Page Tab Header

Thursday, February 21, 2019

Seks di Penjara

Ini kisah nyata berdasarkan penuturan Supri, seorang sopir Ojek yang masuk penjara karena dituduh membacok temannya sendiri . Supri diadili lima tahun penjara. Dia menghadapinya dengan kepala dingin. Tak pernah disangkanya kalau kehidupan penjara akan membawanya lebih “ jauh” ke dalam lembah penderitaan.Tak disangkanya bahwa dia akan terlibat hubungan sesama jenis, sesuatu yang tak pernah dipikirkannya selama ini.
Supri baru saja satu minggu di penjara Cipinang, ketika Ahmad masuk ke sel nya. Bapak tua botak itu menyelonong masuk begitu saja dengan mengenakan sehelai celana pendek.
“Hey..Kamu baru ya,” bisik Pak Ahmad menatap Supri yang baru saja selesai sholat.
Supri memperhatikan pria setengah baya didepannya sambil melipat tikar. Umur Ahmad mungkin 50an dengan kepala botak mengkilap. Kumisnya lebat hitam bertengger seperti kumis Pak Raden. Badannya yang tegap berotot dan agak gemuk itu tidak menutupi tampangnya yang sudah brengos.
“Iyah, Bang. ” kata Supri kalem.
“ Mau ngisep ? Nanti Bapak kasih rokok dan kopi.” kata Ahmad sambil melorotkan celana Adidas pendeknya. Tangan Ahmad diulurkan untuk memijit-mijit kontolnya yang hitam besar itu . Sungguh pemandangan yang menjijikkan bagi Supri. Kontol Ahmad besar dan hitam legam, seperti batang pisang. Tegang lagi.
“ Jangan , Bang..saya… nggak… pernah..” kata Supri terbata-bata.
“Ayolah….Kamu jangan lagak sombong. Kalo nggak mau, biarku gebukin kamu” kata Ahmad marah sambil maju. Dipegangnya tangan Supri yang hanya memakai sehelai celana dalam putih dan dipindahkannya ke arah kontolnya sendiri yang lagi ngaceng.
“ Jangan …Bang…” kata Supri lagi,….bergetar hebat. Di tatapnya batang kontol Ahmad yang mengacung-ngacung, naik turun.
“ Ini..ayo dipegang kontol Bapak..udah Bapak cuci koq..bersih…” bisik Pak Ahmad sambil mencengkram tangan Supri. Erat sekali. Dengan ragu-ragu, Supri menyodorkan tangannya untuk menyentuh “ burung"nya Pak Ahmad.
"Yah…” desis Pak Ahmad ketika tangan Supri sudah memegang batang kontolnya yang tegang. Supri tak berdaya. “ Ayoh..pijitin…Elus-elus tuh kontol.” lanjut Ahmad dengan desah nafasnya yang memburu-buru.. Supri pun dengan enggan dan jijik, tapi terpaksa, mulai mengelus-elus kepala kontolnya yang bentuknya seperti jonggol besar. Warnanya kemerah-merahan. Dielus-elusnya dengan jari jempolnya, sedangkan keempat jarinya yang lain masih menggenggam erat batang kontolnya Ahmad yang sudah menegang. Sekali-kali, Supri mengocok-ngocok batang kontolnya yang keras itu. Tangannya sesekali menyentuh bulu-bulu jembutnya yang lebat , tumbuh liar disekeliling pangkal kontolnya, seperti semak-semak lebat. Hatinya yang kacau itu memikirkan rokok yang akan didapatnya dari “pekerjaan” ini.
“Ayolah….jongkok, masukkan ke mulut kamu..Isep kontol itu !,” desis Pak Ahmad dengan nada mengancam sekali lagi. Dengan pasrah, Supri berjongkok didepan paha Ahmad dan memasukkan kontol Ahmad ke dalam mulutnya. Cress. Seluruh batang kontolnya udah masuk ke mulutnya. Dikulum-kulumnya seperti mengulum es lilin. Rasanya aneh sekali. Di biarkannya kontol itu didalam mulutnya sesaat. Dirasakannya tangan Ahmad mulai mengelus-elus rambutnya. Batang kontol Ahmad itu rasanya keras sekali , berdenyut-denyut terasa hangat. Sensasi demi sensasi merangsang saraf seksualnya, mengakibatkan dia pun ikut terhanyut dengan gerakan isep kontol ini.
“Ayoh….Isep..lebih kuat…” bisik Ahmad mendengus hebat. Supri mulai menghisap lebih kuat. Memaju mundurkan kepalanya seirama dengan hisapannya. Rasanya aneh sekali. Isep kontol ternyata asik juga, pikir Supri. Di keluarkan kontolnya sesaat dan dengan lidahnya, Supri menjilat-jilati kepala kontol Ahmad yang membengkak kemerahan. Bentuknya seperti jamur yang lunak. Sesekali, dia menjilat-jilat kantung buah zakar Ahmad yang besar sekali, bergantung seperti dua buah rambutan, lengkap dengan bulu jembutnya yang hitam. Dimasukkannya satu buah peler itu dan dikulum-kulum. Rasanya lain sekali. Baunya jantan.
“Oh yeah.. Isep kontol itu…”. bisik Ahmad menyodok-nyodokkan kontolnya ke mulut Supri. Supri pun mengalihkan mulutnya ke batang kontol Ahmad yang seakan menantang keahliannya. Dimasukkannya seluruh batang kontol itu dan mulai menghisap-hisap lagi. Kali ini, Supri yang terangsang mulai memegang kontolnya sendiri. Masya-allah..ternyata kontolnya dari tadi sudah ngaceng juga. Di depan celana dalam putihnya sudah basah dengan bercak “pre-cum”. Jangan-jangan, dia pun menikmati seks sejenis ini.
Ahmad terus mendorong pantatnya maju mundur. Nafasnya memburu-buru bagaikan babi mau nyerodok. Tangannya tetap memegang belakang kepala Supri yang berjongkok dihadapannya. Supri terus bergenjot genjot..menghisap-hisap dengan buas. Semakin lama semakin asyik baginya.
Tak lama kemudian ,Ahmad pun bergetar hebat…
Dan terjadilah…..
Supri merasakan kontol Ahmad yang didalam mulutnya itu berdenyut keras dan tiba -tiba dia merasakan hangatnya air sperma panas yang ditembakkan ke belakang kerongkongannya. Sekali..Dua kali…Tiga kali…Rasanya seperti kemasukkan air susu panas. Ditelannya air sperma itu karena tak ada pilihan lain lagi. Di teguknya seperti minum air susu. Rasanya aneh, panas, dan bau peju ..tapi enak.
Tanpa sadar, kontolnya Supri sendiri sudah tegang dan banyak" precum" nya . Dia pun terangsang hebat setelah menghisap kontol bapak tua ini. Tiba- tiba saja, Ahmad memegang kontol Supri yang sudah tegang itu ddan dikeluarkannya dari celananya dalam sambil mengocok-ngocoknya.
“Oh yah…” Supri memejamkan matanya ketika si tua itu menghisap hisap kontolnya. Tak lama kemudian, dia pun bergetar hebat dan menyemprotkan air maninya ke dalam mulut si tua itu, yang diteguknya habis.
Ahmad pun mencium bibir Supri dengan lembut.
“Terima kasih..Rokoknya besok yah..kamu harus ngisep lagi besok..” bisik Ahmad sambil mengenakan celana pendeknya kembali dan beranjak keluar dari selnya. Supri hanya terduduk bengong di lantai selnya dengan air peju yang masih hangat mengalir keluar dari mulutnya. Mana rokoknya, Bang?

Thursday, February 14, 2019

Awal Kampanye

Awal kampanye pemilu sudah dimulai, entah apa yang di kampanyekan oleh puluhan partai yang tak jelas juntrungannya di negara republik drakula ini, hanya sekelompok petualang politik picisan yang berlomba untuk mendapatkan kesempatan menguras habis kekayaan yang berlimpah di negeri yang konon kabarnya gemah ripah loh jinawi tata tentrem karta raharja ini.
Pesta demokrasi katanya, tetapi yang sesungguhnya adalah pesta pora sekelompok orang yang hendak mendapatkan legimitasi rakyat untuk memperkaya diri sendiri tujuh turunan dan setelah lima tahun, wess… hilang keluar negeri menikmati hasil jarahan. Kalau ditanya apa visi dan misi partainya, berbuih buih mulutnya nyrocos berhamburan kata kata yang dia sendiri tak mengerti apa maksud yang hendak disampaikannya apalagi orang lain yang mendengarkannya semakin bingung pusing tujuh keliling.
Sejuta janji gombal diutarakan, tak urus bagaimana caranya dan apa dampaknya bila janji itu hendak direalisasikan pokoknya sebodo amat dengan rakyat negeri, toh akhirnya juga mereka lupa kata demi kata yang berhamburan pada masa kampanye tersebut kalaupun ada yang masih ingat, mau apa? mau nuntut? tuntutlah toh sistem hukum direpublik ini udah jungkir balik yang jelas dan nyata menilep uang negarapun bisa jadi calon presiden bebas murni dari segala tuntutan hukum bah… hooekk! mau muntah aku melihat sistem di negeri ini.
Sebaliknya, sekelompok rakyat juga mengambil kesempatan sekali lima tahun, pesta pora melanggar hukum, mengambil kesempatan untuk mendapatkan serupiah dua rupiah sebagai upah ikut hadir dalam kampanye dari partai politik yang mana saja, tak urus dengan ideologi, yang penting dapat baju kaos dapat uang sangu dan bisa dangdutan gratis sepuasnya habis perkara… gila nggak tuh masa depan negeri ini!
“Oo it’s ooo”
itulah hasil kampanye setiap partai bila kau tanya pada orang yang hadir dilapangan pada saat kampanye selesai, sama sama tak mengerti khan?
Jadi apa yang mau dikata, ya sudah akupun hanya cuek juga, paling ikut menonton keramaian pada saat acara dangdutan sambil mata tetap awas menyisiri satu persatu khalayak ramai yang turun dilapangan mana tahu ada kontol gratis lagi ngaceng, lumayan.
Lapangan di bilangan Jakarta Utara lagi dipadati masyarakat yang hendak menonton penyanyi dangdut bayaran sebuah parpol, kwalitas suara jangan ditanya, kerangka mayat Mozart dan Beethoven bisa terbalik balik sakit hati mendengar penyanyi itu melantunkan lagu, tapi aneh tetap saja ramai orang datang karena goyangan pinggul si penyanyi jauh lebih menarik daripada suaranya ditambah lagi pakaian yang seronok ketat dan tipis membayang mengeksploitasi daya tarik seksual saja terutama bagi lelaki muda kalangan bawah yang tak mempunyai akses untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya karena faktor ekonomi yang sangat pas pasan untuk sekedar hidup seadanya maka memandang goyangan si penyanyi dangdut saja udah cukup untuk membangkitkan fantasi seksual mereka menambah khazanah mimpi erotik menghasilkan muncratan pejuh ketika tidur ataupun ketika mereka ngloco di kamar mandi. Demikian pula hari itu di lapangan tersebut aku sudah melihat sekelompok lelaki muda mulai naik nafsu mengikuti goyangan penyanyi dangdut yang sedang menggetar menggoyang dan mengeol geolkan tubuhnya yang sintal, sesama mereka ikut pula menggoyang goyangkan pinggul mirip orang lagi ngentot dengan kontol bertonjolan menggelembung di celana mereka yang ketat sempit ngepas, aku menyelinap diantara keramaian menuju lokasi kelompok lelaki muda itu.
“Basah, basah tubuh iiini… ”
terdengar mereka mengikuti lagu yang sedang dilantunkan oleh penyanyi diatas panggung “Ah, ah ah menyentuh kontol… ”
seakan tak sengaja pantatku menyentuh tonjolan kontol seorang diantara mereka. Aku hanya memakai celana slack kaos hitam tipis tanpa CD, low hang, sehingga belahan pantatku yang putih mulus tampak mengintip. Beberapa kali gesekan belahan pantatku ke kontolnya yang semakin mengeras ngaceng membuahkan hasil, tangan kekar lelaki muda itu mulai menyentuh tubuhku, merayap didalam bajuku meraba kearah puting dada dan memilin milin disana membuat aku menggelinjang sambil menggeol geolkan pantatku semakin erat kearah tonjolan kontolnya.
Sebelah tanganku kuarahkan kebelakang menyentuh membelai dan memeras kontol gede ngaceng sambil berusaha membuka ritsleting celananya dan sebelah lagi tanganku memegang tangannya yang sedang memilin milin puting susuku, sementara teman temannya merapat mengelilingi kami agar tidak menjadi perhatian massa pengunjung di lapangan tersebut. Kontolnya udah bebas keluar dari sekapan celananya, sementara celana slack kaoskupun udah dipelorotinnya sehingga lobang pantatku terbuka ngempot ngempot kaya pantat ayam minta disodok kontol dan clebbbh… bless, kepala kontol pemuda itu masuk kedalam lobang pantatku, sementara kami tetap juga bergoyang mengikuti irama dangdut.
Gila ngentot ditengah khalayak ramai dilapangan terbuka, sangat beresiko namun hal itu pula membuat aku semakin exited, kontolku ngaceng menjadi jadi ketika lobang pantatku semakin kencang dirojok kontol pemuda kekar ini, udara sore hari yang masih panas ditambah lagi dengan aktifitas goyang dangdut dengan kontol tertancap dalam di lobang pantat dan deg deg ser takut dihajar masyarakat bila ketahuan, membuat tubuh kami licin basah kuyup berkeringat dan desahan nafasnya yang menggebu gebu dibelakang telingaku akkhh… denyutan kontol gedenya didalam lobang pantatku semakin lama semakin keras dan ssshh.. ahh.. crrooth… crrooth… arrgghh, semburan pejuh hangat kental legit terasa mengisi rongga ususku “ah, ah, aaah… mandi pejuuuh”
Kontolnya keluar dari lobang pantatku, ploph… segera pula digantikan oleh kontol temannya yang tak kalah gede yang udah ngaceng tegak berdiri hampir menyentuh kulit perutnya sementara anak muda yang mengentotiku tadi menggantikan posisi temannya melidungi kami dari pandangan mata khalayak ramai dilapangan tesebut.
“Saiki jamane jaman edan” terdengar penyanyi lain sedang melantunkan lagu dangdut Cucakrowo. Edan memang, edan tenan, ngentot bersodomi ria ditengah keramaian pada awal masa kampanye pemilu.
Sementara temannya yang lain ngloco abis abisan sampai kontol mereka memerah keunguan mengkilap basah oleh keringat dan lelehan precum berurat gede melihat aku bergantian dientot oleh rekannya dan “ser, ser muncrat pejuhne”
ketika udah nggak tahan lagi untuk menahan muncratan pejuh mereka mengarahkan kontolnya ketubuhku dan crrooth… crrooth… crrooth… arrggh… mereka menumpahkan pejuhnya membasahi tubuhku, aku mengusap pejuh mereka kesekujur tubuhku dan yang tersisa di telapak tangan aku jilat dengan nikmat sambil mata terpejam, prostatku ditonjok gesek tonjok gesek oleh kepala kontol pemuda yang sedang mengentotiku saat itu.
Bila anda bertanya padaku apa hasil kampanye hari itu? Aku hanya bisa menjawab
“Oo it’s ooo”