namun dadanya nampak mengembang-kempis dengan cukup cepat, raut wajahnya tampak puas. Aku masih mengelus-elus kontolnya yang mulai melemas, dan sesuai harapanku kontolnya tidak benar-benar lemas, masih setengah tegang. Bola-bolanya kuremas-remas perlahan; bola kontol seukuran bola tenis seperti itu pasti membuat orang ini gampang horny dan produksi spermanya banyak. Apalagi cuaca dingin seperti ini, pasti bikin tambah horny. Dan bola-bolanya jadi mengerut, membuatnya tambah sensitif. Aku suka memainkan bola-bola kontol dalam keadaan seperti itu.

Tanpa kusadari elusanku bertambah jauh ke bawah. Kuelus-elus daerah perbatasan antara kontol dan anusnya, dan polisi itu pun menggeliat, antara kegelian atau kenikmatan. Sampai juga akhirnya di anusnya. Lubang hangat itu kuelus-elus, namun aku kemudian punya pikiran lain. Me-rimming polisi gimana ya sensasinya? Dengan perlahan kuturunkan sedikit lagi celananya, dan kucoba membuka sedikit kakinya lebih lebar. Tidak bisa benar-benar lebar, jadi kucoba mulai menjilati daerah sensitifnya itu, kumulai dari bola-bolanya. Polisi itu mulai mengerang kembali seiring dengan jilatan-jilatanku, kulirik kontolnya mulai bangkit kembali dan mengeras. Kugenggam batang kontol polisi itu dan kuurut perlahan sambil kuteruskan menelusuri area di bawah kontolnya, hingga aku sampai di lubang anusnya. Kujilat-jilat daerah itu sebisanya, dan polisi itu menggeliat-geliat sambil mengerang pelan. Tak lama kemudian aku menyadari celananya sudah melorot jauh. Ah kepalang tanggung! Kulepaskan celananya sehingga kini ia setengah telanjang, dan polisi itu pun melebarkan kakinya tanpa diminta. Maka kulanjutkan rimming-ku di lubang anusnya. Seru juga ternyata me-rimming polisi yang sedang tidur seperti ini! Walaupun kayanya sih ia cuma pura-pura tidur, hehehe...

Puas me-rimming anusnya, aku pun memasukkan jariku ke dalam anusnya. Agak longgar. Aku jadi yakin sekali bahwa polisi ini pecinta kontol; mana ada pria tulen yang anusnya longgar seperti dia! Kumainkan telunjukku di dalam anusnya, kutusuk cukup dalam dan kutekan-tekan prostatnya. Polisi itu mengerang agak keras dan batang kontolnya berkedut-kedut. Kumasukkan jari tengahku dan kuobok-obok anusnya, kali ini ia mengerang pendek-pendek. Kumasukkan satu jari lagi. Muat juga. Berarti polisi ini bisa disodok kontol segede apapun. Aku jadi ngaceng kembali memikirkannya, maka kukocok-kocok kontolku dengan cepat sampai mengeras. Nah sekarang, gimana caranya nyodok tanpa membangunkannya ya? Dan posisinya telentang seperti ini, gimana caranya nyodok...

Seakan bisa membaca pikiranku, polisi itu mendadak mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping. Aku mengamat-amati posisi tidurnya ini. Lubang anusnya agak tertutup, tapi kurasa aku bisa membuka kakinya... Aku memosisikan diri di dekat pantatnya, lalu kubuka kakinya perlahan-lahan. Kukocok sebentar kontolku supaya keras kembali, lalu perlahan-lahan kudorong ke lubang anusnya. Seret juga tanpa pelumas begini, tapi kepalang tanggung... Kudorong terus pinggulku tanpa peduli apakah polisi itu merasakan sakit atau tidak; ah dia pasti bisa tahan sakit! Kuhentakkan pinggulku dan akhirnya kontolku masuk semuanya di dalam anusnya. Aku tidak pernah nyodok seseorang dalam posisi seperti ini, jadi kucoba cari posisi yang nyaman. Pertama aku mencoba berbaring di belakangnya dan menyodoknya, tapi posisi itu sulit sekali. Akhirnya aku meniduri tubuhnya, dan sodokanku berbuah kenikmatan baik untukku dan untuk polisi itu. Kami berdua balas-berbalas erangan selagi aku memompakan kontolku di dalam anus polisi itu.

Dan ia benar-benar bot tulen karena ia akhirnya muncrat duluan. Tembok dan ranjangku jadi belepotan spermanya, tapi biar lah... Aku sendiri tak lama kemudian menumpahkan spermaku di dalam pantatnya. Aku pun merebahkan diri di samping polisi itu, sambil tetap membiarkan kontolku berada di dalam pantatnya, dan akhirnya tertidur juga kelelahan.

Entah aku tertidur berapa lama, tapi sepertinya hujan sudah berhenti. Udara masih terasa dingin, harusnya fajar sudah menjelang. Tapi aku merasakan sesuatu yang nikmat di antara kedua kakiku. Seingatku tadi malam aku tertidur dengan kontolku di dalam anus si polisi... Aku mencoba membuka kedua mataku walaupun terasa berat, dan aku melihat pemandangan yang cukup langka. Polisi itu ternyata sudah bangun, kemeja seragamnya sudah dikenakan kembali, dan ia sedang menduduki kontolku, bergerak naik turun mengentot anusnya menggunakan kontolku. Kadang ia hanya diam menduduki kontolku, mungkin kelelahan. Kuputuskan untuk menikmati permainannya beberapa saat dan berpura-pura masih tidur, walaupun aku tak bisa menahan eranganku. Tapi lama-lama aku ingin melihat pemandangan langka itu. Dan aku pun membuka mataku.

"Ah Mas sudah bangun?" sapanya sambil terlihat malu sekali. "Lha Masnya bangunin sih..." "Maaf Mas, saya  nggak tahan soalnya." Wah yang tadi malam masih belum cukup juga toh? "Tadi malam memang saya menikmati permainan Mas, tapi saya masih pingin lagi." "Ah ga pa pa Mas, punya peler segede itu memang repot kok, pasti susah nahan nafsu ya?" Polisi itu tertawa kecil. "Lanjutin aja Mas, saya juga pingin lihat polisi naikin kontol saya." Aku pun mengambil bantal untuk menopang kepalaku sambil aku menonton polisi itu menggenjot kontolku. Benar-benar sensasional. Kontolnya yang tegang itu terayun-ayun, suara bola-bola kontolnya beradu dengan perutku membuat suasana semakin panas. Walaupun sudah sering disodok, polisi itu pintar memainkan lubang anusnya sehingga mencengkeram kontolku dengan kuat. Sesekali peluhnya menetes di tubuhku.

"Aaahhh mau keluarrrr...," erangku. Polisi itu dengan sigap menghentikan entotannya. "Lho kok berhenti Mas? Tanggung nih..." "Saya pingin Mas nembak di mulut saya, boleh?" "Boleh aja, isep kontolku cepat!" Ia langsung nungging di sebelahku dan menghisap kontolku kuat-kuat. "Oooooohhhh... Polisi suka ngisep ya... isep tuh batang kontolku... Mmmmhhhh... Aaahhh rapetin lagi... Aaaahhh...Uuuuhhh... Mau keluaaarrr..." Aku mengangkat pinggulku dan menusukkan kontolku dalam-dalam, membuatnya agak tersedak, dan menembakkan pejuhku sebanyak-banyaknya. Aku pun terengah-engah di atas ranjang. "Enak Mas pejuhnya, gurih, anget... Pas buat sarapan." "Lah tahu gitu tadi malam ga dikeluarin semua Mas, biar kenyang minum pejuhku..." Polisi itu tertawa kecil. "Kalau gitu pejuhmu saja diminum sendiri." Aku beranjak mendekat dan menjilati kontolnya, membuatnya mengerang. "Pake celananya Mas, aku pingin ngisep polisi yang masih pake seragam lengkap." Ia pun menuruti perintahku. "Masnya duduk aja di tepi ranjang, atau sandar di tembok juga bisa." Aku pun langsung membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang serta bola-bola kontolnya yang raksasa itu. "Kontolnya keren abis Mas," pujiku sambil mengelus-elus batangnya yang keras itu, precum sudah meleleh di ujungnya. Ia hanya tertawa. "Pasti banyak yang suka." "Ah ndak juga Mas, saya jarang kok main." "Lha ini? Lagi pingin yaaaa?" Ia tersipu malu. Aku menjilat-jilat kepala kontolnya dan ia pun mendesah pelan. Tanganku meremas-remas bola-bolanya. "Pasti pejuhnya banyak nih Mas? Polisi perkasa nih." Ia tak berkomentar, hanya mengerang menikmati servisku pada bonggolan kejantanannya. Setelah kepala kontolnya basah, kugunakan tanganku untuk mengelus-elus kepala kontolnya sambil lidahku kini menjelajahi bola-bola kontolnya. Erangannya benar-benar seksi, membuatku semakin beringas menjilati seluruh bagian kontolnya. "Mau keluar Mas?" "Belum, isepin dong..." Kupenuhi permintaannya dan kuhisap-hisap batang kontolnya, sambil tanganku yang bebas mengelus-elus dan meremas-remas bola-bola kontolnya; sesekali kuelus-elus juga dadanya. "Mmmmhhh enak Maasss... ooohhh... aduh ngiluuuu... geli... aaaahhh... kencengin dikit Mas, mau keluar nih..." Polisi itu memegangi kepalaku dan menggerakkannya naik turun mengocok kontolnya, kurapatkan bibirku dan kusapukan lidahku ke segala penjuru kontolnya sambil tetap kuremas-remas bola-bola kejantanannya. "Mmmmmmhhhaaahhhh... keluaaaarrr.... ooooohhhhh..." Aku merasakan sesuatu yang hangat mulai memancar dari ujung kontolnya, dan akhirnya kurasakan juga gurih dan hangatnya pejuhnya. Cukup banyak juga pejuhnya sampai meleleh dari sudut mulutku. Setelah pancarannya melemah, kukeluarkan kontolnya dari mulutku dan langsung kucium polisi itu; kumainkan lidahku dan kupindahkan sebagian pejuhnya ke mulutnya. Benar-benar pengalaman yang tak bisa kulupakan.

Sejak saat itu, polisi itu pindah ke kamarku, walaupun kamarku jadi sempit tak karuan. Tak lama pun kami pindah ke kamar lain yang lebih besar, dan sejak saat itu aku selalu sarapan pejuhnya. Serangan fajar polisi kamar sebelah pun tak ada lagi, karena kini aku harus menghadapi serangan fajar polisi sekamar tiap harinya. Tapi aku menyukainya.