Page Tab Header

Wednesday, March 7, 2018

Bang Togar


Bang Togar
 

Namaku Togar. Aku datang merantau meninggalkan Batak tanah kelahiranku dan keluargaku untuk sekedar ikut mencicipi gemerlapnya kota Jakarta. Aku berhasil menjadi seorang security di salah satu toserba Sarinah. Mungkin perawakanku yang tinggi besar, sekitar 180 cm, dan wajahku yang tampak garang membuatku cocok jadi security. Aku memang pernah mengikuti pelatihan security selama beberapa bulan sebelum tiba di Jakarta. Aku menyukai pekerjaanku di sana, dan rekan-rekanku juga ramah terhadapku. Beberapa kali aku sempat menangkap pencuri maupun penguntit di sana, sehingga kepala security yang awalnya galak lambat laun juga ikut menyukaiku, bahkan aku sering diberi bonus. Beberapa pengunjung cewek kadang-kadang melirikku hingga menggodaku, namun kutanggapi dengan santai. Aku harus profesional dalam kerjaku, membedakan kapan waktunya serius dan bercanda.

Namun, di toserba itulah aku memasuki kelamnya dunia gay Jakarta.

Hari itu ada sale besar-besaran menyambut tahun baru, sehingga toko buka hingga pukul dua belas malam. Aku ditunjuk untuk menjaga keamanan pengunjung pada shift malam dan aku menyanggupinya, toh aku memang sedang tidak punya keinginan untuk pulang dan tidak ada kerjaan pula di kos. Benar saja, semakin malam toko itu semakin bertambah ramai, hingga akhirnya kasir terakhir beroperasi pukul setengah satu malam. Waktunya menutup toko dan petugas bersih-bersih. Sekitar pukul satu malam semuanya sudah bersih, namun aku keliling sekali lagi untuk memastikan tidak ada orang mencurigakan yang masih tertinggal di dalam toko. Untunglah sudah tidak ada siapa-siapa. Agak kelelahan, aku pun menuju ruang khusus karyawan di bagian belakang toko. Tinggal ada satu-dua cleaning service yang kutemui, itupun mereka sedang beres-beres hendak pulang. Aku memang sudah terbiasa ditinggal paling terakhir di toko. Aku pun menuju toilet pria, hasrat ingin kencing ini sudah dari tadi kurasakan sejak satu jam yang lalu, namun karena aku tidak ingin kecolongan, aku pun menahannya.

Di toilet, ternyata masih ada satu orang office boy yang belum pulang. Namanya Bejo, dia lebih tua dari aku, mungkin sekitar 45 tahunan. Badannya juga tidak menarik, tubuhnya pendek hanya sekitar 155 cm, dan kurasa aku jauh lebih tampan dibanding dirinya. "Habis kontrol Mas?" sapanya yang saat itu sedang kencing. "Iya, sudah beres," jawabku sambil membuka resleting celanaku dan mulai kencing. Badanku bergidik ketika kehilangan panas dari air kencingku, sepertinya aku sedikit mendesah. "Lega ya Mas," ujarnya basa-basi. "Iya nih, udah kutahan dari tadi..." "Kecil tapi ya punya Mas." "Iya nih..." Aku menoleh ke arahnya dan melihat kontolnya, aku agak terkejut. Besar sekali, jauh lebih besar dari punyaku yang hanya 11 cm ketika menegang. Kutaksir punyanya sepanjang 20 cm dan tebal 5 cm ketika tegang. "Wah gede sekali punya Mas, cewek-cewek pasti klepek-klepek tuh!" Ia terkekeh dan sejenak mengelus kontol kebanggaannya itu, namun aku memalingkan pandangan dan fokus ke kencingku. Tak berapa lama akhirnya kantong kemihku pun kosong. Aku pun merapikan celanaku, mencuci tangan, dan keluar dari toilet. "Ayo Mas, mau pulang nggak nih?" Aku pun menuju pintu ruangan karyawan, dan membukanya.

Pintu itu tak bergeming.

Aku sekali lagi mencoba membuka pintu itu. Tak berhasil. Sepertinya terkunci dari luar. Aku meraih gantungan kunci di sisi pinggangku dan mencoba mencari kunci ruangan itu. "Sial!" umpatku. Entah mengapa kunci itu tak ada di gantungan kunciku. "Kenapa Mas?" tanya Bejo dari ujung ruangan, ia baru keluar dari toilet. "Sepertinya dikunci Parman dari luar," sahutku. "Sebentar aku kontak dia, pas aku tak bawa kuncinya pula..." Aku mencoba menghubungi Parman melalui walkie-talkie, namun tak ada respon. Sepertinya security yang lain sudah pulang. Kucoba telepon dia, namun nomornya tidak aktif. "Waduh sial betul kita!" "Sudah nggak apa-apa Mas, nanti siapa tahu ada yang bukakan," kata Bejo sambil membuka lokernya. Aku pun mengambil duduk di sebuah kursi kayu panjang di dekat barisan loker Bejo. "Ya paling parah kita menginap di sini sampai jam enam nanti." "Tapi Mas nggak jaga sif pagi kan?" "Nggak lah, bisa mati aku jaga lagi! Keparat pula si Parman, dikontak tak bisa!" "Eh sudah Mas tenang saja, nih minum dulu." Ia menawarkan segelas air mineral yang sudah terbuka. Aku pun menerimanya dan meminumnya untuk menenangkan diri. Tidak biasanya aku semarah itu. Kuteguk air itu sampai habis, lalu kulempar gelasnya ke ujung ruangan dan berbaring. "Kalau ketemu dia besok pagi kupukul dia." "Walah Mas mungkin dia nggak sengaja aja..." "Begonya aku kok tak punya kunci ruangan ini." Aku pun berbaring di kursi kayu itu untuk beristirahat dan menenangkan diri lebih lanjut, tanpa ambil pusing untuk lepas sepatu maupun perlengkapan security-ku yang lain. "Kupijat ya Mas." Aku hanya mengangguk dan sejenak menutup mata. Ia memijat kakiku terlebih dahulu. Rasa lega pun mengusir rasa letih pada kakiku setelah berdiri selama hampir delapan jam. "Enak Jo pijitanmu." Ia hanya tertawa pelan dan melanjutkan pijatannya.

Hingga akhirnya ia sampai di pahaku.

Awalnya biasa saja, namun begitu mencapai paha atas, Bejo langsung meremas kontolku. Instingku pun berjalan. "Eh ngapain kau Jo?" Yang aku tidak duga, suaraku pelan sekali. Mungkin efek kelelahan, pikirku. Ternyata Bejo kembali meremas kontolku. "Jo, hentikan!" Aku mengangkat tanganku untuk menepis tangannya, namun tanganku terasa berat sekali sehingga seakan aku hanya menepuk tangannya. Bejo pun tersenyum dan berkata, "Sudah, nikmati saja. Kamu pasti suka kok." "Jo apa-apaan kau, aku ini pria normal tahu..." Suaraku semakin melemah, aku mencoba berontak namun badanku lemah sekali, bahkan sekarang pandanganku mulai kabur. Jantungku mulai berdebar. "Bejo..." Ia terus meremasi kontolku, dan anehnya walaupun badanku lumpuh, kontolku tidak. Perlahan-lahan kontolku mulai bangun. Sudah lama pula aku tidak mengeluarkan spermaku, biasanya seminggu sekali aku ngocok atau meminta bantuan teman cewek yang mau, walaupun tak sampai berhubungan badan. Kali ini mungkin sudah dua minggu sejak terakhir aku keluar. Dengan cepatnya kontolku menegang. Aku hanya bisa mengerang pelan, berontak pun sudah tak bisa. "Bejo..." Aku merasakan belaian tangannya di keningku, lalu aku melihatnya mendekat dan ia pun menciumku. Aku berusaha melawan, namun tenaganya sekarang tentu jauh lebih kuat. Ciumannya bernafsu sekali, bahkan ia tetap meremas-remas kontolku yang mulai terasa sakit karena terjebak di celana dinasku yang lumayan ketat itu. Ia akhirnya berhenti menciumku. Aku megap-megap berusaha bernafas senormal mungkin. "Keparat... kau... Bejo..." Aku merasakan tangannya mengelus-elus dadaku, dan perlahan-lahan kancing bajuku pun dilepaskannya. Ia tak menanggalkan bajuku. Dalamanku yang cukup basah oleh keringat ia sibakkan ke atas, memperlihatkan perut berototku yang langsung ia elus-elus dan remas-remas. "Perutnya bagus Mas," pujinya. Ia sibakkan baju dalamku hingga ke atas dada, lalu ia langsung mempeluntir kedua puting susuku. Aku pun mengerang kesakitan pada awalnya, namun ada sedikit rasa enak di samping rasa panas akibat dipeluntir. Puas dengan dadaku, ia berusaha membuka celanaku. Aku berusaha menendangnya, namun kakiku tak mau diajak bekerja sama. Ia pun berhasil melucuti celanaku, ditariknya hingga ke bawah lutut. "Kontolmu tak besar tapi boleh lah." Sejenak ia mengelus-elus bola-bolaku yang juga tak terlalu besar, sesekali diremasnya. Aku hanya bisa mengerang pasrah. Menit demi menit berlalu menyiksaku dengan badan yang tak lagi bisa kukendalikan dengan baik, dan aku sedang diperkosa seorang pria...

Hingga ia akhirnya berlalu. Hanya untuk menambah penderitaanku.

Ia mengeluarkan handphone dari saku celananya. Belum sempat aku mengelak, ia mengambil beberapa gambar. Gambarku telanjang separuh badan di daerah kemaluanku. "Nah sekarang, Togar, kau harus menuruti kemauanku. Kalau tidak, akan kusebarkan ke semua orang kalau kau punya kontol sekecil ini. Mana ada cewek yang suka dengan kontol kecil, badannya aja yang gede!! Hahahahaha!!!!!" Aku benar-benar marah saat itu, andaikan aku punya tenaga seperti biasanya, sudah pasti kubunuh dia. Aku pun menyesali diriku sendiri, mengapa tadi mau saja menerima air minum darinya. Pasti ia sudah memasukkan obat bius ke air itu. Dan ia memanfaatkan kemarahanku agar aku meminum air itu. Bodohnya aku! Sekarang aku harus menerima konsekuensinya...

"Tapi tenang saja Togar, selama kau menuruti perintahku, aku tidak akan menyebarkan foto-fotomu ini," ujar Bejo sambil membelai kepalaku dan tersenyum manis. Aku memalingkan muka, jijik melihatnya. "Kau pun pasti akan suka kontol. Kau suka kontolku kan?" Sambil terus membanggakan kontolnya, ia merangsang kontolnya di hadapanku, memaksa aku melihat batang kelaki-lakiannya yang berurat itu. Belum pernah aku melihat kontol pria lain selain kontolku sendiri, itu pun karena aku minder dengan ukuran kontolku. Aku memejamkan mata agar tidak melihatnya, namun ia menamparku dan membentakku untuk membuka mata. Aku pun terpaksa melihatnya merangsang kontolnya sendiri hingga precum bertetesan mengenai mukaku. Puas menyiksaku dengan pemandangan itu, ia pun beralih ke bagian bawah badanku. Sejenak kontolku yang mulai lemas dimainkannya kembali, dihisapnya sebentar. Aku sejenak mengerang, belum pernah ada cewek yang mau menghisap kontolku walaupun kecil. Namun itu tidak lama. Kedua kakiku diangkatnya dan aku ditariknya hingga ujung kursi. Kontolku dikocoknya sebentar selagi ia mendekat, lalu...

Blessss....

Rasa sakit yang amat sangat menderaku. Aku hendak berteriak, namun suaraku tidak keluar. Hanya erangan kecil yang keluar, dan itu justru membuat Bejo semakin beringas. "Mhhhh... aku suka pantat perjaka sepertimu Gar... Sempittthhh... Aaaahhh..." Ia terus melesakkan batang kontolnya yang besar itu ke dalam pantatku, menimbulkan gesekan yang perihnya luar biasa. Pantatku terasa mau pecah, sesuatu mengalir keluar entah apa itu, kupikir darah. Bejo melesakkan kontolnya hingga masuk semua, prostatku terasa tersentuh oleh kontolnya. Perutku mulas tak karuan, sepertinya reaksi usus karena dimasuki benda asing. Bejo pun mulai memaju-mundurkan pinggulnya, memerkosa pantat perjakaku yang pecah karena besarnya kontolnya. Erangannya pada awalnya begitu menjijikkan bagiku, apalagi rasa sakit menderaku tak henti. Namun, tiap kali kontolnya melesak dalam dan menyentuh prostatku, ada rasa lain yang baru kali ini kurasakan. Aku benci mengakuinya, namun aku merasakan kenikmatan itu...

Sejak saat itulah aku menjadi seorang gay. Aku tak mampu lepas dari office boy itu karena ia terus mengancam akan menyebarkan foto kontol kecilku jika tidak menuruti kemauannya. Aku dijadikan pelampiasan nafsunya tiap kali ada kesempatan, dan aku tak bisa mengelak lagi. Sesekali ia mengajak rekannya, yang sayang sekali waria, dan aku lebih tersiksa lagi dibuatnya. Waria itu suka memukul dan menginjak bola-bolaku serta menghina kejantananku, dan aku sering tak berdaya melawan mereka berdua. Oh bagaimana aku bisa lepas dari siksaan ini tanpa menanggung beban malu...

Jika ada yang bersedia berteman denganku bahkan membantuku, silakan add YM-ku. Siapa tahu kita bisa berteman baik, dan bantulah aku untuk memahami bahwa tidak semua dunia gay itu segelap duniaku sekarang. Aku bukanlah seorang budak dan aku tidak pernah memintanya...


Beberapa bulan kemudian ...

Bang Togar tidak dapat lepas dari office boy tua itu dan warianya, bahkan sudah sering kali waria itu mengajak temannya sesama waria. Sudah tidak terhitung banyaknya ia harus melayani nafsu bejat mereka yang sesekali cukup sadis, namun apa daya ia tak mampu melarikan diri. Ancaman foto kontolnya yang hendak disebarkan selalu membayangi, sehingga ia harus selalu pasrah menjadi bulan-bulanan. Seorang Bang Togar yang mulanya normal akhirnya pun perlahan-lahan belajar untuk menikmati permainan sesama pria itu, bahkan menurut ceritanya ia sering kali dirangsang ketika masih berseragam lengkap hingga keluar di celana dinasnya. Setelah itu, barulah ia melayani nafsu si office boy dengan menyediakan pantatnya untuk dientot.

Pada mulanya, Bang Togar sempat mengunjungi seorang dukun karena bijinya sakit sekali setelah dipermainkan dengan kasar oleh si waria. Tak dinyana, dukun itu rupanya juga bernafsu pada Bang Togar. Dengan iming-iming kesembuhan, Bang Togar pun melayani nafsu si dukun. Namun, kali ini si dukun tidak sejahat si office boy dan rekan warianya, hanya saja kontolnya jauh lebih besar. Dientot kontol besar untuk pertama kalinya jelas menyakitkan, namun Bang Togar pun akhirnya mencoba terbiasa dengan itu.

Kisah kali ini bukan mengenai Bang Togar dengan si office boy dan rekan warianya maupun dengan si dukun cabul. Karena Bang Togar selalu harus melayani nafsu orang-orang tersebut, dirinya sendiri terkondisikan untuk patuh pada permainan yang kasar. Saya ingin mencoba berinisiatif untuk memberikan Bang Togar sesuatu yang berbeda yang belum pernah ia rasakan: sebuah permainan yang lebih lembut, penuh cinta bukannya nafsu semata, dan mungkin permainan yang tidak terduga. Mudah-mudahan suatu saat nanti kita bisa bertemu Bang.

Ini fantasi saya.

Setelah usai dari tugasnya (kebetulan hari itu dia jaga sif siang) dan kebetulan tidak melayani si office boy maupun si dukun, kami pun pulang ke kos Bang Togar setelah makan malam. Rasa lelah tentunya pasti melanda Bang Togar setelah berjaga seharian, maka saya suruh Bang Togar untuk duduk dan saya pijat punggungnya untuk sekedar meringankan beban yang selama ini menekan dirinya. Erangan pelannya menunjukkan bahwa ia menyukai pijatan saya. Setelah itu, saya mencoba untuk mencium Bang Togar, walaupun awalnya ia menolak (beberapa kali ia mengatakan pada saya ia tidak suka dicium). Sayang penolakannya cukup besar sehingga saya harus menghentikan ciuman itu, agar Bang Togar bisa merasa nyaman kembali untuk melanjutkan permainan. Saya rebahkan Bang Togar di atas kasur sementara saya duduk di sebelahnya. Saya raba-raba dulu wajah Bang Togar, meyakinkan dirinya bahwa ia tampan dan pasti banyak yang mau dengannya (termasuk saya sendiri). Perlahan-lahan turun ke jakunnya, mengatakan betapa jantan suaranya... Turun ke dadanya. Dadanya yang bidang membuat saya harus memainkan salah satu dadanya terlebih dahulu: dada kirinya. Saya usap-usap dari luar, mencoba mencari puting susunya dari luar seragam dinasnya. Sesekali saya akan menelusup ke dalam baju dinasnya, hanya membuka satu kancing saja, dan memainkan putingnya dari baju dalamnya. Saya mainkan terus hingga putingnya melenting. Puas memainkan putingnya, saya menggoda sedikit kontol Bang Togar, mengecek apakah kontolnya sudah berdiri atau belum, dan ternyata kontolnya sudah mengeras di dalam celana dinasnya. Saya elus-elus kontol Bang Togar, sambil meyakinkan Bang Togar bahwa kontolnya menggairahkan. Tidak masalah kalau ukurannya kecil Bang, yang penting bisa tegang dan memuncratkan sperma.

Saya ingin Bang Togar muncrat di celana seperti yang biasa ia alami. Kontolnya yang sudah tercetak jelas terus saya elus-elus, sambil ditekan-tekan di beberapa titik, terutama kepala kontolnya. Batangnya diurut-urut perlahan, kemudian turun ke bawah dan memijat-mijat perlahan bola-bolanya. Saya suruh Bang Togar membuka kakinya lebih lebar supaya lebih leluasa, lalu saya akan membenamkan wajah saya pada kontol Bang Togar dan menghirup aroma kejantanannya. Puas melakukan itu, sedikit iseng saya sentil-sentil bola-bola Bang Togar, lalu kembali saya kembali ke tubuhnya. Kali ini seluruh kancingnya harus dilepas, namun tidak perlu ditanggalkan, karena saya akan menyingkap baju dalam Bang Togar begitu saja. Sambil terus menyervis kontol Bang Togar, saya akan menjilati bagian pusarnya, sesekali turun ke perut bagian bawah sejauh lidah dapat menjangkau, kemudian naik ke dadanya. Saya jilat-jilat salah satu puting susunya, kemudian saya akan hisap seperti bayi. Tak lupa tangan kiri saya tetap memainkan kontol Bang Togar, mempertahankan kekerasan batang kontolnya sampai akhirnya Bang Togar tidak tahan lagi dan muncrat di celana. Selagi muncrat, saya akan tetap memainkan kontolnya sampai Bang Togar benar-benar tidak tahan lagi. Namun permainan belum usai Bang...

Selagi Bang Togar bernafas lega, saya akan melucuti celana Bang Togar. Hanya membuka kait sabuk dan kait celananya, tangan saya akan menelusup ke dalam untuk meraih kontol Bang Togar yang mulai melemas. Bang Togar akan merasa kegelian, namun saya akan meremas-remas kontol itu. Saya baru akan berhenti ketika Bang Togar memohon untuk berhenti. Setelahnya, saya akan membebaskan kontol Bang Togar dari dekapan celana dinasnya. Kontol yang agak lemas itu sedikit belepotan sperma, jadi saya akan bersihkan dengan menjilatinya. Tahan Bang, ini pasti terasa geli, namun lama-lama Bang Togar akan terangsang lagi. Terbukti sudah, setelah saya menjilati kontolnya sampai bersih, kontol Bang Togar sudah ngaceng lagi. Saya terus menjilati bagian-bagian lain kontolnya, menelusuri batang kontolnya hingga ke pangkal untuk menemui dua bola kontolnya yang indah. Saya jilat-jilat keduanya, sesekali menghisapnya sampai Bang Togar merasa ngilu (kalau terasa ngilu, saya akan elus-elus kepala kontolnya supaya tidak terlalu sakit). Pangkal paha Bang Togar pun tidak akan luput dari jilatan saya, dan tentu saja kontolnya tidak saya biarkan menganggur. Kocokan perlahan hingga cepat akan melayani batang kontol Bang Togar selagi saya menjilati pangkal pahanya. Hampir keluar Bang? Tahan dulu Bang!

Saya berikan Bang Togar kesempatan untuk beristirahat sebentar, lalu serangan berikutnya menanti. Kontol Bang Togar akan saya layani di dalam mulut. Diawali dengan jilatan-jilatan di lubang kencing kontol Bang Togar, lalu masuklah kontol Bang Togar ke mulut saya. Perlahan-lahan masuk sampai pangkalnya, lalu saya akan entot kontol Bang Togar dalam mulut saya. Sesekali saya akan berikan kejutan dengan sentilan di bola-bola Bang Togar, namun jangan khawatir Bang, rasanya nikmat. Sesekali saya hanya akan menghisap batang kontol Bang Togar seperti sedotan, menghisap cairan kejantanan Bang Togar yang asin itu, sambil dada Bang Togar kembali saya elus-elus. Mau dikeluarkan Bang? Boleh, saya akan hisap kepala kontol Bang Togar, menjilatinya dengan lidah selagi batang kontol Bang Togar saya kocok. Enak Bang? Keluarkanlah sari pati kejantananmu Bang. Lepaskanlah tekanan itu.

Bang Togar sepertinya kelelahan setelah dua kali muncrat, karena itu saya biarkan Bang Togar tidur terlebih dahulu. Kontol Bang Togar saya selimuti dengan tangan saya, sesekali diberikan remasan dan pijatan lembut. Setelah Bang Togar tertidur pulas, baru kontol Bang Togar saya kocok-kocok sampai berdiri lagi. Tenang saja Bang, kali ini saya tidak akan membuat Bang Togar terbangun, cukup kontolnya saja yang bangun. Saya tidak akan macam-macam, hanya mengocok kontol Bang Togar saja, jadi tidak perlu sampai muncrat Bang. Setelah kelelahan, saya sendiri akan tidur menemani Bang Togar, dengan kontol Bang Togar berada dalam mulut saya. Saya akan ngenyot kontol Bang Togar seperti bayi sampai tertidur. Sampai Bang Togar bangunkan saya dengan kontol yang sudah ngaceng berat, masih dalam mulut saya. Saya akan perah kontol Bang Togar. Kalau Bang Togar ingin coba ngentot, saya sediakan pantat saya untuk Bang Togar. Nikmatilah permainan sesama pria seperti seharusnya Bang. Permainan yang lembut namun jantan, tidak hanya dipenuhi nafsu semata. Bang Togar layak mendapatkannya.

Mudah-mudahan suatu saat nanti kita bisa bertemu Bang. Sampai saat itu tiba, bersabarlah dan bertambah kuatlah.