Page Tab Header

Thursday, January 7, 2016

Selingkuhan Suamiku




Selingkuhan Suamiku


Bagian-1

Namaku Yulianti, biasa dipanggil YULI. Sejak berkeluarga dan tinggal di Jakarta aku selalu sempatkan pulang mudik menengok orang tua di Semarang setiap hari raya Idul Fitri. Aku paling suka mudik dengan mobil sendiri bersama SUAMIKU, Bang RENDY, dan juga anak anakku.

Dan yang paling aku suka adalah saat aku melewati daerah PEKALONGAN menjelang masuk kota Semarang. Disitu tinggal PAMANKU, yang aku biasa panggil Pak DARMO, dia adik sepupu bapakku. Aku sangat akrab dengannya karena anaknya yang seumur denganku indekost di rumahku di Semarang. Kalau hari libur aku ditemani adikku RIZAL, sering diajak pulang ke Pekalongan dan main didepan rumahnya yang hingga kini masih merupakan sawah yang terbentang.

Nostalgia macam itulah yang membuat aku selalu ingin mengenang kembali masa kecilku dengan menyempatkan mampir kerumah Pak Darmo setiap aku pulang mudik. Dan ada yang tidak berubah di rumah Pak Darmo sejak aku kecil dulu, yaitu rumahnya yang berdinding gedek kulit bambu itu yang berfungsi untuk sirkulasi udaranya yang sangat bagus karena gedeknya bercelah-celah akibat jalinan bambu yang tidak mungkin bisa rapat benar. Dan saat pagi hari matahari akan menembusi gedek itu untuk membangunkan kami yang maunya masih bermalas-malas di amben, istilah setempat untuk balai-balai yang terbuat dari bambu.

Walaupun usia Pak Darmo sudah lebih dari 50 TAHUN atau 25 tahun di atas umurku, tetapi Pak Darmo tetap nampak gagah dan sehat. Tapi dua tahun yang lalu Bu Darmo (bibi) meninggal dunia karena sakit sehingga kini Pak Darmo menjadi DUDA dan terbiasa hidup sendirian di rumahnya walau banyak yang menyarankan untuk kawin lagi, tetapi Pak Darmo belum juga menemukan jodohnya yang sesuai dengan keinginan hatinya.

Walaupun pendidikannya cukup tinggi, waktu itu sudah menyandang titel BA atau sarjana muda, kegiatan Pak Darmo sehari-hari dari dulu hingga kini adalah bertani. Dia menggarap sendiri sawahnya. Untuk menopang kegiatannya sehari-hari Pak Darmo dibantu oleh dua orang anak LELAKI sebagai pelayan dan pembantu dari kampung untuk mencuci pakaiannya dan masak ala kadarnya.

Seingatku dari dahulu, pelayan dirumah Pak Darmo selalu perempuan atau Mbok2, tapi heran, sejak hidup sebagai DUDA, Pak Darmo selalu memilih pembantu anak anak LELAKI, bukannya pembantu wanita. Mungkin untuk menghindari GUNJINGAN kalau Pak Darmo yang duda tinggal serumah dengan para pembantu yang wanita.

Pada lebaran tahun 2008, aku dan suamiku terpaksa pulang mudik berdua saja. Anak-anakku punya acara sendiri bersama teman-temannya. Tokh aku bersama Bang RENDY, suamiku yang pada umur 30 tahun masih amat ganteng dan gagah dengan tubuh yang atletis dan dada yang bidang.

Aku sering cemburu karena terlalu banyak wanita yang sering melirik dan mengagumi ketampanan suamiku.

Suamiku Bang Rendy yang sebenarnya pertama kukenal pada masa remaja, sejak umur 15-an tahun karena orang tuanya bertetangga dengan Pak Darmo, dan hubungan Bang Rendy dan Pak Darmo dari dulu memang akrab seperti Paman dan Keponakan, walau umur mereka jauh berbeda 20 TAHUN. Bahkan Bang Rendy juga pernah kulihat beberapa kali MENGINAP di rumah Pak Darmo kalau istrinya sedang keluar kota.

Menjelang masuk kota Tegal jam menunjukkan pukul 2 siang saat aku merasa agak tidak enak badan. Badanku agak DEMAM dan kepalaku PUSING. Suamiku memberi obat berupa puyer anti masuk angin. Sesudah aku meminumnya rasa badanku agak lumayan, pusingku sedikit berkurang.

Tapi menjelang memasuki Kota PEKALONGAN menuju rumah Pak Darmo aku merasakan sakitku tak bisa tertahan lagi. Aku mencoba menguatkan diri supaya tidak membuat suamiku panik hingga tepat jam 5 sore mobilku memasuki halaman rumah Pak Darmo yang dengan penuh kehangatan menyambut kami. ( http://ceritapanaslelaki.blogspot.com/ )

Ketika Pak Darmo tahu aku sakit, dia panggil embok-embok di kampungnya yang biasa mijit dan kerokan, kebiasaan orang Jawa kalau sakit badannya di kerok dengan mata uang logam untuk mengeluarkan anginnya.

Ketika sakitku tidak berkurang juga akhirnya suamiku memanggil DOKTER yang tidak jauh dari rumah Pak Darmo. Aku dikasih obat dan disuruh banyak istirahat dan tidur. Sebelum minum obat suamiku menyuruh aku makan dulu barang sedikit. Dan seusai aku minum obat, aku langsung diserang KANTUK yang luar biasa. Rupanya dokter telah memberikan OBAT TIDUR padaku. Aku langsung tertidur pulas.

(----- JEDA ------)

Sekitar tengah malam, aku tidak begitu pasti, aku terbangun oleh SUARA BERISIK amben bambu dibarengi suara rintihan dan desahan halus dari sebelah dinding kamarku. Kantukku masih sangat memberati mataku. Aku meraba-raba suamiku tetapi tak kutemukan, mungkin dia sedang turun kencing.

Di rumah Pak Darmo kamar-kamar tidurnya tidak dilengkapi lampu. Cahaya dalam kamar cukup didapat dari imbas lampu di ruang tamu yang sekaligus ruang keluarga yang tembus ke dinding bambu yang banyak celah lubangnya itu. Suara amben yang terus mengganggu kupingku memaksa aku MENGINTIP ke celah dinding. ….DEGGHH..!!.

Apa yang kemudian aku lihat langsung memukul diriku.

Aku terpana dan limbung.

Kepalaku yang pusing karena sakitku langsung kambuh.

Aku kembali terkapar dengan jantungku yang berdegup cepat dan keras.

Didalam kamar yang remang remang itu kulihat DUA tubuh manusia yang sedang BERGUMUL dan berpelukan dalam keadaan TELANJANG bulat, tapi...., tapi.... yang membuatku amat terkejut karena dua manusia yang sedang memacu birahi itu ternyata PAK DARMO dan ooooh!, bersama, SUAMIKU Bang RENDY...!.

Pak Darmo terlihat MENINDIH tubuh telanjang Bang Rendy yang terletang tak berdaya dengan kedua kaki yang terangkar lebar dan oooooh, tepat ditengah SELANGKANGAN Bang Rendy tertancap batang KONTOL Pak Darmo yang AMBLAS jauh kedalam lubang dubur Bang Rendy yang digempurkan keluar masuk dengan bengis sampai Bang Rendy merintih rintih dengan tubuh yang menggelepar.

Benarkah Bang Rendy suamiku sedang DISETUBUHI oleh Pak Darmo yang sama sama berjenis kelamin lelaki?.

Benarkah Pak Darmo yang selalu baik padaku telah tega menggauli suamiku yang selama ini kuhormati?.

Apakah Bang Rendy dan Pak Darmo pasangan HOMOSEKS yang sering kudengar?.

Ataukah perbuatan ini sudah berlangsung sejak Bang Rendy REMAJA karena Pak Darmo telah menjebak ’kamu’ kedalam percintaan sejenis dan ’kamu’ tak mampu menolaknya?

Ah, sejuta pertanyaan yang aku nggak mampu menjawabnya karena semakin menambah pusing kepalaku.

Sementara suara berisik amben itu semakin tak terkendali. Dan RINTIHAN Bang Rendy serta DESAHAN berat Pak Darmo semakin jelas di kupingku. Aku tak mampu bangun karena OBAT yang aku minum membuat aku limbung. Aku hanya bisa kembali ngintip dari celah dinding itu.

Kulihat Pak Darmo sedang mengayun-ayun KONTOLNYA yang lumayan gede ke lubang lubang DUBUR suamiku sambil mencium Bang Rendy penuh nafsu. Sementara Bang Rendy memegangi dan meremas rambut Pak Darmo untuk memastikan bibir-bibir mereka bisa tetap saling berpagut dan melumat.

Suara kecupan saat bibir yang satu terlepas dari bibir yang lain kudengar terus beruntun lalu bibir Bang Rendy terlihat membuka menerima AIR LIUR yang diludahkan Pak Darmo kedalam mulut Bang Rendy. Sementara ayunan kontol Pak Darmo yang semakin menghunjam-hunjam lubang anus suamiku semakin membuat ambennya menjadi lebih berisik lagi.

"Pak Darmo, Paaaak.., enaakk Paaaak.... teruss Paaaak.... oocchh.. hhmmm.. Pak Darmo..", duh, rintihan Bang Rendy yang sedemikian menikmati derita birahinya membuatku kepalaku semakin terpukul-pukul.

Darah yang naik ke kepalaku semakin membuatku pusing yang sedemikian hebatnya.

Oooh!, ini bukan sekedar penyimpangan!.
Bang Rendy yang sehari hari bersikap sebagai seorang suami yang gagah, sebagai laki laki jantan yang perkasa ditempat tidur, tapi malam itu, SUAMIKU merintih dan mengerang bagai seorang pelacur jalang yang haus kejantanan sesama lelaki.

Dan desahan Pak Darmo sendiri nggak kalah hebatnya. Sebagai lelaki sehat, apalagi telah men-DUDA lebih dari 2 tahun tentu kandungan libidonya sangat menumpuk. Bukan tidak mungkin dialah yang memulai dan melemparkan bujuk rayu pada suamiku sementara dia tahu aku nggak akan mudah terbangun karena OBAT TIDURKU ini.

Kembali aku ngintip ke dinding.

Kulihat dada suamiku yang bidang dengan pentilnya yang berwarna kecoklatan mengeras. Itu pasti ulah Pak Darmo yang melumat-lumat, menyedoti dan menggititi pentilnya hingga kuyup oleh ludahnya. Kulihat bagaimana ketiak suamiku yang terbuka dan berbulu saat memegangi kepala dan meremasi rambut Pak Darmo. Pasti lidah dan air ludah Pak Darmo juga sudah melumati dan menjilati hingga basah kuyup pada ketiak Bang Rendy yang sangat sensual itu.

Kembali aku ambruk ke ambenku.

Rasa nyut-nyut di kepalaku sangat menyakitkan. Tanganku berusaha memijit-mijt untuk mengurangi rasa sakitnya. Tetapi setiap kali aku tergoda untuk kembali ngintip di lubang dinding.

Kulihat kontol Pak Darmo serasa semakin sesak menembusi lubang anus Bang Rendy. Dia tarik keluar pelan dengan dibarengi desahan beratnya dan rintihan Bang Rendy, kemudian mendorongnya masuk kembali dengan desahan dan rintihan mereka lagi. Dia lakukan itu berulang-ulang dan desahan serta rintihannya juga terdengar mengulang-ulang.

Kemudian kulihat tusukan kontol Pak Darmo makin dipercepat. Mungkin kegatalannya pada kelamin-kelamin mereka makin menjadi-jadi. Pak Darmo tidak lagi melumati bibir Bang Rendy. Dia turun dari amben dan mengangkat kedua kaki suamiku keatas sampai terbuka lebar. Dengan cara itu Pak Darmo bisa lebih dalam menghunjamkan kontolnya ke lubang dubur suamiku Bang Rendy.

Dan akibatnya kenikmatan yang tak terperi melanda suamiku sampai. kepalanya yang rambutnya telah acak-acakan terus bergoyang ke kanan dan ke kiri menahan siksa nikmat yang terperi. Racauan terus keluar dari mulutnya.

Mereka sudah sangat lupa diri.
Mereka sudah tidak lagi memperhitungkan aku yang istrinya atau keponakannya yang kini berada di sebelah dinding dan tengah tergeletak sakit hampir mati.

Aku sungguh sungguh bingung, bagaimana suamiku yang begitu gagah dan jantan diatas ranjang ternyata jadi begitu tak berdaya diperlakukan seperti perempuan dan disetubuhi bagai seekor hewan oleh Pak Darmo. Dan yang FATAL, justru suamiku terlihat begitu menikmati setiak gempuran batang kontol Pak Darmo sampai dia merintih rintih kenikmatan.

Kenikmatan NAFSU BIRAHI telah menghempaskan mereka ke sifat kebinatangan yang tak mengenal lagi ada rasa iba, martabat, hormat dan menghargai norma-norma hidup sebagaimana mestinya. Mereka sudah hangus terbakar dan berubah sifatnya menjadi gumpalan nafsu setan gentayangan.

Aku terbatuk-batuk dan mual.
Pusing kepalaku langsung menghebat.

Dengan suara yang sengaja kukeraskan aku mengeluarkan dahakku yang kemudian disusul dengan muntah-muntah. Aku berharap dengan tindakakanku itu segalanya menjadi berhenti. Kukira mereka pasti akan bergegas menolong aku. Tetapi suara amben itu justru makin cepat dan kencang. Sehingga kini ada dua sumber berisik di dalam rumah Pak Darmo ini. Suaraku yang orang sakit dan memerlukan pertolongan di kamar sebelah sini dan suara yang berkejar-kejaran dengan nafsu setan di kamar di sebelah sana.

Aku tahu mereka dalam keadaan tanggung. Puncak nikmat sudah dekat dan nafsu birahi untuk memuntahkan segalanya sudah di ubun-ubun. Mereka pasti berpikir, biarkan saja aku menunggu. Dan ketika saat puncak mereka akhirnya hadir suara-suara di rumah ini benar-benar gaduh.

Aku yang muntah-muntah tanpa henti dengan suaraku seperi babi yang disembelih bercampur dengan suara suamiku berteriak histeris saat dia memancarkan air maninya dan meledak dalam klimaks kepuasan seks yang dia terima dari Pak Darmo. Untuk sesaat suara amben masih terdengar berisik untuk kemudian reda dan sunyi.

Kegilaan yang edan itu membuat aku pusing setengah mati dan aku disini kembali mengeluarkan suara dari batukku disertai dengan rasa mau muntah yang keluar dari tenggorokanku.

(----- JEDA ------)

Setelah beberapa lama, akhirnya suamiku MUNCUL di pintu.

Dipegangnya kepalaku:
“Ah, kok makin panas Yuli, obatnya diminum lagi ya” katanya.

Kemudian dengan kuat tangannya meringkus aku dan memaksakan obat cair masuk ke mulutku. Aku terlampau lemah untuk menolaknya. Saat jari-jarinya memencet hidungku kesulitan nafasku memaksa aku menelan seluruh obat yang telah berada dalam rongga mulutku. Kemudian disuruhnya aku minum air hangat dan Bang Rendypun kembali keluar kamar..

Sesaat aku masih sempat mengintip saat suamiku Bang Rendy mendekati Pak Darmo lagi, berbaring MANJA diatas dada Pak Darmo sambil menyusupkan wajahnya kedalam ketiak Pak Darmo dan menjilati keringat disitu.

Mendadak Pak Darmo duduk lalu menjambak rambut sambil mendorong kepala Bang Rendy ke tengah selangkangannya lalu dan WAAAHH!, Pak Darmo memaksa suamiku untuk MENGULUM batang kontol Pak Darmo yang masih basah berlepotan lendir air mani dan cairan dubur Bang Rendy padahal benda itu barusan dipakai untuk mengaduk ngaduk saluran anus Bang Rendy.

Tubuhku makin limbung karena pemandangan yang kulihat dan pengaruh obat yang kuminum sehingga tanpa terasa aku sudah kembali jatuh tertidur pulas. Dan aku nggak punya ALIBI sedikitpun atas apa yang selanjutnya terjadi di rumah ini hingga 6 jam kemudian saat aku terbangun.

(----- JEDA ------)

Jam 9 pagi esoknya aku terbangun lemah.
Pertama-tama yang kulihat adalah dinding dimana aku mengintai selingkuh suamiku dengan Pak Darmo. Aku marah pada dinding itu. Kenapa begitu banyak lubangnya sehingga aku bisa mengintip. Dan aku juga marah pada diriku kenapa aku yang sakit ini masih pengin mengintip ke dinding itu dan menyaksikan suamiku menanggung nikmat saat kontol Pak Darmo menggojlok lubang duburnya.

Tapi saat aku ingin teriak karena marah besar, suamiku dia muncul di pintu. Pandangan matanya aku rasakan sangat lembut. Dia mendekat dan duduk di ambenku. Dia ganti kompres di kepalaku dengan elusan tangannya yang lembut sambil berkata,

"Yuli (begitu dia memanggilku) semalaman kamu mengigau terus. Panas badanmu tinggi. Aku jadi takut dan khawatir. Pak Darmo bilang supaya aku ambil air dan kain untuk mengompres kepala Yuli".

Saat mendengar mulutnya menyebut Pak Darmo yang aku ingat betul nada suara dan pengucapannya persis sebagaimana aku dengar saat dia meracau penuh nikmat tadi malam, seketika darahku mendidih dan tanganku mau mencekal kemejanya dan ingin membantingnya ke tanah.

Tetapi senyum teduhnya kembali hadir di bibirnya,

"Hah, apa lagi Yuli, apa lagi yang dirasakan, sayang", ucapnya lembut tanpa prasangka dengan mukanya yang nampak tetap suci bersih.

Langsung didih darahku surut. Aku tak mampu melawan kelembutan dan senyumnya itu. Kutanyakan padanya di mana Pak Darmo sekarang. Dia bilang Pak Darmo ke sawah. Hari ini giliran dia untuk membuka pematang agar air mengalir kesawahnya.

Dia juga bilang agar aku banyak istirahat saja dulu. Dia sudah menelpon orang tua di Semarang dari kantor telepon, mengabarkan bahwa aku sakit dan akan istirahat dulu di Pekalongan. Kemudian dia beranjak dan kembali dengan sepiring bubur sum-sum, aku disuapinya.

Aku jadi berpikir apa yang sesungguhnya terjadi tadi malam?.

Apakah panas badanku yang sedemikian rupa telah membawaku ke alam mimpi sampai aku mengigau sepanjang malam sebagaimana kata suamiku, ataukah penyimpangan seksual antara Pak Darmo dengan suamiku itu memang benar-benar sebuah kenyataan?, Kembali kepalaku berputar-putar rasanya. Suamiku kembali men'cekok'i aku dengan obatnya. Dan aku kembali tertidur.

Sebelum aku lelap benar, Bang Rendy dengan penuh kasih memeluk aku, mengelusi kepalaku sambil mendekatkan kedadanya.

Pada saat itu aku merasakan semburat aroma yang lembut menerjang ke hidungku. Aroma itu aku yakini adalah aroma ludah dan keringat orang lain yang telah mengering pada dada dan bagian tubuh suamiku yang lain, juga aroma lendir air mani yang berbau khas sperma pada wajah Bang Rendy . Tetapi obat tidurku tak memberi kesempatan padaku untuk melek lebih lama. Aku kembali pulas tertidur.

Sampai pertengahan tahun 2009, 6 bulan sesudah pulang mudikku itu, aku tetap tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Dan aku tidak mempunyai alibi apapun untuk mempertanyakan keinginan tahuku pada suamiku. Aku berusaha melupakan peristiwa itu dan mengganggap itu sebagai halusinasi atau bayangan tak-nyata karena waktu itu aku sedang sakit.

(----- JEDA -----)

AGUSTUS - TAHUN 2009
Kebimbangan itu untunglah teralihkan karena satu bulan yang lalu ada RIZAL, adik kandungku yang berumur 22 TAHUN datang ke Jakarta karena dia baru saja lulus dari sebuah akademi komputer dan diterima bekerja disebuah perusahaan swasta sehingga untuk sementara Rizal numpang tinggal dirumahku sampai menemukan tempat kost yang dekat dengan kantornya.

Walau baru setahun tidak ketemu Rizal tapi aku bangga juga melihat tubuhnya yang semakin tinggi dan ALTLETIS ditunjang dengan wajahnya yang GANTENG. Tak heran waktu kuliah di Jogjapun Rizal sering jadi pujaan para gadis yang bertekuk lutut ingin menjadi pacar Rizal.

Bang RENDY, suamiku tidak keberatan Rizal menumpang dirumah, justru aku senang karena lama lama kulihat mereka berdua semakin AKRAB. Kalau hari minggu Rizal mau menemani suamiku pergi mancing BERDUA, atau pergi berenang dan kadang2 membantu membetulkan mobil di garasi.

Dan hobi merekapun SAMA nonton sepak bola, sehingga mereka selalu nonton bersama kalau ada kejuaraan sepak bola dari luar negeri yang ditayangkan di TV. Tapi karena TAKUT MENGGANGGUKU, mereka sering nonton di paviliun samping, kamar tidur tamu yang sekarang ditempati Rizal. Dari situ sering kudengar celoteh dan teriakan seru mereka yang menjagokan juaranya masing masing

Aku TIDAK MAU melibatkan atau CURHAT pada adikku tentang kecurigaanku pada Suamiku dan Pak Darmo. Aku sadar adikku yang baru berumur 22 TAHUN masih terlampau muda untuk kalau aku sampai curhat dan mengadukan masalah orang orang dewasa.

Biarlah dia mengira seolah olah aku tidak punya beban apa apa.

Kadang kadang aku masih dipenuhi tanda tanya apa yang sebenarnya terjadi di PEKALONGAN pada malam itu antara BANG RENDY dengan PAK DARMO setahun yang lalu. Aku tidak bisa melupakannya tapi melihat sikap Bang Rendy yang wajar wajar saja dan selalu baik terhadapku (juga kejantanan dia diatas ranjang), maka aku berusaha mati matian untuk menepiskan pikiran buruk itu dan mengganggap peristiwa itu cuma HALUSINASI dan bayangan tidak nyata akibat diriku yang sedang terserang sakit.

(----- JEDA ------)

Tapi suatu hari, aku merasa sakit yang HAMPIR SERUPA seperti waktu pulang mudik ke Semarang tahun lalu, badanku meriang panas, kepalaku pusing luar biasa. Tenggorokan aku terasa terbakar sampai aku tak mampu mengeluarkan suara atau bicara, sehingga setelah minum obat yang diberikan Bang Rendy, aku langsung jatuh TERTIDUR pulas.

Rasanya aku baru tertidur sebentar saja.
Ketika aku terbangun tiba-tiba. Kulihat jam dinding di kamarku, masih pukul jam dua dini hari. Aku heran karena malam begini Bang Rendy TIDAK ADA di kasur padahal tadi malam dia tidur bersamaku.
Apakah dia nonton sepakbola di TV yang memang ada tayangan langsung jam 2 subuh?..

Aku merasa badanku MERIANG, tapi aku sangat kehausan dan butuh minum sehingga dengan memaksakan diri aku berusaha bangun untuk mengambil air minum. Aku meninggalkan kamarku tereok seok dan menuju ruang keluarga, tempat kami biasanya nonton televisi. Tapi disana tidak ada suamiku maupun Rizal.

O, iya aku ingat. Tadi Bang Rendy ngajak Rizal nonton di kamar tamu yang terletak di paviliun samping rumah dan sekarang ditempati Rizal, Kata suamiku kalau nonton dikamar Rizal tidak akan ribut dan menggangguku, sehabis nonton Suamiku bisa sekalian nompang tidur disitu supaya tidak mengganggu istirahatku katanya.

Di paviliun samping yang ditempati Rizal itu memang ada televisi. Sama besarnya dengan televisi di ruang keluarga ini. Kalo gak salah ukurannya 29 inci. Disitu juga ada DVD player. Aku tahu Bang Rendy dan Rizal memang sama sama suka nonton DVD malam-malam.

Kalau aku tiba-tiba masuk ke pavilion samping, Bang Rendy sering langsung matiin DVD itu pake remote control. Aku gak ngerti kenapa suamiku suka begitu. Emang nonton apaan sih berdua? Sampe aku gak boleh ikutan lihat.

Aku berjalan tertatih tatih menuju paviliun samping Rizal. Aku MENGINTIP dari jendela. Aku kok tidak mendengar suara riuh pertandingan sepak bola?. Tapi kok seperti SUARA-SUARA orang kayak kesakitan dari dalam kamar tidur. Merintih-rintih. Ada apa sih?



Bagian-2

Aku berjalan tertatih tatih menuju paviliun samping Rizal. Aku MENGINTIP dari jendela. Aku kok tidak mendengar suara riuh pertandingan sepak bola?. Tapi kok seperti SUARA-SUARA orang kayak kesakitan dari dalam kamar tidur. Merintih-rintih. Ada apa sih?

Tapi rasa pusing membuat kepalaku seperti berputar putar, lidahku kelu dan aku tak bisa mengeluarkan suara dari tenggorokanku, sehingga aku buru2 bersandar ke jendela untuk meredakan rasa pusing itu.

Sambil bersandar ke jendela, aku kembali MENGINTIP kedalam kamar Rizal yang terlihat remang-remang. Sumber cahaya hanya berasal dari televisi yang menyala. Suara televisi yang sama sekali tidak memperdengarkan suara pertandingan bola, tapi justru suara rintihan-rintihan yang tadi kudengar.

Selain suara rintihan dari televisi, ternyata suara rintihan itu juga berasal dari atas tempat tidur. Aku segera melayangkan pandanganku kesana. Dan waktu aku melihat ke atas tempat tidur, DEGGHH..!, aku terkesima!.

Memang saat itu kepalaku masih pusing akibat rasa sakit yang kuderita dan pengaruh obat yang kuminum sehingga mataku masih agak kabur dan pikiranku seperti setengah sadar, tapi aku yakin apa yang kulihat itu bukan hal yang biasa.

Mataku menatap lurus ke atas ranjang.

Tatapan bingung dan terkejut luar biasa!.

WADUUUHH!, Bang Rendy dan Rizal ternyata berduaan sama sama dalam keadaan TELANJANG.

Sedang ngapain mereka?

Kok telanjang bulat gitu sih?

Lho, lho, Bang Rendy dan Rizal kok saling isep-isepan alat kelamin kayak gitu sih? Uuh amat menjijikan!. Kepalaku berputar putar tak karuan, dan aku ingin menjerit sekuat tenaga, tapi tak ada suara yang keluar dari tenggorokkanku.

RIZAL telentang di atas ranjang dalam keadaan telanjang bulat dengan mata terpejam. BANG RENDY menungging diatasnya bertumpu dengan kaki dan tangan suamiku yang berotot.

Wajah suamiku tenggelam di selangkangan Rizal dan mulutnya asik ngisepin kontol Rizal yang keras dan besar. Bang Rendy begitu bernafsu NGISEP alat kelamin Rizal kayak ngisep es krim aja. Kok bisa sih? Aku bingung setengah mati!.

Waktu Rizal masih SMU, aku memang pernah gak sengaja lihat ALAT KELAMIN Rizal. Bulu bulu rambutnya lebat dan kriting. Dan pada waktu itu aku sadar bahwa adikku memang punya alat kelamin yang berukuran amat BESAAAR dan PANJAAAANG, jauh lebih besar dari ukuran alat kelamin Bang Rendy. Tapi rasanya alat kelamin Rizal kok seperti semakin besar. Amat sangat gede banget. Kayaknya hampir segede terong ungu yang sering dimasak si Mbok.

Sambil isep-isepan kemaluan, Bang Rendy juga ngomong-ngomong dengan Rizal. Suara mereka mendesah-desah gitu.

“Enak Rizal..?? ahhhssshhh..,”

“Enak Bang enak bangethh.. sshhh...., ahhh..... hhhmmm..,” terdengar suara Rizal.

“Rizal kontol kamu gede banget yah. Mulut Bang gak muat nihh.. sshhh... mmmpphh...,” kata suamiku sambil terus sibuk mengulum-ngulum kontol Rizal.

“Masak gak muat sihh.... coba deh.. Rizal masukin lagi nihh...sshhh..,” sahut Rizal sambil mendorong pantatnya lagi.

Kontol Rizal langsung melesak makin masuk sampai dalam ke mulut suamiku. Rambut kontol Rizal sampe lengket ke bibir tipis suamiku. Mulut suamiku sampe membulat lebar gitu. Aneh liatnya.

“Tuh, muat kan,” kata Rizal.

Lama juga Rizal neken pantatnya kayak gitu. Bang Rendy kulihat kepayahan memuluti kontol Rizal yang besar dan panjang itu. Tubuhnya GELAGAPAN pertanda dia megap megap kehabisan nafas karena kerongkongannya tersumbat oleh kontol raksasa Rizal.

Rizal kudengar merintih-rintih.

“Ohhhh... ohhhh.... enak banget Bang Rendyyyy.. ohhh... ssshhhh..........,” katanya sambil menekan-nekan pantatnya kearah kepala suamiku berkali-kali.

Waktu Rizal mencopot kontolnya dari mulut Bang Rendy, Suamiku itu protes. “Rizal jahat deh. Kontol Rizal sampe nembus kerongkongan Abang tuh. Abang sampe gak bisa napas,” kata suamiku.

Kemaluan Rizal kulihat mengkilap. Basah kuyup dengan cairan bening tapi agak kental. Kayaknya itu ludah suamiku.

“Rasain. Itu hukuman buat KAKAK IPAR yang DOYAN kontol cowok,” kata Rizal sambil tersenyum.

Suamiku nyengir dan menjawab:
“Aku emang udah tergila gila sama kontol kamu dari dulu Rizal, pengen kontol kamu dari duluuu ”

Mendengar dan melihat itu semua, aku terpana dan limbung. Kepalaku yang pusing karena sakit langsung kambuh. Aku kembali terkapar dengan jantungku yang berdegup cepat dan keras tapi aku masih bisa mendengar suara suara mereka.

Tak kuduga, suamiku ternyata bercinta dengan adikku sendiri!.

Jadi baru di Jakarta ini mereka pertama kali melakukan itu?. Pantas saja suamiku terlihat lengket pada Rizal karena ternyata dia ada maunya sama adiku.

Adikku memang TAMPAN dan gagah lagipula punya KONTOL berukuran raksasa yang didambakan para gadis, tak heran suamikupun jadi begitu tergila gila pada kejantanan Rizal.

Rasa nyut-nyut di kepalaku kembali menderaku sangat menyakitkan. Tanganku berusaha memijit-mijt untuk mengurangi rasa sakitnya.

Heran!, aku bukannya mendobrak pintu dan marah marah, tapi aku seperti tak berdaya membiarkan perbuatan mereka dan bahkan setiap kali aku tergoda untuk kembali ngintip.

Kulihat suamiku naik keatas menindih Rizal. Tubuh Bang Rendy menindih tubuh Rizal yang juga atletis itu. Bibir suamiku lalu menyentuh bibir Rizal.

Kemudian mereka berciuman. Penuh nafsu!. saling balas-balasan ciuman. Sampai lengket kayak di lem begitu.

Kok mereka gak ada rasa jijik sama sekali sih? Masa sama sama lelaki saling berciuman seperti itu?. Mulut mereka kan tadi dipake buat ngisep dan jilat kontol mereka. Sekarang dipake cium-ciuman. Lagian ciumannya kok buas banget gitu ya.

Tiba tiba ingatanku kembali pada kejadian di Pekalongan sewaktu aku menyaksikan suamiku disodomi oleh Pamanku Pak Darmo.

Tapi sejak kapan Bang Rendy dan Rizal mulai melakukan perbuatan homoseks seperti itu?.

Harus kuakui, Rizal adalah seorang pemuda yang amat GANTENG sehingga banyak gadis yang tergila gila oleh ketampanan Rizal, Apakah itu yang membuat suamiku sekarang terlihat begitu tergila gila pada Rizal?, Apakah mereka sudah biasa melakukan itu sejak aku masih tungangan Bang Rendy sering menginap di kamar Rizal dulu?.

(----- JEDA ------)

Ketika aku melihat lagi kedalam kamar, kulihat posisi tubuh mereka sudah berobah. Suamiku berbaring terlentang dengan kedua kaki terbuka lebar karena ditahan oleh sepasang paha Rizal yang kukuh.

Kulihat Rizal melumuri tangannya dengan cairan baby oil. Kemudian tangan yang berlumuran baby oil itu disapukannya ke kemaluan dia sendiri yang ngaceng keras.

“Kok bisa makin gede giini sih Rizal?. Kalo sama cewek, pasti keenakan banget ya kalo dientot Rizal?” kata suamiku sambil mengusap-usap kemaluan Rizal dengan tangannya. Ikut melumuri baby oil itu ke batang kontol Rizal.

“Entar kan Bang bisa rasain lagi gimana enaknya,” jawab Rizal tersenyum. Tangannya kirinya membelai rambut suamiku yang lurus pendek sambil membuka selangkangan suamiku.

Bang Rendy mengikuti apa yang Rizal lakukan. Ia berbaring di atas ranjang dan mengangkangkan pahanya yang kokoh lebar-lebar dibantu kedua tangannya. Kemudian Rizal melumuri jarinya dengan baby oil. Jari yang berlumuran dengan baby oil itu kemudian diselipkannya ke lobang pantat Bang Rendy, suamiku.

Setelah dirasa cukup, Rizal meletakkan botol baby oil itu kembali ke atas meja. Kemudian ia kembali mendekat ke arah suamiku. Rizal kulihat tersenyum-senyum.

“Rizal pelan-pelan ya. Ukuran kontol kamu terlalu gede Rizal,” suara suamiku

“Santai aja. Rizal akan buat Abang melayang-layang deh,” kata Rizal.

Kemudian Rizal memegang paha suamiku. Menariknya hingga posisi suamiku tepat di tepi ranjang. Paha suamiku lalu disuruhnya mengangkang lebar. Rizal mendekatkan selangkangannya ke selangkangan suamiku. Karena terlalu tinggi, Rizal terpaksa harus menekukkan kakinya sedikit, agar selangkangannya tepat di depan buah pantat suamiku.

Aku terus mengawasi apa yang mereka lakukan. Bingung.

Kok mereka bisa begitu sih? Pikirku. Apa bisa juga laki laki dengan laki laki?

Kegilaan yang edan itu membuat aku pusing setengah mati dan aku disini kembali mengeluarkan suara dari batukku disertai dengan rasa mau muntah yang keluar dari tenggorokanku.

“Pelan-pelan ya Rizal,” kata Bang Rendy.

Rizal lalu pelan-pelan memasukkan kontolnya ke dalam lobang pantat suamiku. Gila! Apa bisa masuk ke lobang pantat sesempit itu? pantat Rizal bergerak maju.

“Akh... akhhhh.... sakithh.. sshhh...,” erang suamiku.

“Sabar ya Bang. sabar duluhh.. sshhhh.... sempit banget Bang. Jauh lebih sempit dari memek cewek” kata Rizal.

Rizal terus memasukkan kontolnya yang besar itu ke dalam lobang pantat Bang Rendy. Sedikit demi sedikit.

“Tahan nafas Bang... tahan nafas.. erghhh.......,”

“Ohhhhh....aakhhh..... akhhh.......,” suamiku terus mengerang kesakitan.

Dan akhirnya kontol Rizal memang bisa masuk seluruhnya. Benar-benar gila.

“Gila Rizal!. Kok bisa ya?,” kata suamiku sambil melihat lobang pantatnya sendiri yang sudah terisi kontol Rizal. Dia juga terlihat tak percaya.

“Gimana rasanya Bang?” tanya Rizal.

“Penuh Rizal!. Lobang duburku rasanya penuh banget,”

Rizal mulai menggerakkan pantatnya perlahan. Bang Rendy terlihat kesakitan.

“Ohhh... sakit Rizal, sakithh sshhh....,”

“Rizal ohhh... Rizal.... sakithhssshhh... shhh.... shh...... pelan Rizal,”

Rizal tetap tak peduli. Dia bergoyang terus. Semakin cepat malah. Dada bidang suamiku dilumatnya dengan buas. Tangannya meremas buah pantat suamiku kuat-kuat. Mencengkeram.

“Ohhhh... ohhh... ohhh... ohhh.... yahhh... yahhh... yahhh... enak bangethsshhhhh... ahh... ahh... Baaanngg.. luar biasahh.,... sshh... ohhh..,” racau Rizal. Kulihat tubuhnya mulai keringatan. Apalagi Bang Rendy.

“Duhhh... hehhhhhhhgghhhh... sshhakithh... ssjhhhhh.... ahhh... ahhh....,”

“Hohh... hohh... hohh... hohh... hohh... hohh... hohh...yahhhh.. yahh..,”

Aku benar-benar bingung. Tak mengerti dengan apa yang terjadi. Tubuhku menggigil karena penghianatan yang mereka lakulan.

Aku tak bisa menerima kenyataan bahwa suamiku begitu pasrah mau diperlakukan seperti perempuan oleh Rizal!.

Dulu sudah kulihat suamiku disetubuhi oleh Pamanku dan sekarang suamiku menyerah lagi disetubuhi oleh adikku sendiri!. Yang dilakukan oleh Rizal dan Bang Rendy ini apa? Pikirku.

Ajaib!, sungguh aneh!, walau aku sangat kecewa, marah dan sedih melihat 2 orang laki laki yang KUSAYANGI sedang bergumul berdua, tapi aku tetap tidak punya keberanian menghentikan perbuatan mereka. Aku diam tanpa suara, tanpa gerak melihat kedua lelaki itu melakukan percintaan sejenis yang sangat ganjil itu.

Pemandangan yang kulihat kali ini sangat berbeda dengan yang biasa.
Di atas ranjang dengan tubuh telanjang bulat Rizal bersimpuh. Pantatnya bergerak cepat maju mundur. Rizal kelihatan sangat bernafsu. Tangannya tak berhenti meremas-remas pantat yang sedang di entotnya itu. Didepannya menungging dengan tangan lurus ke tempat tidur seorang laki-laki. Rizal begitu asik melakukan SODOMI pada suamiku!

Aku hampir tak mempercayai apa yang kulihat. Bang Rendy, laki-laki bertubuh gagah dan cukup berotot itu terlihat sangat kesakitan saat dibool oleh Rizal. Tubuhnya yang putih mulus terlihat menegang dan memerah. Matanya terpejam-pejam dengan mulut menganga menahan erangan. Dibelakangnya Rizal asik menyodok-nyodokkan kontolnya yang besar diantara paha sang suamiku yang merenggang. Buah pantatnya terlihat memerah oleh remasan dan tepukan paha Rizal yang kokoh.

“Ohhhh…. Ohhhhh…. Benar-benar sempithhh…. Sempithhhsshhhh ssshhekalihhh….. jauh lebih sempithhh dari memekhhhh… ohhhh…,” racau Rizal keenakan.

Sementara Bang Rendy itu terus menahan sakit. Wajahnya yang ganteng terlihat sangat kepayahan. Dari tempatnya berdiri Aku bisa melihat kontol suamiku yang lemas menggantung bersama dengan dua buah pelirnya di selengkangannya bergoncang-goncang cepat akibat genjotan Rizal.

Aku tak menyangka Rizal bisa juga memperoleh kenikmatan dengan membool lobang pantat suamiku itu.

Aku melihat Rizal sangat berbeda dengan biasanya waktu itu. Rizal yang selama ini terlihat baik dan penurut, sekarang ini itu kulihat jadi sangat BUAS. Ia tak peduli dengan suamiku yang sangat kesakitan. Pantat Rizal terus saja bergoyang. Malah semakin cepat dan menghentak-hentak.

Tapi anehnya meskipun suamiku berkali-kali bilang SAKIT, dia tak berusaha melepaskan diri dari Rizal. Malah ketika Rizal mencium bibirnya, suamiku itu membalas ciuman Rizal dengan penuh semangat. Mereka berciuman sampe lengket seperti yang tadi kulihat.

Aku sungguh sungguh bingung, bagaimana suamiku seorang laki laki berumur 30 tahun yang begitu gagah dan jantan diatas ranjang ternyata jadi begitu tak berdaya diperlakukan seperti perempuan dan disetubuhi bagai seekor hewan oleh Rizal, sesama lelaki yang baru berumur 22 tahun?.

Malah kemudian dia memegang pantat Rizal, ikut menggoyang-goyang pantat Rizal agar bergerak semakin cepat dan keras. Tapi itulah, mulutnya tetap saja bilang sakit dan sakit. Aku bener-bener gak ngerti lihat suamiku itu. kesakitan, tapi membiarkan saja Rizal memberikan rasa sakit itu padanya.

Aku benar-benar bingung. Kok bisa gitu sih?

Lama banget mereka gituan terus. Hampir satu jam deh. Kakiku udah kesemutan.

Waktu itu Bang Rendy telungkup diatas ranjang. Pantatnya sedikit menungging keatas karena disumpal bantal dibawah pinggangnya. Rizal menindihnya dan tetap menggerakkan pantatnya naik turun dengan cepat. Kontol Rizal keluar masuk lobang pantat suamiku itu. aku berdiri disamping tempat tidur.

Kayaknya saking keasikannya menggoyang pantatnya sambil mulutnya menciumi dada bidang suamiku yang keringatan, Rizal tak sadar akan kehadiranku diluar jendela. Suamiku juga tak tahu. Karena dia memejamkan matanya sambil merintih-rintih.

“Baaangg....Baaang.. Bang mau sampai Baaangg...,” kata Rizal. Pantatnya bergerak semakin cepat.

“Ohhhhh… nikmatnyahhh…. Lobang pantatmu luar biasa Bang Rendy…. Sangat menjepit kontolkuhh…,” desah Rizal sembari menciumi dada suamiku yang bidang.

Kenikmatan nafsu birahi telah menjungkalkan mereka berdua ke sifat kebinatangan yang tak kenal lagi ada rasa harga diri, martabat, hormat dan menghargai norma-norma hidup sebagaimana mestinya. Mereka sudah terbakar oleh gairah dan berubah sifatnya menjadi gumpalan nafsu setan gentayangan.

Aku mual. Pusing kepalaku langsung menghebat.

Kulihat suamiku menjambakkan tangannya pada rambut Rizal, bak kuda betina yang lepas dari kandangnya suamiku memacu seluruh saraf-saraf pekanya. Kedua kakinya dia jejakkan keras-keras pada kasur hingga pantatnya terangkat tinggi untuk menelan seluruh batang kontol Rizal dan datanglah dewa nikmat merangkum seluruh otot, daging dan tulang belulang suamiku.

Mendadak air mani yang kental muncrat dari kemaluan suamiku melebihi derasnya air banjir sampai membasahi perut dan dadanya

Ooooooohhhh…...

Terus muncrat-muncrat yang diikuti dengan pantatnya yang terus naik-naik menjemputi kontol Rizal yang juga terus mempercepat sodokkannya untuk mengejar kesempatan meraih klimaks secara berbarengan dengan Bang Rendy.

Setelah itu Rizal kembali melanjutkan gerakan pantatnya. Semakin cepat dan keras. Nafasnya tersengal-sengal. Tak lama kemudian gerakannya terhenti mendadak. Pantatnya menekan kuat-kuat. Aku melihat buah pantatnya yang putih mendenyut-denyut dan mengempot. Dari mulut Rizal keluar erangan tertahan sambil hidungnya mendengus-dengus yang keras beberapa kali. Tubuhnya kelojotan dan menegang. Hal itu terjadi untuk beberapa detik kedepan.

Kontol Rizal tiba-tiba berkedut keras. Kedutan kedutan yang dahsyat !.

Pantat Rizal menekan keras ke pantat Bang Rendy. Mulutnya menciumi dada bidang suamiku yang mulus.

“Ohhhh… ohhhhhhhhhh…,”

Rizal menjerit. Spermanya tumpah ruah di dalam lobang pantat suamiku itu. Selanjutnya tubuh keduanya ambruk. Kontol Rizal terlepas dari jepitan lobang pantat suamiku.

Aku memandangi suamiku yang mengangkang. Lobang pantatnya terlihat memerah, menganga lebar dengan cairan putih kental belepotan di sekitarnya.

Sesaat kemudian mereka berdua, Rizal dan Bang Rendy suamiku terengah-engah dan rebah. Tempat tidur itu nyaris terbongkar. Sepreinya acak acakan dan lepas hampir jatuh. Mereka kini kegerahan. Keringat mereka bercucuran membasahi kedua tubuh telanjang mereka. Rizal dan Bang Rendy telah meraih kepuasan yang sangat dahsyat.

Beberapa saat kemudian Rizal membalikkan tubuhnya. Berbaring disebelah Bang Rendy yang masih menelungkup.

Aku lihat kontol Rizal yang masih keras, mengkilap dan belepotan cairan putih yang kental. Kayak susu kental manis.

Lobang pantat suamiku yang kulihat menganga, juga belepotan cairan kental itu.

Hati dan akal sehat terpecah dan menyeretku ke dua arah yang berlawanan. Pergumulan batin terjadi membuatku limbung dan hatiku makin tidak menentu, makin kucoba melupakannya makin terbayang seluruh kejadian barusan,.

Namun, pergumulan batin dalam diriku terus berlangsung. Di lain pihak aku tetap ingin mencintai suamiku, tapi melihat sendiri suamku dia begitu tergila gila pada Rizal dan dulu pada Pak Darmo, aku rasanya tak mungkin bisa menerima dia lagi.

Darahku mendidih oleh serbuan kekecewaan yang tak terkira, kepalku terasa makin sakit dan berputar putar dan pandangan mataku terasa makin gelap sampai akhirnya aku jatuh ke lantai:

“Blukkk...!“ dan aku pingsan dan tak sadarkan diri!.

(----- JEDA -----)

EPILOG

RIZAL MENULIS DI BUKU HARIAN DIA

(Desember 2008)
Gue Rizal, gue adalah cowok normal yang sehat sempurna; dan gue untung karena tampang gue katanya ganteng dan sosok tubuh yang tinggi atletis. Sejak mulai kuliah pada umur 18 tahun, gue udah terbiasa dikelilingi cewek cewek cakep yang memuja ketampananku dan ada saja diantara mereka yang mau kugauli walau mereka sadar gue cuma membutuhkan kehangatan tubuh montok mereka.

He he he... ternyata bukan cewek saja yang tertarik oleh penampilanku, para cowok Gay juga ada ada saja yang berusaha merayu dan mendekatiku, tapi sebagai cowok normal, tentu gue gak sudi meladeni cowok walaupun mereka mengemis ngemis.

Tapi wah!, yang gak disangka sangka Bang Rendy, kakak ipar gue, ternyata dia BISEKS dan dia juga rupanya naksir sama gue, adik iparnya sendiri. Edan!.

Gue gak mengada ada!, Sebenarnya gue udah lama CURIGA sama Bang Rendy karena dari dulu sering muji muji gue cakep, gue gagah dan dia suka perhatiin gue dan pegang pegang badan gue dengan cara yang gak wajar dilakukan oleh laki laki.

Tapi aku baru yakin soal itu waktu Mbak YULI dan Bang Rendy pulang mudik lebaran tahun ini.

Karena kamar tidur terbatas, kalau Lebaran setiap tahun, biasanya Bang Rendy dan anak anaknya nginep dikamar gue, sedangkan Mbak Yuli tidur bersama kakak2 perempuan yang laen. Tapi anak anak tidak datang pada lebaran tahun lalu, jadinya Bang Rendy nginep berdua sama aku di kamar.

Nah, tengah malam itu, gue ngerasa Bang Rendy tidur memeluk gue trus dia membuka kancing kancing kemejaku dan tangannya meraba raba dada bidangku. Gue risih dan jijik badan gue digerayangin cowok, apalagi dia kan kakak ipar gue.

Tapi Bang Rendy tidak tau kalo gue cuman pura pura tidur pules, terus dia menarik ritsleting celanaku sampe terbuka dan astaga!, dia ngisep kontol gue kedalam mulutnya!. Gile!.

Gue kikuk banget dan bingung enggak tau musti ngapain?.

Tapi terus terang!, gue kasian juga liat dia begitu nafsu ngisepin kontol, akhirnya gue diemin aja dan ehh!, ternyata enak juga, sampe gue terangsang dan jadi nafsu.

Gue gak peduli biar dia sama sama cowok, biar dia kakak ipar gue, tapi waktu Bang Rendy ngemis ngemis minta disodomi, ya gue turutin aja maunya dia!. Gua gak ngerti kok ada cowok yang doyan disodomi sih?, apalagi ini kan suaminya kakakku?.

Uhh.., waktu gue mulai entotin dia, badan Bang Rendy sampe berkelojotan karena kesakitan. Biar tau rasa dia!. Cewek aja sampe tereak tereak kesakitan kalo gue rojok pake rudal gue yang emang gede banget ukurannya.

Bang Rendy sampe nangis dan minta berhenti, tapi ahh kepalang tanggung!, gue udah keburu nafsu, gue terus aja ngentotin dia sampe gue puas dan gue muntahin peju kedalam lubang pantatnya. Salah sendiri dia yang minta!. Rasain tuh!.

Wah, pengalaman pertama ngentot sama cowok ternyata asyik banget!.

Baru istirahat sebentar, gue jadi nafsu lagi dan malem itu, gue langsung ngentot sekali lagi sama Bang Rendy sampai dia nangis nangis minta ampun karena gak tahan dientotin 2 kali berturut turut sampe pagi.

Pas udah selesai gue liat dikasur ada ceceran darah yang keluar dari lubang pantat Bang Rendy. Ooops. Kasian juga dia.

Abis kejadian itu gue nyesel banget!, kok gue sampe tega ngentotin Bang Rendy sih?, padahal dia kan kakak ipar yang kawin sama kakak kandungku.

Besoknya gue sengaja nginep dirumah temen, pura pura lagi ngejar tugas kuliah dan gue hindarin Bang Rendy sampe dia dan Mbak Yuli pulang ke Jakarta.

(Juli 2009)
Waktu gue diterima kerja di Jakarta, orang tuaku maksa aku supaya tinggal dirumah Mbak Yuli dan Bang Rendy supaya ada yg ngurus gue kata mereka, jadi ya gue kepaksa nurutin maunya ortu donk!.

Gak nyangka lho!, setelah dulu lobang pantatnya gue entotin sampe jebol, ternyata Bang Rendy bukannya kapok, tapi dia tuh kayaknya ketagihan karena sejak gue tinggal disitu, Bang Rendy selalu nyari kesempatan buat deketin gue sampe akhirnya suatu malam kejadian juga deh dan dia minta dientotin lagi kayak dulu!.

He he he.. ternyata kakak ipar gue emang suka sama cowok, doyan dientot dan udah terlanjur tergila gila sama kontol gue yang yg gede. ( http://ceritapanaslelaki.blogspot.com/ )

Gue sih gak masalah, gue entotin aja dia tiap kali dia minta ”diberi”. Abis Bang Rendy sendiri yang minta sih!.

Gue sih enak!. Soalnya sebagai cowok yang masih berdarah muda gue kan butuh menyalurkan kebutuhan biologis secara rutin, jadi yaa gue pake aja badan Bang Rendy sebagai tempat pelampiasan nafsu gue sampai lobang dubur dia jebol dan meninggalkan bekas yang tak tehapuskan seumur hidup dia

Kasihan juga Mbak Yuli, karena dia gak tahu kalo suaminya ternyata yang suka cewek dan doyan cowok sekaligus.

(Agustus 2009)
Udah sebulan gue tinggal dirumah Mbak Yuli, tapi lama lama gue jadi GAK ENAK HATI soalnya gue terlalu sering ngentotin suami dia sehingga akhirnya gue niat RENCANA PINDAH aja ke tempat kost supaya gak jadi pengganggu rumah tangga kakak gue.

Malem itu gue sebenarnya udah mau bilang soal rencana pindah ke tempat kost tapi SEBELUM SEMPAT ngomong, gue terpaksa ladenin Bang Rendy dulu, soalnya dia udah keburu nafsu minta ”jatah” padahal istrinya lagi sakit di kamar.

Malem itu gue diservis abis sama Bang Rendy sampe gue klimaks muntahin pejuh kedalam pantatnya dia.

Tapi pas udah selesai, gue dan Bang Rendy kaget karena denger diluar kamar ada suara orang jatuh:

”Blukkkk...!”.

Waktu kita keluar, wah!, ternyata Mbak Yuli pingsan deket jendela akibat dia ngelihat gue lagi ngentotin suami dia!. Edan...!.








.