Page Tab Header

Thursday, June 27, 2019

Jurkam

“Deg deg ser…” hatiku bergetar tatkala melihat salah seorang juru kampanye diantara segerombolan jurkam diatas sebuah pentas. Masih muda diantara jurkam tua bangkotan perut buncit muka berminyak namun jurkam yang satu ini lain dan seakan aku pernah ketemu tetapi entah dimana. Kemarin dia ada juga disana tetapi sebagai juru kampanye partai lain, apakah aku salah lihat, deja vu?, entahlah akusendiri mengucek mata beberapa kali namun serasa memang juru kampanye yang satu ini pernah ketemu dengan aku dan mengapa dia ada disana beberapa kali mewakili berbagai macam partai yang sedang jual bacot kehulu kehilir tak tentu ujung pangkal, berbusa busa mulut mengobral janji kepada massa yang hadir di lapangan itu.,
Penyanyi dangdut mulai melantunkan lagu, massa dilapangan mulai berjoget diiringi band jeguk, ya band jeguk karena yang terdengar cuma jeg guk jeg guk jeg guk, sesekali teriakan yel yel partai meningkahi lagu dangdut yang dibawakan dengan nada yang kurang ½ nada membuat kerangka mayat Mozart atau Beethoven terbalik-balik bila mendengarnya, selera rendah aku tak tertarik, aku beranjak kebelakang panggung mencari tahu tentang jurkam yang membuat aku deg deg ser tadi. Di belakang panggung sekelompok orang dari partai yang bersangkutan sedang duduk berbincang satu sama lain, entah apa yang diperbincangkan aku tak mau ambil pusing, aku hanya duduk dibawah rimbunan pohon dibelakang panggung mengisap rokok dan memperhatikan satu persatu manusia yang ada dibelakang panggung termasuk kelompok jurkam yang memakai rompi partai dengan warna menyala,
Serrr… mataku bertumbukan pandang dengan jurkam muda yang tadi aku lihat dipanggung dan agaknya dia juga mengalami hal yang sama karena dari tatapan matanya ke mataku seakan bertanya siapakah anda? apakah kita pernah bertemu? Dia seakan cuek saja dan berbicara lagi dengan temannya dikelompok tersebut dan kembali serrr.. mataku bertumbukan pandang dengannya. Bila anda seorang gay homo sejati maka anda pasti mengerti perasaanku karena pandangan mata ke mata yang ketiga kali berarti, yes…!
Mereka kembali keatas panggung, berkoar koar disana entah omong apa aku nggak menyimak, aku tetap saja duduk merokok dibawah rimbunan pohon di belakang panggung sambil berusaha menggali memori tentang jurkam yang satu itu, dimana, siapa, kapan,… akh buntu. Sampai tiba tiba,
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya” jurkam itu ada disebelahku tanpa kusadari sebelumnya, kembali serrr… tatapan mata kami bertemu dan berarti yes!!! Orangnya muda usia 20-an tahun gagah kekar berkulit hitam terbakar matahari, memakai baju hem kancing terbuka dua buah dibalut rompi partai dan celana jeans ketat ngepas dikaki dengan cetakan kontolnya kearah paha kanan, nggak pake CD ini jurkam.
“Jono?” sekilas nama itu melintas dibenakku (baca MOTN: Nafsu Badak Tenaga Kuda Pejantan),
“Ya,… dan kaukah itu” katanya menyebut namaku
Kami berpelukan erat dibawah rimbunan pohon dibelakang panggung kampanye
“Gile lu Jon, sejak kapan jadi jurkam?,
"Jurkam bayaran, santai ajalah jurkam semua partai”
“Oo it’s ooo”,
“Normatif aja, cuma ganti nama partai ketika teriak hidup partai …, he he he, namanya juga cari makan”,
“Oo it’s ooo again”,
“Main kerumahku” ajaknya sambil merangkul pundakku menuju jalanan yang ramai karena kampanye sudah bubar jalan. Sambil bertukar cerita pengalaman hidup semenjak berpisah kami menumpang angkutan kota menuju rumah Jono, turun dipermpatan jalan dan berjalan kaki melalui gang sempi kamipun tiba dirumahnya yang sederhana.
“Eh, lo udah beristri? tanyaku ketika melihat penampilan rumahnya yang bukan tipe rumah seorang bujangan,
"Nggak bukan istri, tapi hidup bersama aja, itung itung ngentot gratislah” kata Jono santai sambil tersenyum nakal,
“Dasar kontol loe masih nafsu badak juga” kataku sambil menggenggam kontolnya yang tercetak di celana jeansnya.,
Seorang cewek muncul dari kamar, dandanan menor pakaian tipis membayang, lonte darimana pula yang disabet Jono dalam pikiranku. Kami berkenalan, Sinta, pekerja seks komersial di klub malam disekitar rumah tinggal mereka. Hmm, pantesan… dengan Jono dia nempel terus seakan tidak menganggap diriku ada disana dan pengalamanku bersama Jono tempo hari kembali terbayang sekilas dibenakku. Bagaikan sepasang kekasih tak ketemu bertahun tahun mereka berdua bermesraan didepan mataku, akh… Jono nggak berubah sedikitpun, tangannya menggerayangi memek dari balik daster tipis membayang dan mulutnya dengan rakus mengemut tetek Sinta yang udah menyembul keluar dari daster. Beberapa menit berlalu fore play semakin hot, Sinta mulai berdesah menggelinjang menggelepar dipelukan tangan kekar Jono yang dengan leluasa menggerayangi setiap lekuk tubuhnya, baju Jono direnggutnya dengan kasar hingga kancingnya berhamburan lepas dan sementara itu kontolnya Jono yang item gede kekar ngaceng berurat mekar dengan gagah keluar dari celana jeansnya.,
“Koq melongo aja, ikutan dong” kata Jono padaku sambil memberi kode agar aku menyepong kontolnya yang ngaceng itu. Kesempatan tak akan datang dua kali, aku segera merayap kearah mereka dan mulai menjalankan aksiku pada kontol Jono yang lagi nganggur itu dan sementara itu Jono menjilati memek Sinta yang kini udah mengangkangi muka Jono sambil mengerang keenakan memeknya yang basah dijilat diemut dan dutusuk lidah Jono. Giliran aku mengangkangi kontol Jono dan mengarahkannya kedalam lobang pantatku sambil memeluk tubuh Sinta dari belakang memilin milin teteknya yang gede bahenol kami berdua melonjak lonjak naik turun diatas tubuh Jono yang perkasa, lobang pantatku keluar masuk kontol Jono dan memek Sinta keluar masuk lidah Jono. Weleh weleh… Jono masih saja Jono yang dulu nafsu badak tenaga kuda pejantan, setelah Sinta berulang kali orgasme dia minta aku mengentotin Sinta sementara dia mengentotin aku doggy style. Hunjaman kontolnya yang gede dilobang pantatku sedemikian buas dan binal sehingga kontolku ikut pula terhunjam dalam kedalam memek Sinta yang udah basah kuyup dan terkadang keluar dan masuk lobang pantat Sinta. Kecipak kecipok suara kontol basah keluar masuk memek dan keluar masuk lobang pantat mengiringi desahan erangan dan lenguhan kami bertiga yang sedang memuaskan nafsu binatang,
“Ohh… fuck me, oh shit, fuck me harder…ohh”,
Sinta mengerang meracau diantara geliat gelinjang tubuhnya yang sudah berkilat bermandikan keringat dan semakin kuat semakin dalam semakin keras kontol kami berdua dan akhirnya crrooth.. crrooth.. arrggh.. aku mancrut tak tertahankan setelah sebelumnya Sinta dengan segera mengemut kontolku yang baru saja keluar dari memek dan lobang pantatnya. Lobang pantatku mengembang mengempot dengan hebat memilin kontol Jono yang tengah berdenyut mengaduk aduk isi ususku dan terkadang menyentuh prostatku dan arrggh… hnngghh… arrggh… hnnggh… Jono juga memuncratkan pejuhnya yang hangat dan dalam jumlah banyak didalam lobang pantatku.,
Beberapa saat kami ambruk bertiga terengah engah menikmati permainan gila yang baru saja dilakukan, aku berada diantara mulut Sinta dikontolku dan kontol Jono dilobang pantatku.,
“Udah dulu ye, gua mau kerja” kata Sinta melepaskan emutannya dari kontolku dan menciumi Jono secara French kiss, bertukar pejuhku yang ada didalam mulut Sinta. Dia bersiap untuk pergi ke klub malam menjaring mangsa dan tinggallah kami berdua dirumah, bernostalgia tentang masa lalu yang pernah kami lalui bersama dengan indah menjalani gairah masa remaja yang membara. Aku berada dipelukan Jono telanjang bulat sementara Jono telanjang dada dengan kontolnya kini mulai ngaceng lagi keluar dari celana jeans ketatnya, gila deh lo Jon, mau lagi? Dia menciumi mulutku dengan rakus sampai hampir aku putus nafas dibuatnya sementara tangannya yang kekar menjelajahi tubuhku memilin pentilku dan tentunya kontolku dan jarinya menyodok lobang pantatku yang sudah licin akibat tumpahan pejuhnya tadi. Tanganku dengan mesra digenggamnya dan diarahkannya ke kontolnya yang ngaceng tegak kaya tugu Monas minta diloco olehku, dan aku dengan senang hati nglocoin senjatanya yang sudah terkokang siap untuk ditembakkan lagi, sementara leherku habis dijilat diisep dicupang olehnya demikian pula buah dadaku penuh dengan jejas cupangannya arrggh… Malam itu milik kami berdua, berkali kali pejuhnya muncrat didalam tubuhku, anget legit kental seakan tak ada habis habisnya, demikian pula aku berkali kali muncrat pula dibuat Jono, sebenarnya elo cocoknya bukan Jurkam (juru kampanye) tapi Jurkon (juru kontol) deh Jon!,
“Jon, nafsu loe masih badak tenaga loe masih tenaga kuda juga ye” bisikku mesra ditelinganya sebelum akhirnya kami berdua jatuh tertidur berpelukan telanjang bulat berlumuran pejuh.