Selingkuhan
Suamiku
Bagian-1
Namaku
Yulianti, biasa dipanggil YULI. Sejak berkeluarga dan tinggal di Jakarta aku
selalu sempatkan pulang mudik menengok orang tua di Semarang setiap hari raya
Idul Fitri. Aku paling suka mudik dengan mobil sendiri bersama SUAMIKU, Bang
RENDY, dan juga anak anakku.
Dan
yang paling aku suka adalah saat aku melewati daerah PEKALONGAN menjelang masuk
kota Semarang. Disitu tinggal PAMANKU, yang aku biasa panggil Pak DARMO, dia
adik sepupu bapakku. Aku sangat akrab dengannya karena anaknya yang seumur
denganku indekost di rumahku di Semarang. Kalau hari libur aku ditemani adikku
RIZAL, sering diajak pulang ke Pekalongan dan main didepan rumahnya yang hingga
kini masih merupakan sawah yang terbentang.
Nostalgia
macam itulah yang membuat aku selalu ingin mengenang kembali masa kecilku
dengan menyempatkan mampir kerumah Pak Darmo setiap aku pulang mudik. Dan ada
yang tidak berubah di rumah Pak Darmo sejak aku kecil dulu, yaitu rumahnya yang
berdinding gedek kulit bambu itu yang berfungsi untuk sirkulasi udaranya yang
sangat bagus karena gedeknya bercelah-celah akibat jalinan bambu yang tidak
mungkin bisa rapat benar. Dan saat pagi hari matahari akan menembusi gedek itu
untuk membangunkan kami yang maunya masih bermalas-malas di amben, istilah
setempat untuk balai-balai yang terbuat dari bambu.
Walaupun
usia Pak Darmo sudah lebih dari 50 TAHUN atau 25 tahun di atas umurku, tetapi
Pak Darmo tetap nampak gagah dan sehat. Tapi dua tahun yang lalu Bu Darmo
(bibi) meninggal dunia karena sakit sehingga kini Pak Darmo menjadi DUDA dan
terbiasa hidup sendirian di rumahnya walau banyak yang menyarankan untuk kawin
lagi, tetapi Pak Darmo belum juga menemukan jodohnya yang sesuai dengan
keinginan hatinya.
Walaupun
pendidikannya cukup tinggi, waktu itu sudah menyandang titel BA atau sarjana
muda, kegiatan Pak Darmo sehari-hari dari dulu hingga kini adalah bertani. Dia
menggarap sendiri sawahnya. Untuk menopang kegiatannya sehari-hari Pak Darmo
dibantu oleh dua orang anak LELAKI sebagai pelayan dan pembantu dari kampung untuk
mencuci pakaiannya dan masak ala kadarnya.
Seingatku
dari dahulu, pelayan dirumah Pak Darmo selalu perempuan atau Mbok2, tapi heran,
sejak hidup sebagai DUDA, Pak Darmo selalu memilih pembantu anak anak LELAKI,
bukannya pembantu wanita. Mungkin untuk menghindari GUNJINGAN kalau Pak Darmo
yang duda tinggal serumah dengan para pembantu yang wanita.
Pada
lebaran tahun 2008, aku dan suamiku terpaksa pulang mudik berdua saja.
Anak-anakku punya acara sendiri bersama teman-temannya. Tokh aku bersama Bang
RENDY, suamiku yang pada umur 30 tahun masih amat ganteng dan gagah dengan
tubuh yang atletis dan dada yang bidang.
Aku
sering cemburu karena terlalu banyak wanita yang sering melirik dan mengagumi
ketampanan suamiku.
Suamiku
Bang Rendy yang sebenarnya pertama kukenal pada masa remaja, sejak umur 15-an
tahun karena orang tuanya bertetangga dengan Pak Darmo, dan hubungan Bang Rendy
dan Pak Darmo dari dulu memang akrab seperti Paman dan Keponakan, walau umur
mereka jauh berbeda 20 TAHUN. Bahkan Bang Rendy juga pernah kulihat beberapa
kali MENGINAP di rumah Pak Darmo kalau istrinya sedang keluar kota.
Menjelang
masuk kota Tegal jam menunjukkan pukul 2 siang saat aku merasa agak tidak enak
badan. Badanku agak DEMAM dan kepalaku PUSING. Suamiku memberi obat berupa
puyer anti masuk angin. Sesudah aku meminumnya rasa badanku agak lumayan,
pusingku sedikit berkurang.
Tapi
menjelang memasuki Kota PEKALONGAN menuju rumah Pak Darmo aku merasakan sakitku
tak bisa tertahan lagi. Aku mencoba menguatkan diri supaya tidak membuat
suamiku panik hingga tepat jam 5 sore mobilku memasuki halaman rumah Pak Darmo
yang dengan penuh kehangatan menyambut kami. (
http://ceritapanaslelaki.blogspot.com/ )
Ketika
Pak Darmo tahu aku sakit, dia panggil embok-embok di kampungnya yang biasa
mijit dan kerokan, kebiasaan orang Jawa kalau sakit badannya di kerok dengan
mata uang logam untuk mengeluarkan anginnya.
Ketika
sakitku tidak berkurang juga akhirnya suamiku memanggil DOKTER yang tidak jauh
dari rumah Pak Darmo. Aku dikasih obat dan disuruh banyak istirahat dan tidur.
Sebelum minum obat suamiku menyuruh aku makan dulu barang sedikit. Dan seusai
aku minum obat, aku langsung diserang KANTUK yang luar biasa. Rupanya dokter
telah memberikan OBAT TIDUR padaku. Aku langsung tertidur pulas.
(-----
JEDA ------)
Sekitar
tengah malam, aku tidak begitu pasti, aku terbangun oleh SUARA BERISIK amben
bambu dibarengi suara rintihan dan desahan halus dari sebelah dinding kamarku.
Kantukku masih sangat memberati mataku. Aku meraba-raba suamiku tetapi tak
kutemukan, mungkin dia sedang turun kencing.
Di
rumah Pak Darmo kamar-kamar tidurnya tidak dilengkapi lampu. Cahaya dalam kamar
cukup didapat dari imbas lampu di ruang tamu yang sekaligus ruang keluarga yang
tembus ke dinding bambu yang banyak celah lubangnya itu. Suara amben yang terus
mengganggu kupingku memaksa aku MENGINTIP ke celah dinding. ….DEGGHH..!!.
Apa
yang kemudian aku lihat langsung memukul diriku.
Aku
terpana dan limbung.
Kepalaku
yang pusing karena sakitku langsung kambuh.
Aku
kembali terkapar dengan jantungku yang berdegup cepat dan keras.
Didalam
kamar yang remang remang itu kulihat DUA tubuh manusia yang sedang BERGUMUL dan
berpelukan dalam keadaan TELANJANG bulat, tapi...., tapi.... yang membuatku
amat terkejut karena dua manusia yang sedang memacu birahi itu ternyata PAK
DARMO dan ooooh!, bersama, SUAMIKU Bang RENDY...!.
Pak
Darmo terlihat MENINDIH tubuh telanjang Bang Rendy yang terletang tak berdaya
dengan kedua kaki yang terangkar lebar dan oooooh, tepat ditengah SELANGKANGAN
Bang Rendy tertancap batang KONTOL Pak Darmo yang AMBLAS jauh kedalam lubang
dubur Bang Rendy yang digempurkan keluar masuk dengan bengis sampai Bang Rendy
merintih rintih dengan tubuh yang menggelepar.
Benarkah
Bang Rendy suamiku sedang DISETUBUHI oleh Pak Darmo yang sama sama berjenis
kelamin lelaki?.
Benarkah
Pak Darmo yang selalu baik padaku telah tega menggauli suamiku yang selama ini
kuhormati?.
Apakah
Bang Rendy dan Pak Darmo pasangan HOMOSEKS yang sering kudengar?.
Ataukah
perbuatan ini sudah berlangsung sejak Bang Rendy REMAJA karena Pak Darmo telah
menjebak ’kamu’ kedalam percintaan sejenis dan ’kamu’ tak mampu menolaknya?
Ah,
sejuta pertanyaan yang aku nggak mampu menjawabnya karena semakin menambah
pusing kepalaku.
Sementara
suara berisik amben itu semakin tak terkendali. Dan RINTIHAN Bang Rendy serta
DESAHAN berat Pak Darmo semakin jelas di kupingku. Aku tak mampu bangun karena
OBAT yang aku minum membuat aku limbung. Aku hanya bisa kembali ngintip dari
celah dinding itu.
Kulihat
Pak Darmo sedang mengayun-ayun KONTOLNYA yang lumayan gede ke lubang lubang
DUBUR suamiku sambil mencium Bang Rendy penuh nafsu. Sementara Bang Rendy
memegangi dan meremas rambut Pak Darmo untuk memastikan bibir-bibir mereka bisa
tetap saling berpagut dan melumat.
Suara
kecupan saat bibir yang satu terlepas dari bibir yang lain kudengar terus
beruntun lalu bibir Bang Rendy terlihat membuka menerima AIR LIUR yang
diludahkan Pak Darmo kedalam mulut Bang Rendy. Sementara ayunan kontol Pak
Darmo yang semakin menghunjam-hunjam lubang anus suamiku semakin membuat
ambennya menjadi lebih berisik lagi.
"Pak
Darmo, Paaaak.., enaakk Paaaak.... teruss Paaaak.... oocchh.. hhmmm.. Pak
Darmo..", duh, rintihan Bang Rendy yang sedemikian menikmati derita
birahinya membuatku kepalaku semakin terpukul-pukul.
Darah
yang naik ke kepalaku semakin membuatku pusing yang sedemikian hebatnya.
Oooh!,
ini bukan sekedar penyimpangan!.
Bang
Rendy yang sehari hari bersikap sebagai seorang suami yang gagah, sebagai laki
laki jantan yang perkasa ditempat tidur, tapi malam itu, SUAMIKU merintih dan
mengerang bagai seorang pelacur jalang yang haus kejantanan sesama lelaki.
Dan
desahan Pak Darmo sendiri nggak kalah hebatnya. Sebagai lelaki sehat, apalagi
telah men-DUDA lebih dari 2 tahun tentu kandungan libidonya sangat menumpuk.
Bukan tidak mungkin dialah yang memulai dan melemparkan bujuk rayu pada suamiku
sementara dia tahu aku nggak akan mudah terbangun karena OBAT TIDURKU ini.
Kembali
aku ngintip ke dinding.
Kulihat
dada suamiku yang bidang dengan pentilnya yang berwarna kecoklatan mengeras.
Itu pasti ulah Pak Darmo yang melumat-lumat, menyedoti dan menggititi pentilnya
hingga kuyup oleh ludahnya. Kulihat bagaimana ketiak suamiku yang terbuka dan
berbulu saat memegangi kepala dan meremasi rambut Pak Darmo. Pasti lidah dan
air ludah Pak Darmo juga sudah melumati dan menjilati hingga basah kuyup pada
ketiak Bang Rendy yang sangat sensual itu.
Kembali
aku ambruk ke ambenku.
Rasa
nyut-nyut di kepalaku sangat menyakitkan. Tanganku berusaha memijit-mijt untuk
mengurangi rasa sakitnya. Tetapi setiap kali aku tergoda untuk kembali ngintip
di lubang dinding.
Kulihat
kontol Pak Darmo serasa semakin sesak menembusi lubang anus Bang Rendy. Dia
tarik keluar pelan dengan dibarengi desahan beratnya dan rintihan Bang Rendy,
kemudian mendorongnya masuk kembali dengan desahan dan rintihan mereka lagi.
Dia lakukan itu berulang-ulang dan desahan serta rintihannya juga terdengar
mengulang-ulang.
Kemudian
kulihat tusukan kontol Pak Darmo makin dipercepat. Mungkin kegatalannya pada
kelamin-kelamin mereka makin menjadi-jadi. Pak Darmo tidak lagi melumati bibir
Bang Rendy. Dia turun dari amben dan mengangkat kedua kaki suamiku keatas
sampai terbuka lebar. Dengan cara itu Pak Darmo bisa lebih dalam menghunjamkan
kontolnya ke lubang dubur suamiku Bang Rendy.
Dan
akibatnya kenikmatan yang tak terperi melanda suamiku sampai. kepalanya yang
rambutnya telah acak-acakan terus bergoyang ke kanan dan ke kiri menahan siksa
nikmat yang terperi. Racauan terus keluar dari mulutnya.
Mereka
sudah sangat lupa diri.
Mereka
sudah tidak lagi memperhitungkan aku yang istrinya atau keponakannya yang kini
berada di sebelah dinding dan tengah tergeletak sakit hampir mati.
Aku
sungguh sungguh bingung, bagaimana suamiku yang begitu gagah dan jantan diatas
ranjang ternyata jadi begitu tak berdaya diperlakukan seperti perempuan dan
disetubuhi bagai seekor hewan oleh Pak Darmo. Dan yang FATAL, justru suamiku
terlihat begitu menikmati setiak gempuran batang kontol Pak Darmo sampai dia
merintih rintih kenikmatan.
Kenikmatan
NAFSU BIRAHI telah menghempaskan mereka ke sifat kebinatangan yang tak mengenal
lagi ada rasa iba, martabat, hormat dan menghargai norma-norma hidup sebagaimana
mestinya. Mereka sudah hangus terbakar dan berubah sifatnya menjadi gumpalan
nafsu setan gentayangan.
Aku
terbatuk-batuk dan mual.
Pusing
kepalaku langsung menghebat.
Dengan
suara yang sengaja kukeraskan aku mengeluarkan dahakku yang kemudian disusul
dengan muntah-muntah. Aku berharap dengan tindakakanku itu segalanya menjadi
berhenti. Kukira mereka pasti akan bergegas menolong aku. Tetapi suara amben
itu justru makin cepat dan kencang. Sehingga kini ada dua sumber berisik di
dalam rumah Pak Darmo ini. Suaraku yang orang sakit dan memerlukan pertolongan
di kamar sebelah sini dan suara yang berkejar-kejaran dengan nafsu setan di
kamar di sebelah sana.
Aku
tahu mereka dalam keadaan tanggung. Puncak nikmat sudah dekat dan nafsu birahi
untuk memuntahkan segalanya sudah di ubun-ubun. Mereka pasti berpikir, biarkan
saja aku menunggu. Dan ketika saat puncak mereka akhirnya hadir suara-suara di
rumah ini benar-benar gaduh.
Aku
yang muntah-muntah tanpa henti dengan suaraku seperi babi yang disembelih bercampur
dengan suara suamiku berteriak histeris saat dia memancarkan air maninya dan
meledak dalam klimaks kepuasan seks yang dia terima dari Pak Darmo. Untuk
sesaat suara amben masih terdengar berisik untuk kemudian reda dan sunyi.
Kegilaan
yang edan itu membuat aku pusing setengah mati dan aku disini kembali
mengeluarkan suara dari batukku disertai dengan rasa mau muntah yang keluar
dari tenggorokanku.
(-----
JEDA ------)
Setelah
beberapa lama, akhirnya suamiku MUNCUL di pintu.
Dipegangnya
kepalaku:
“Ah,
kok makin panas Yuli, obatnya diminum lagi ya” katanya.
Kemudian
dengan kuat tangannya meringkus aku dan memaksakan obat cair masuk ke mulutku.
Aku terlampau lemah untuk menolaknya. Saat jari-jarinya memencet hidungku
kesulitan nafasku memaksa aku menelan seluruh obat yang telah berada dalam
rongga mulutku. Kemudian disuruhnya aku minum air hangat dan Bang Rendypun
kembali keluar kamar..
Sesaat
aku masih sempat mengintip saat suamiku Bang Rendy mendekati Pak Darmo lagi,
berbaring MANJA diatas dada Pak Darmo sambil menyusupkan wajahnya kedalam
ketiak Pak Darmo dan menjilati keringat disitu.
Mendadak
Pak Darmo duduk lalu menjambak rambut sambil mendorong kepala Bang Rendy ke
tengah selangkangannya lalu dan WAAAHH!, Pak Darmo memaksa suamiku untuk MENGULUM
batang kontol Pak Darmo yang masih basah berlepotan lendir air mani dan cairan
dubur Bang Rendy padahal benda itu barusan dipakai untuk mengaduk ngaduk
saluran anus Bang Rendy.
Tubuhku
makin limbung karena pemandangan yang kulihat dan pengaruh obat yang kuminum
sehingga tanpa terasa aku sudah kembali jatuh tertidur pulas. Dan aku nggak
punya ALIBI sedikitpun atas apa yang selanjutnya terjadi di rumah ini hingga 6
jam kemudian saat aku terbangun.
(-----
JEDA ------)
Jam
9 pagi esoknya aku terbangun lemah.
Pertama-tama
yang kulihat adalah dinding dimana aku mengintai selingkuh suamiku dengan Pak
Darmo. Aku marah pada dinding itu. Kenapa begitu banyak lubangnya sehingga aku
bisa mengintip. Dan aku juga marah pada diriku kenapa aku yang sakit ini masih
pengin mengintip ke dinding itu dan menyaksikan suamiku menanggung nikmat saat
kontol Pak Darmo menggojlok lubang duburnya.
Tapi
saat aku ingin teriak karena marah besar, suamiku dia muncul di pintu.
Pandangan matanya aku rasakan sangat lembut. Dia mendekat dan duduk di ambenku.
Dia ganti kompres di kepalaku dengan elusan tangannya yang lembut sambil
berkata,
"Yuli
(begitu dia memanggilku) semalaman kamu mengigau terus. Panas badanmu tinggi.
Aku jadi takut dan khawatir. Pak Darmo bilang supaya aku ambil air dan kain
untuk mengompres kepala Yuli".
Saat
mendengar mulutnya menyebut Pak Darmo yang aku ingat betul nada suara dan
pengucapannya persis sebagaimana aku dengar saat dia meracau penuh nikmat tadi
malam, seketika darahku mendidih dan tanganku mau mencekal kemejanya dan ingin
membantingnya ke tanah.
Tetapi
senyum teduhnya kembali hadir di bibirnya,
"Hah,
apa lagi Yuli, apa lagi yang dirasakan, sayang", ucapnya lembut tanpa
prasangka dengan mukanya yang nampak tetap suci bersih.
Langsung
didih darahku surut. Aku tak mampu melawan kelembutan dan senyumnya itu.
Kutanyakan padanya di mana Pak Darmo sekarang. Dia bilang Pak Darmo ke sawah.
Hari ini giliran dia untuk membuka pematang agar air mengalir kesawahnya.
Dia
juga bilang agar aku banyak istirahat saja dulu. Dia sudah menelpon orang tua
di Semarang dari kantor telepon, mengabarkan bahwa aku sakit dan akan istirahat
dulu di Pekalongan. Kemudian dia beranjak dan kembali dengan sepiring bubur
sum-sum, aku disuapinya.
Aku
jadi berpikir apa yang sesungguhnya terjadi tadi malam?.
Apakah
panas badanku yang sedemikian rupa telah membawaku ke alam mimpi sampai aku
mengigau sepanjang malam sebagaimana kata suamiku, ataukah penyimpangan seksual
antara Pak Darmo dengan suamiku itu memang benar-benar sebuah kenyataan?,
Kembali kepalaku berputar-putar rasanya. Suamiku kembali men'cekok'i aku dengan
obatnya. Dan aku kembali tertidur.
Sebelum
aku lelap benar, Bang Rendy dengan penuh kasih memeluk aku, mengelusi kepalaku
sambil mendekatkan kedadanya.
Pada
saat itu aku merasakan semburat aroma yang lembut menerjang ke hidungku. Aroma
itu aku yakini adalah aroma ludah dan keringat orang lain yang telah mengering
pada dada dan bagian tubuh suamiku yang lain, juga aroma lendir air mani yang
berbau khas sperma pada wajah Bang Rendy . Tetapi obat tidurku tak memberi
kesempatan padaku untuk melek lebih lama. Aku kembali pulas tertidur.
Sampai
pertengahan tahun 2009, 6 bulan sesudah pulang mudikku itu, aku tetap tidak
tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Dan aku tidak mempunyai alibi apapun untuk
mempertanyakan keinginan tahuku pada suamiku. Aku berusaha melupakan peristiwa
itu dan mengganggap itu sebagai halusinasi atau bayangan tak-nyata karena waktu
itu aku sedang sakit.
(-----
JEDA -----)
AGUSTUS
- TAHUN 2009
Kebimbangan
itu untunglah teralihkan karena satu bulan yang lalu ada RIZAL, adik kandungku
yang berumur 22 TAHUN datang ke Jakarta karena dia baru saja lulus dari sebuah
akademi komputer dan diterima bekerja disebuah perusahaan swasta sehingga untuk
sementara Rizal numpang tinggal dirumahku sampai menemukan tempat kost yang
dekat dengan kantornya.
Walau
baru setahun tidak ketemu Rizal tapi aku bangga juga melihat tubuhnya yang
semakin tinggi dan ALTLETIS ditunjang dengan wajahnya yang GANTENG. Tak heran
waktu kuliah di Jogjapun Rizal sering jadi pujaan para gadis yang bertekuk
lutut ingin menjadi pacar Rizal.
Bang
RENDY, suamiku tidak keberatan Rizal menumpang dirumah, justru aku senang
karena lama lama kulihat mereka berdua semakin AKRAB. Kalau hari minggu Rizal
mau menemani suamiku pergi mancing BERDUA, atau pergi berenang dan kadang2
membantu membetulkan mobil di garasi.
Dan
hobi merekapun SAMA nonton sepak bola, sehingga mereka selalu nonton bersama
kalau ada kejuaraan sepak bola dari luar negeri yang ditayangkan di TV. Tapi
karena TAKUT MENGGANGGUKU, mereka sering nonton di paviliun samping, kamar
tidur tamu yang sekarang ditempati Rizal. Dari situ sering kudengar celoteh dan
teriakan seru mereka yang menjagokan juaranya masing masing
Aku
TIDAK MAU melibatkan atau CURHAT pada adikku tentang kecurigaanku pada Suamiku
dan Pak Darmo. Aku sadar adikku yang baru berumur 22 TAHUN masih terlampau muda
untuk kalau aku sampai curhat dan mengadukan masalah orang orang dewasa.
Biarlah
dia mengira seolah olah aku tidak punya beban apa apa.
Kadang
kadang aku masih dipenuhi tanda tanya apa yang sebenarnya terjadi di PEKALONGAN
pada malam itu antara BANG RENDY dengan PAK DARMO setahun yang lalu. Aku tidak
bisa melupakannya tapi melihat sikap Bang Rendy yang wajar wajar saja dan
selalu baik terhadapku (juga kejantanan dia diatas ranjang), maka aku berusaha
mati matian untuk menepiskan pikiran buruk itu dan mengganggap peristiwa itu
cuma HALUSINASI dan bayangan tidak nyata akibat diriku yang sedang terserang
sakit.
(-----
JEDA ------)
Tapi
suatu hari, aku merasa sakit yang HAMPIR SERUPA seperti waktu pulang mudik ke
Semarang tahun lalu, badanku meriang panas, kepalaku pusing luar biasa.
Tenggorokan aku terasa terbakar sampai aku tak mampu mengeluarkan suara atau
bicara, sehingga setelah minum obat yang diberikan Bang Rendy, aku langsung
jatuh TERTIDUR pulas.
Rasanya
aku baru tertidur sebentar saja.
Ketika
aku terbangun tiba-tiba. Kulihat jam dinding di kamarku, masih pukul jam dua
dini hari. Aku heran karena malam begini Bang Rendy TIDAK ADA di kasur padahal
tadi malam dia tidur bersamaku.
Apakah
dia nonton sepakbola di TV yang memang ada tayangan langsung jam 2 subuh?..
Aku
merasa badanku MERIANG, tapi aku sangat kehausan dan butuh minum sehingga
dengan memaksakan diri aku berusaha bangun untuk mengambil air minum. Aku
meninggalkan kamarku tereok seok dan menuju ruang keluarga, tempat kami
biasanya nonton televisi. Tapi disana tidak ada suamiku maupun Rizal.
O,
iya aku ingat. Tadi Bang Rendy ngajak Rizal nonton di kamar tamu yang terletak
di paviliun samping rumah dan sekarang ditempati Rizal, Kata suamiku kalau
nonton dikamar Rizal tidak akan ribut dan menggangguku, sehabis nonton Suamiku
bisa sekalian nompang tidur disitu supaya tidak mengganggu istirahatku katanya.
Di
paviliun samping yang ditempati Rizal itu memang ada televisi. Sama besarnya
dengan televisi di ruang keluarga ini. Kalo gak salah ukurannya 29 inci. Disitu
juga ada DVD player. Aku tahu Bang Rendy dan Rizal memang sama sama suka nonton
DVD malam-malam.
Kalau
aku tiba-tiba masuk ke pavilion samping, Bang Rendy sering langsung matiin DVD
itu pake remote control. Aku gak ngerti kenapa suamiku suka begitu. Emang
nonton apaan sih berdua? Sampe aku gak boleh ikutan lihat.
Aku
berjalan tertatih tatih menuju paviliun samping Rizal. Aku MENGINTIP dari
jendela. Aku kok tidak mendengar suara riuh pertandingan sepak bola?. Tapi kok
seperti SUARA-SUARA orang kayak kesakitan dari dalam kamar tidur.
Merintih-rintih. Ada apa sih?
Bagian-2
Aku
berjalan tertatih tatih menuju paviliun samping Rizal. Aku MENGINTIP dari
jendela. Aku kok tidak mendengar suara riuh pertandingan sepak bola?. Tapi kok
seperti SUARA-SUARA orang kayak kesakitan dari dalam kamar tidur.
Merintih-rintih. Ada apa sih?
Tapi
rasa pusing membuat kepalaku seperti berputar putar, lidahku kelu dan aku tak
bisa mengeluarkan suara dari tenggorokanku, sehingga aku buru2 bersandar ke
jendela untuk meredakan rasa pusing itu.
Sambil
bersandar ke jendela, aku kembali MENGINTIP kedalam kamar Rizal yang terlihat
remang-remang. Sumber cahaya hanya berasal dari televisi yang menyala. Suara
televisi yang sama sekali tidak memperdengarkan suara pertandingan bola, tapi
justru suara rintihan-rintihan yang tadi kudengar.
Selain
suara rintihan dari televisi, ternyata suara rintihan itu juga berasal dari
atas tempat tidur. Aku segera melayangkan pandanganku kesana. Dan waktu aku
melihat ke atas tempat tidur, DEGGHH..!, aku terkesima!.
Memang
saat itu kepalaku masih pusing akibat rasa sakit yang kuderita dan pengaruh
obat yang kuminum sehingga mataku masih agak kabur dan pikiranku seperti
setengah sadar, tapi aku yakin apa yang kulihat itu bukan hal yang biasa.
Mataku
menatap lurus ke atas ranjang.
Tatapan
bingung dan terkejut luar biasa!.
WADUUUHH!,
Bang Rendy dan Rizal ternyata berduaan sama sama dalam keadaan TELANJANG.
Sedang
ngapain mereka?
Kok
telanjang bulat gitu sih?
Lho,
lho, Bang Rendy dan Rizal kok saling isep-isepan alat kelamin kayak gitu sih?
Uuh amat menjijikan!. Kepalaku berputar putar tak karuan, dan aku ingin
menjerit sekuat tenaga, tapi tak ada suara yang keluar dari tenggorokkanku.
RIZAL
telentang di atas ranjang dalam keadaan telanjang bulat dengan mata terpejam.
BANG RENDY menungging diatasnya bertumpu dengan kaki dan tangan suamiku yang
berotot.
Wajah
suamiku tenggelam di selangkangan Rizal dan mulutnya asik ngisepin kontol Rizal
yang keras dan besar. Bang Rendy begitu bernafsu NGISEP alat kelamin Rizal
kayak ngisep es krim aja. Kok bisa sih? Aku bingung setengah mati!.
Waktu
Rizal masih SMU, aku memang pernah gak sengaja lihat ALAT KELAMIN Rizal. Bulu
bulu rambutnya lebat dan kriting. Dan pada waktu itu aku sadar bahwa adikku
memang punya alat kelamin yang berukuran amat BESAAAR dan PANJAAAANG, jauh
lebih besar dari ukuran alat kelamin Bang Rendy. Tapi rasanya alat kelamin
Rizal kok seperti semakin besar. Amat sangat gede banget. Kayaknya hampir segede
terong ungu yang sering dimasak si Mbok.
Sambil
isep-isepan kemaluan, Bang Rendy juga ngomong-ngomong dengan Rizal. Suara
mereka mendesah-desah gitu.
“Enak
Rizal..?? ahhhssshhh..,”
“Enak
Bang enak bangethh.. sshhh...., ahhh..... hhhmmm..,” terdengar suara Rizal.
“Rizal
kontol kamu gede banget yah. Mulut Bang gak muat nihh.. sshhh... mmmpphh...,”
kata suamiku sambil terus sibuk mengulum-ngulum kontol Rizal.
“Masak
gak muat sihh.... coba deh.. Rizal masukin lagi nihh...sshhh..,” sahut Rizal
sambil mendorong pantatnya lagi.
Kontol
Rizal langsung melesak makin masuk sampai dalam ke mulut suamiku. Rambut kontol
Rizal sampe lengket ke bibir tipis suamiku. Mulut suamiku sampe membulat lebar
gitu. Aneh liatnya.
“Tuh,
muat kan,” kata Rizal.
Lama
juga Rizal neken pantatnya kayak gitu. Bang Rendy kulihat kepayahan memuluti
kontol Rizal yang besar dan panjang itu. Tubuhnya GELAGAPAN pertanda dia megap
megap kehabisan nafas karena kerongkongannya tersumbat oleh kontol raksasa
Rizal.
Rizal
kudengar merintih-rintih.
“Ohhhh...
ohhhh.... enak banget Bang Rendyyyy.. ohhh... ssshhhh..........,” katanya
sambil menekan-nekan pantatnya kearah kepala suamiku berkali-kali.
Waktu
Rizal mencopot kontolnya dari mulut Bang Rendy, Suamiku itu protes. “Rizal
jahat deh. Kontol Rizal sampe nembus kerongkongan Abang tuh. Abang sampe gak
bisa napas,” kata suamiku.
Kemaluan
Rizal kulihat mengkilap. Basah kuyup dengan cairan bening tapi agak kental.
Kayaknya itu ludah suamiku.
“Rasain.
Itu hukuman buat KAKAK IPAR yang DOYAN kontol cowok,” kata Rizal sambil
tersenyum.
Suamiku
nyengir dan menjawab:
“Aku
emang udah tergila gila sama kontol kamu dari dulu Rizal, pengen kontol kamu
dari duluuu ”
Mendengar
dan melihat itu semua, aku terpana dan limbung. Kepalaku yang pusing karena
sakit langsung kambuh. Aku kembali terkapar dengan jantungku yang berdegup
cepat dan keras tapi aku masih bisa mendengar suara suara mereka.
Tak
kuduga, suamiku ternyata bercinta dengan adikku sendiri!.
Jadi
baru di Jakarta ini mereka pertama kali melakukan itu?. Pantas saja suamiku
terlihat lengket pada Rizal karena ternyata dia ada maunya sama adiku.
Adikku
memang TAMPAN dan gagah lagipula punya KONTOL berukuran raksasa yang didambakan
para gadis, tak heran suamikupun jadi begitu tergila gila pada kejantanan
Rizal.
Rasa
nyut-nyut di kepalaku kembali menderaku sangat menyakitkan. Tanganku berusaha
memijit-mijt untuk mengurangi rasa sakitnya.
Heran!,
aku bukannya mendobrak pintu dan marah marah, tapi aku seperti tak berdaya
membiarkan perbuatan mereka dan bahkan setiap kali aku tergoda untuk kembali
ngintip.
Kulihat
suamiku naik keatas menindih Rizal. Tubuh Bang Rendy menindih tubuh Rizal yang
juga atletis itu. Bibir suamiku lalu menyentuh bibir Rizal.
Kemudian
mereka berciuman. Penuh nafsu!. saling balas-balasan ciuman. Sampai lengket
kayak di lem begitu.
Kok
mereka gak ada rasa jijik sama sekali sih? Masa sama sama lelaki saling
berciuman seperti itu?. Mulut mereka kan tadi dipake buat ngisep dan jilat
kontol mereka. Sekarang dipake cium-ciuman. Lagian ciumannya kok buas banget
gitu ya.
Tiba
tiba ingatanku kembali pada kejadian di Pekalongan sewaktu aku menyaksikan
suamiku disodomi oleh Pamanku Pak Darmo.
Tapi
sejak kapan Bang Rendy dan Rizal mulai melakukan perbuatan homoseks seperti
itu?.
Harus
kuakui, Rizal adalah seorang pemuda yang amat GANTENG sehingga banyak gadis
yang tergila gila oleh ketampanan Rizal, Apakah itu yang membuat suamiku
sekarang terlihat begitu tergila gila pada Rizal?, Apakah mereka sudah biasa
melakukan itu sejak aku masih tungangan Bang Rendy sering menginap di kamar
Rizal dulu?.
(-----
JEDA ------)
Ketika
aku melihat lagi kedalam kamar, kulihat posisi tubuh mereka sudah berobah.
Suamiku berbaring terlentang dengan kedua kaki terbuka lebar karena ditahan
oleh sepasang paha Rizal yang kukuh.
Kulihat
Rizal melumuri tangannya dengan cairan baby oil. Kemudian tangan yang
berlumuran baby oil itu disapukannya ke kemaluan dia sendiri yang ngaceng
keras.
“Kok
bisa makin gede giini sih Rizal?. Kalo sama cewek, pasti keenakan banget ya
kalo dientot Rizal?” kata suamiku sambil mengusap-usap kemaluan Rizal dengan
tangannya. Ikut melumuri baby oil itu ke batang kontol Rizal.
“Entar
kan Bang bisa rasain lagi gimana enaknya,” jawab Rizal tersenyum. Tangannya
kirinya membelai rambut suamiku yang lurus pendek sambil membuka selangkangan
suamiku.
Bang
Rendy mengikuti apa yang Rizal lakukan. Ia berbaring di atas ranjang dan
mengangkangkan pahanya yang kokoh lebar-lebar dibantu kedua tangannya. Kemudian
Rizal melumuri jarinya dengan baby oil. Jari yang berlumuran dengan baby oil
itu kemudian diselipkannya ke lobang pantat Bang Rendy, suamiku.
Setelah
dirasa cukup, Rizal meletakkan botol baby oil itu kembali ke atas meja.
Kemudian ia kembali mendekat ke arah suamiku. Rizal kulihat tersenyum-senyum.
“Rizal
pelan-pelan ya. Ukuran kontol kamu terlalu gede Rizal,” suara suamiku
“Santai
aja. Rizal akan buat Abang melayang-layang deh,” kata Rizal.
Kemudian
Rizal memegang paha suamiku. Menariknya hingga posisi suamiku tepat di tepi
ranjang. Paha suamiku lalu disuruhnya mengangkang lebar. Rizal mendekatkan
selangkangannya ke selangkangan suamiku. Karena terlalu tinggi, Rizal terpaksa
harus menekukkan kakinya sedikit, agar selangkangannya tepat di depan buah
pantat suamiku.
Aku
terus mengawasi apa yang mereka lakukan. Bingung.
Kok
mereka bisa begitu sih? Pikirku. Apa bisa juga laki laki dengan laki laki?
Kegilaan
yang edan itu membuat aku pusing setengah mati dan aku disini kembali
mengeluarkan suara dari batukku disertai dengan rasa mau muntah yang keluar
dari tenggorokanku.
“Pelan-pelan
ya Rizal,” kata Bang Rendy.
Rizal
lalu pelan-pelan memasukkan kontolnya ke dalam lobang pantat suamiku. Gila! Apa
bisa masuk ke lobang pantat sesempit itu? pantat Rizal bergerak maju.
“Akh...
akhhhh.... sakithh.. sshhh...,” erang suamiku.
“Sabar
ya Bang. sabar duluhh.. sshhhh.... sempit banget Bang. Jauh lebih sempit dari
memek cewek” kata Rizal.
Rizal
terus memasukkan kontolnya yang besar itu ke dalam lobang pantat Bang Rendy.
Sedikit demi sedikit.
“Tahan
nafas Bang... tahan nafas.. erghhh.......,”
“Ohhhhh....aakhhh.....
akhhh.......,” suamiku terus mengerang kesakitan.
Dan
akhirnya kontol Rizal memang bisa masuk seluruhnya. Benar-benar gila.
“Gila
Rizal!. Kok bisa ya?,” kata suamiku sambil melihat lobang pantatnya sendiri
yang sudah terisi kontol Rizal. Dia juga terlihat tak percaya.
“Gimana
rasanya Bang?” tanya Rizal.
“Penuh
Rizal!. Lobang duburku rasanya penuh banget,”
Rizal
mulai menggerakkan pantatnya perlahan. Bang Rendy terlihat kesakitan.
“Ohhh...
sakit Rizal, sakithh sshhh....,”
“Rizal
ohhh... Rizal.... sakithhssshhh... shhh.... shh...... pelan Rizal,”
Rizal
tetap tak peduli. Dia bergoyang terus. Semakin cepat malah. Dada bidang suamiku
dilumatnya dengan buas. Tangannya meremas buah pantat suamiku kuat-kuat.
Mencengkeram.
“Ohhhh...
ohhh... ohhh... ohhh.... yahhh... yahhh... yahhh... enak bangethsshhhhh...
ahh... ahh... Baaanngg.. luar biasahh.,... sshh... ohhh..,” racau Rizal.
Kulihat tubuhnya mulai keringatan. Apalagi Bang Rendy.
“Duhhh...
hehhhhhhhgghhhh... sshhakithh... ssjhhhhh.... ahhh... ahhh....,”
“Hohh...
hohh... hohh... hohh... hohh... hohh... hohh...yahhhh.. yahh..,”
Aku
benar-benar bingung. Tak mengerti dengan apa yang terjadi. Tubuhku menggigil
karena penghianatan yang mereka lakulan.
Aku
tak bisa menerima kenyataan bahwa suamiku begitu pasrah mau diperlakukan
seperti perempuan oleh Rizal!.
Dulu
sudah kulihat suamiku disetubuhi oleh Pamanku dan sekarang suamiku menyerah
lagi disetubuhi oleh adikku sendiri!. Yang dilakukan oleh Rizal dan Bang Rendy
ini apa? Pikirku.
Ajaib!,
sungguh aneh!, walau aku sangat kecewa, marah dan sedih melihat 2 orang laki
laki yang KUSAYANGI sedang bergumul berdua, tapi aku tetap tidak punya
keberanian menghentikan perbuatan mereka. Aku diam tanpa suara, tanpa gerak
melihat kedua lelaki itu melakukan percintaan sejenis yang sangat ganjil itu.
Pemandangan
yang kulihat kali ini sangat berbeda dengan yang biasa.
Di
atas ranjang dengan tubuh telanjang bulat Rizal bersimpuh. Pantatnya bergerak
cepat maju mundur. Rizal kelihatan sangat bernafsu. Tangannya tak berhenti
meremas-remas pantat yang sedang di entotnya itu. Didepannya menungging dengan
tangan lurus ke tempat tidur seorang laki-laki. Rizal begitu asik melakukan
SODOMI pada suamiku!
Aku
hampir tak mempercayai apa yang kulihat. Bang Rendy, laki-laki bertubuh gagah
dan cukup berotot itu terlihat sangat kesakitan saat dibool oleh Rizal.
Tubuhnya yang putih mulus terlihat menegang dan memerah. Matanya terpejam-pejam
dengan mulut menganga menahan erangan. Dibelakangnya Rizal asik
menyodok-nyodokkan kontolnya yang besar diantara paha sang suamiku yang
merenggang. Buah pantatnya terlihat memerah oleh remasan dan tepukan paha Rizal
yang kokoh.
“Ohhhh….
Ohhhhh…. Benar-benar sempithhh…. Sempithhhsshhhh ssshhekalihhh….. jauh lebih sempithhh
dari memekhhhh… ohhhh…,” racau Rizal keenakan.
Sementara
Bang Rendy itu terus menahan sakit. Wajahnya yang ganteng terlihat sangat
kepayahan. Dari tempatnya berdiri Aku bisa melihat kontol suamiku yang lemas
menggantung bersama dengan dua buah pelirnya di selengkangannya
bergoncang-goncang cepat akibat genjotan Rizal.
Aku
tak menyangka Rizal bisa juga memperoleh kenikmatan dengan membool lobang
pantat suamiku itu.
Aku
melihat Rizal sangat berbeda dengan biasanya waktu itu. Rizal yang selama ini
terlihat baik dan penurut, sekarang ini itu kulihat jadi sangat BUAS. Ia tak
peduli dengan suamiku yang sangat kesakitan. Pantat Rizal terus saja bergoyang.
Malah semakin cepat dan menghentak-hentak.
Tapi
anehnya meskipun suamiku berkali-kali bilang SAKIT, dia tak berusaha melepaskan
diri dari Rizal. Malah ketika Rizal mencium bibirnya, suamiku itu membalas
ciuman Rizal dengan penuh semangat. Mereka berciuman sampe lengket seperti yang
tadi kulihat.
Aku
sungguh sungguh bingung, bagaimana suamiku seorang laki laki berumur 30 tahun
yang begitu gagah dan jantan diatas ranjang ternyata jadi begitu tak berdaya
diperlakukan seperti perempuan dan disetubuhi bagai seekor hewan oleh Rizal,
sesama lelaki yang baru berumur 22 tahun?.
Malah
kemudian dia memegang pantat Rizal, ikut menggoyang-goyang pantat Rizal agar
bergerak semakin cepat dan keras. Tapi itulah, mulutnya tetap saja bilang sakit
dan sakit. Aku bener-bener gak ngerti lihat suamiku itu. kesakitan, tapi
membiarkan saja Rizal memberikan rasa sakit itu padanya.
Aku
benar-benar bingung. Kok bisa gitu sih?
Lama
banget mereka gituan terus. Hampir satu jam deh. Kakiku udah kesemutan.
Waktu
itu Bang Rendy telungkup diatas ranjang. Pantatnya sedikit menungging keatas
karena disumpal bantal dibawah pinggangnya. Rizal menindihnya dan tetap
menggerakkan pantatnya naik turun dengan cepat. Kontol Rizal keluar masuk
lobang pantat suamiku itu. aku berdiri disamping tempat tidur.
Kayaknya
saking keasikannya menggoyang pantatnya sambil mulutnya menciumi dada bidang
suamiku yang keringatan, Rizal tak sadar akan kehadiranku diluar jendela.
Suamiku juga tak tahu. Karena dia memejamkan matanya sambil merintih-rintih.
“Baaangg....Baaang..
Bang mau sampai Baaangg...,” kata Rizal. Pantatnya bergerak semakin cepat.
“Ohhhhh…
nikmatnyahhh…. Lobang pantatmu luar biasa Bang Rendy…. Sangat menjepit
kontolkuhh…,” desah Rizal sembari menciumi dada suamiku yang bidang.
Kenikmatan
nafsu birahi telah menjungkalkan mereka berdua ke sifat kebinatangan yang tak
kenal lagi ada rasa harga diri, martabat, hormat dan menghargai norma-norma
hidup sebagaimana mestinya. Mereka sudah terbakar oleh gairah dan berubah
sifatnya menjadi gumpalan nafsu setan gentayangan.
Aku
mual. Pusing kepalaku langsung menghebat.
Kulihat
suamiku menjambakkan tangannya pada rambut Rizal, bak kuda betina yang lepas
dari kandangnya suamiku memacu seluruh saraf-saraf pekanya. Kedua kakinya dia
jejakkan keras-keras pada kasur hingga pantatnya terangkat tinggi untuk menelan
seluruh batang kontol Rizal dan datanglah dewa nikmat merangkum seluruh otot,
daging dan tulang belulang suamiku.
Mendadak
air mani yang kental muncrat dari kemaluan suamiku melebihi derasnya air banjir
sampai membasahi perut dan dadanya
Ooooooohhhh…...
Terus
muncrat-muncrat yang diikuti dengan pantatnya yang terus naik-naik menjemputi
kontol Rizal yang juga terus mempercepat sodokkannya untuk mengejar kesempatan
meraih klimaks secara berbarengan dengan Bang Rendy.
Setelah
itu Rizal kembali melanjutkan gerakan pantatnya. Semakin cepat dan keras.
Nafasnya tersengal-sengal. Tak lama kemudian gerakannya terhenti mendadak.
Pantatnya menekan kuat-kuat. Aku melihat buah pantatnya yang putih
mendenyut-denyut dan mengempot. Dari mulut Rizal keluar erangan tertahan sambil
hidungnya mendengus-dengus yang keras beberapa kali. Tubuhnya kelojotan dan
menegang. Hal itu terjadi untuk beberapa detik kedepan.
Kontol
Rizal tiba-tiba berkedut keras. Kedutan kedutan yang dahsyat !.
Pantat
Rizal menekan keras ke pantat Bang Rendy. Mulutnya menciumi dada bidang suamiku
yang mulus.
“Ohhhh…
ohhhhhhhhhh…,”
Rizal
menjerit. Spermanya tumpah ruah di dalam lobang pantat suamiku itu. Selanjutnya
tubuh keduanya ambruk. Kontol Rizal terlepas dari jepitan lobang pantat
suamiku.
Aku
memandangi suamiku yang mengangkang. Lobang pantatnya terlihat memerah,
menganga lebar dengan cairan putih kental belepotan di sekitarnya.
Sesaat
kemudian mereka berdua, Rizal dan Bang Rendy suamiku terengah-engah dan rebah.
Tempat tidur itu nyaris terbongkar. Sepreinya acak acakan dan lepas hampir
jatuh. Mereka kini kegerahan. Keringat mereka bercucuran membasahi kedua tubuh
telanjang mereka. Rizal dan Bang Rendy telah meraih kepuasan yang sangat
dahsyat.
Beberapa
saat kemudian Rizal membalikkan tubuhnya. Berbaring disebelah Bang Rendy yang
masih menelungkup.
Aku
lihat kontol Rizal yang masih keras, mengkilap dan belepotan cairan putih yang
kental. Kayak susu kental manis.
Lobang
pantat suamiku yang kulihat menganga, juga belepotan cairan kental itu.
Hati
dan akal sehat terpecah dan menyeretku ke dua arah yang berlawanan. Pergumulan
batin terjadi membuatku limbung dan hatiku makin tidak menentu, makin kucoba
melupakannya makin terbayang seluruh kejadian barusan,.
Namun,
pergumulan batin dalam diriku terus berlangsung. Di lain pihak aku tetap ingin
mencintai suamiku, tapi melihat sendiri suamku dia begitu tergila gila pada
Rizal dan dulu pada Pak Darmo, aku rasanya tak mungkin bisa menerima dia lagi.
Darahku
mendidih oleh serbuan kekecewaan yang tak terkira, kepalku terasa makin sakit
dan berputar putar dan pandangan mataku terasa makin gelap sampai akhirnya aku
jatuh ke lantai:
“Blukkk...!“
dan aku pingsan dan tak sadarkan diri!.
(-----
JEDA -----)
EPILOG
RIZAL
MENULIS DI BUKU HARIAN DIA
(Desember
2008)
Gue
Rizal, gue adalah cowok normal yang sehat sempurna; dan gue untung karena
tampang gue katanya ganteng dan sosok tubuh yang tinggi atletis. Sejak mulai
kuliah pada umur 18 tahun, gue udah terbiasa dikelilingi cewek cewek cakep yang
memuja ketampananku dan ada saja diantara mereka yang mau kugauli walau mereka
sadar gue cuma membutuhkan kehangatan tubuh montok mereka.
He
he he... ternyata bukan cewek saja yang tertarik oleh penampilanku, para cowok
Gay juga ada ada saja yang berusaha merayu dan mendekatiku, tapi sebagai cowok
normal, tentu gue gak sudi meladeni cowok walaupun mereka mengemis ngemis.
Tapi
wah!, yang gak disangka sangka Bang Rendy, kakak ipar gue, ternyata dia BISEKS
dan dia juga rupanya naksir sama gue, adik iparnya sendiri. Edan!.
Gue
gak mengada ada!, Sebenarnya gue udah lama CURIGA sama Bang Rendy karena dari
dulu sering muji muji gue cakep, gue gagah dan dia suka perhatiin gue dan
pegang pegang badan gue dengan cara yang gak wajar dilakukan oleh laki laki.
Tapi
aku baru yakin soal itu waktu Mbak YULI dan Bang Rendy pulang mudik lebaran
tahun ini.
Karena
kamar tidur terbatas, kalau Lebaran setiap tahun, biasanya Bang Rendy dan anak
anaknya nginep dikamar gue, sedangkan Mbak Yuli tidur bersama kakak2 perempuan
yang laen. Tapi anak anak tidak datang pada lebaran tahun lalu, jadinya Bang
Rendy nginep berdua sama aku di kamar.
Nah,
tengah malam itu, gue ngerasa Bang Rendy tidur memeluk gue trus dia membuka
kancing kancing kemejaku dan tangannya meraba raba dada bidangku. Gue risih dan
jijik badan gue digerayangin cowok, apalagi dia kan kakak ipar gue.
Tapi
Bang Rendy tidak tau kalo gue cuman pura pura tidur pules, terus dia menarik
ritsleting celanaku sampe terbuka dan astaga!, dia ngisep kontol gue kedalam
mulutnya!. Gile!.
Gue
kikuk banget dan bingung enggak tau musti ngapain?.
Tapi
terus terang!, gue kasian juga liat dia begitu nafsu ngisepin kontol, akhirnya
gue diemin aja dan ehh!, ternyata enak juga, sampe gue terangsang dan jadi
nafsu.
Gue
gak peduli biar dia sama sama cowok, biar dia kakak ipar gue, tapi waktu Bang
Rendy ngemis ngemis minta disodomi, ya gue turutin aja maunya dia!. Gua gak
ngerti kok ada cowok yang doyan disodomi sih?, apalagi ini kan suaminya
kakakku?.
Uhh..,
waktu gue mulai entotin dia, badan Bang Rendy sampe berkelojotan karena
kesakitan. Biar tau rasa dia!. Cewek aja sampe tereak tereak kesakitan kalo gue
rojok pake rudal gue yang emang gede banget ukurannya.
Bang
Rendy sampe nangis dan minta berhenti, tapi ahh kepalang tanggung!, gue udah
keburu nafsu, gue terus aja ngentotin dia sampe gue puas dan gue muntahin peju
kedalam lubang pantatnya. Salah sendiri dia yang minta!. Rasain tuh!.
Wah,
pengalaman pertama ngentot sama cowok ternyata asyik banget!.
Baru
istirahat sebentar, gue jadi nafsu lagi dan malem itu, gue langsung ngentot
sekali lagi sama Bang Rendy sampai dia nangis nangis minta ampun karena gak
tahan dientotin 2 kali berturut turut sampe pagi.
Pas
udah selesai gue liat dikasur ada ceceran darah yang keluar dari lubang pantat
Bang Rendy. Ooops. Kasian juga dia.
Abis
kejadian itu gue nyesel banget!, kok gue sampe tega ngentotin Bang Rendy sih?,
padahal dia kan kakak ipar yang kawin sama kakak kandungku.
Besoknya
gue sengaja nginep dirumah temen, pura pura lagi ngejar tugas kuliah dan gue
hindarin Bang Rendy sampe dia dan Mbak Yuli pulang ke Jakarta.
(Juli
2009)
Waktu
gue diterima kerja di Jakarta, orang tuaku maksa aku supaya tinggal dirumah Mbak
Yuli dan Bang Rendy supaya ada yg ngurus gue kata mereka, jadi ya gue kepaksa
nurutin maunya ortu donk!.
Gak
nyangka lho!, setelah dulu lobang pantatnya gue entotin sampe jebol, ternyata
Bang Rendy bukannya kapok, tapi dia tuh kayaknya ketagihan karena sejak gue
tinggal disitu, Bang Rendy selalu nyari kesempatan buat deketin gue sampe
akhirnya suatu malam kejadian juga deh dan dia minta dientotin lagi kayak
dulu!.
He
he he.. ternyata kakak ipar gue emang suka sama cowok, doyan dientot dan udah
terlanjur tergila gila sama kontol gue yang yg gede. (
http://ceritapanaslelaki.blogspot.com/ )
Gue
sih gak masalah, gue entotin aja dia tiap kali dia minta ”diberi”. Abis Bang
Rendy sendiri yang minta sih!.
Gue
sih enak!. Soalnya sebagai cowok yang masih berdarah muda gue kan butuh
menyalurkan kebutuhan biologis secara rutin, jadi yaa gue pake aja badan Bang
Rendy sebagai tempat pelampiasan nafsu gue sampai lobang dubur dia jebol dan
meninggalkan bekas yang tak tehapuskan seumur hidup dia
Kasihan
juga Mbak Yuli, karena dia gak tahu kalo suaminya ternyata yang suka cewek dan
doyan cowok sekaligus.
(Agustus
2009)
Udah
sebulan gue tinggal dirumah Mbak Yuli, tapi lama lama gue jadi GAK ENAK HATI
soalnya gue terlalu sering ngentotin suami dia sehingga akhirnya gue niat
RENCANA PINDAH aja ke tempat kost supaya gak jadi pengganggu rumah tangga kakak
gue.
Malem
itu gue sebenarnya udah mau bilang soal rencana pindah ke tempat kost tapi
SEBELUM SEMPAT ngomong, gue terpaksa ladenin Bang Rendy dulu, soalnya dia udah
keburu nafsu minta ”jatah” padahal istrinya lagi sakit di kamar.
Malem
itu gue diservis abis sama Bang Rendy sampe gue klimaks muntahin pejuh kedalam
pantatnya dia.
Tapi
pas udah selesai, gue dan Bang Rendy kaget karena denger diluar kamar ada suara
orang jatuh:
”Blukkkk...!”.
Waktu
kita keluar, wah!, ternyata Mbak Yuli pingsan deket jendela akibat dia ngelihat
gue lagi ngentotin suami dia!. Edan...!.
.