Polisi dan Dokter
Aku seorang dokter dan sudah beristri. Aku menjadi
gay karena temanku waktu kuliah kedokteran di sebuah PT terkemuka di negeri
ini. Kami melakukannya di kos. Tetapi bukan itu yang ingin kuceritakan kali
ini. Tetapi salah satu pengalamanku terbaru yang menarik.
Hari hujan deras sekali. Aku baru saja berpisah
dengan teman-temanku di Hardrock cafe. Kuhela mobilku menuju arah luar kota.
Hujan tambah deras saja. Tiba-tiba mobilku oleng. Mungkin ban mobilku kempes
atau melalui lumpur. Tetapi setelah kupelankan bunyi jeglug jeglug terasa
sering. Ahhh kempes ini pasti. Segera saja kupingggirkan mobilku.
Jam tanganku menunjuk pukul 11 malam lewat. Aduh,
jam segini mana ada tukang tambal ban yang buka dan menggantikan banku. Mana
tidak bawa payung lagi. Pertama segera saja aku menelepon istriku supaya dia
tidak khawatir dengan mengatakan bahwa aku harus mendiskusikan sesuatu dengan
teman dokter kenalanku. Jadi aku menginap di hotel.
Akhirnya aku nekat untuk membereskan semua dan
jalan lagi. Aku keluar dari mobil dan berbasah ria memasang dongkrak. Rambutku,
bajuku bahkan air hujan meresap ke dalam celana dalamku. Tiba-tiba ada sepeda
motor mendekat dan berhenti tepat tempat aku sedang mendongkrak.
“Ada yang bisa dibantu, Pak?”
Setelah lampu motor dimatikan ternyata yang
berhenti adalah seorang polisi.
“Ah, ini cuma ban kempes” ujarku sungkan.
“Biar saya bantu pak!” ujar Pak Polisi
sungguh-sungguh.
Segera saja dia bekerja menyiapkan ban cadangan.
Jaket Polisinya jadi basah juga celananya. Kami bekerja saling membantu dan
pekerjaan pun cepat selesai.
“Terimakasih, Pak…” aku tak bisa menyebut nama
karena badge nama terhalang jaket.
“Iya, sama-sama. Selamat malam Pak” ujarnya sambil
menaikkan tangan ke dahi.
Penolongku siap meninggalkan aku. Kami berdua
sama-sama basah. Alangkah tidak berterima kasih andai aku membiarkan dia
kembali ke pos jaga sendirian dalam keadaan begini.
“Pak, sebaiknya bapak berganti baju kalau hendak
bertugas lagi”
Dia menoleh dan tersenyum
“Terimakasih” ujarnya tersenyum menghargai
kebaikanku.
“Eee bagaimana kalau kita mampir ke hotel sana
untuk mengeringkan diri dan berteduh. Saya ada pakaian bersih kalau Bapak mau…”
ujarku menawarkan diri.
Dia menatapku. Lalu menganggukkan kepala. Pak
Polisi merasa tidak enak kalau menolakku. Sesudah kejadian aku baru tahu kalau
dia sebenarnya juga menginginkanku saat itu. Mungkin karena baju putihku yang
basah mencetak tubuhku.
Kami berdua menuju hotel melati sederhana yang ada
beberapa puluh meter di depan kami. Papan hotel sederhana itu tampak jelas.
Kuparkir mobilku dan Pak polisi memarkir sepeda motornya. Kusetujui kamar yang
ada. Tubuhku menggigil kedinginan. Setelah kupesan dua mangkok mie rebus dan
dua cangkir kopi kami pun menuju ke kamar.
Segera aku menuju ke kamar mandi setibanya di sana
kunyalakan air. Lalu kembali ke kamar dan kukeluarkan beberapa baju bersih.
Akupun segera mandi. Setelah itu ganti Pak Polisi. Keluar dari kamar mandi
hanya mengenakan handuk putih. Tubuhnya tampak kekar dan berotot. Tadi tidak
nampak karena berada di balik jaket.
“Mau pilih yang kemeja atau kaos Polo?” ujarku
menawarkan salah satu bajuku.
Pak Polisi memilih kaos Polo putih. Dia memakainya,
agak ketat dan menonjolkan otot-otot dada
dan bisepnya.
Lalu kami memakan mie rebus pesanan yang baru saja
tiba. Dia mengulurkan tangannya.
“Aku Aldo” ujarnya lalu mengaduk mie biar bumbu
tercamur.
“Saya Hardi…” Sesaat setelah tanganku terlepas dari
tangannya.
Lalu kami berbasa-basi sambil makan. Dia ternyata
sedang bertugas tak jauh dari tempat itu. Seharusnya dia tidak meninggalkan
posnya. Dia sudah berkeluarga dan punya anak yang sudah besar. Tampangnya mirip
Alvino bintang sinetron cinta dan anugerah. Tiba-tiba saja bangkit pikiran
nakalku.
“Hmm kalau tugas malam seperti ini pasti sering
ngebayangin di rumah dong…” ujarku.
Dia hanya tersenyum sekilas lalu melanjutkan
menghabiskan mangkuk mienya.
“Mau nambah?” tawarku basa-basi.
“Kamu sendiri juga kan… malam begini masih di
jalan”
“Ya? Oh eh… iya… eh tidak. Kan aku mau pulang”
ujarku tidak konsen jadinya.
Lalu dia ke kasur dan tiduran sambil meletakkan dua
telapak tangan di bawah kepalanya. Dadanya yang tebal. Otot bisep dan
trisepnya. Hmmm sempurna kurasa… aku tidak bisa menahan napsuku lagi. Dia
memandangiku yang sedang minum kopi. Dari sudut mataku tampak dia mengamatiku
dan tersenyum. Aku merasa ada getaran yang keluar dari sana.
Aku mendekatinya. Duduk di kasur dekat tempat dia
tiduran. Dadaku berdebar. Aldo menaikkan kedua alisnya lalu tersenyum.
“Kenapa, Pak? Mau dipijit?” tanyaku.
Tanpa menunggu jawabnya aku sudah menjamah dada dan
lengannya. Bukan pijatan tapi lebih ke elusan. Aldo tersenyum. Tangan kananku
langsung mengarah ke selakangan. Kuremas kontolnya. Ah, kontol Aldo sudah
tegang rupanya. Sangat jelas karena Aldo tidak mengenakan celana dalam lagi.
Tangan kanan Aldo meraih tenggukku. Dia terduduk.
Mendekatkan wajahnya ke wajahku. Mukanya serius. Lalu bibirnya menyentuh
bibirku.
“Hhhmmmm…”
Segera suara kecipak mulut kami selanjutnya yang
terdengar. Tanganku memegang kepalanya dan bibirku menghisap bibirnya. Segera
saja aku menaikinya. Kami bertindihan dan berciuman.
Tangan Aldo mengusap punggungku ke arah pantatku.
Kami berdua terbakar nafsu birahi yang
menghanguskan.
Aldo dengan terampil membuka baju dan celanaku. Aku
juga tidak mau kalah. Dalam waktu kurang dari dua menit saja kami berdua sudah
bugil. Tubuhnya coklat gelap tapi bersih. Berotot dan sangat menggairahkan.
“Kamu ganteng sekali Hardi” ujarnya mengelus pipiku
yang berjambang.
Berkali-kali pula dia mengagumi badanku yang
berbulu. Aldo suka memainkan bulu-bulu di dadaku Dadaku diciuminya. Putingku
dijilatinya. Semua membuatku menggelinjang dan makin tegang saja.
“Kontol kuda apa orang ini?” kata Aldo sambil
meremas dan mengocok kontolku.
Bukannya mau sombong. Aku memang dianugerahi kontol
yang diidamkan tiap pria. Panjang dan cukup besar. Panjang 20 cm besar diameter
4,5 cm. Ini bukan rekayasa. Punya kemampuan tegang penuh sehingga sangat
memuaskan pacar-pacar cewekku masa kuliah dahulu. Kontol Aldo tidak sebesar
punyaku karena aku keturunan Arab.
“Mau aku fuck?” bisikku ke telinganya. Lalu
kujilati telinganya.
Aldo merasa kegelian dan berusaha menghindariku.
“Jangan! Gila kamu. Aku pria normal tau!” ujarnya.
Setelah ML baru aku tahu kalau ini adalah
pengalaman pertamanya. Tidur bersama lelaki.
Oke, setelah itu aku mengambil pelumas dan kondom
yang selalu kusiapkan di tasku untuk saat-saat ‘darurat’ seperti ini. Aku
mengocok kontol Aldo dan memasangkan kondom. Kuambil posisi doggy style dan
menglolesi pantatku dengan jeli. Aku harus membuat Aldo puas. Sebetulnya aku
top dan belum pernah difuck juga.
“Sudah… masukin sini!” ujarku.
Aldo mengambil posisi dibelakangku. Lalu
mengarahkan kontolnya ke pantatku.
“Pelan-pelan Pak… aku juga pertama kali” kataku
memperingatkan.
Maksudku sebenarnya adalah pertama kali difuck.
Sesungguhnya aku seorang yang biasa memasukkan kontolku ke anus pria bukan yang
dimasuki, istilahnya seorang top. Sebentar saja kontol Aldo mulai menembus
pertahananku. Terasa licin dan aahhhh….
“Sakit Di?” katanya menahan kontolnya.
Aku tidak bisa menjawab hanya menahan sakitku agar
tidak berteriak.
“Teruskan saja…” kataku.
Segera saja Aldo mulai menyodomiku.
Perlahan rasa sakit itu mulai menghilang. Gerakan
Aldo semakin cepat.
“Oh ah aah ahh hahh…”
Kontolku yang tadi melemas mulai bangkit lagi.
Tegang lagi.
“Enak sekali di…” Racau Aldo.
Gerakannya semakin cepat menuju orgasmenya yang
berada dipuncak. Kontolnya semakin dalam merojok pantatku. Di tengah
seru-serunya kontolku terlepas dari lubang. Lalu dia berusaha memasukkan
kembali.
“Ganti posisi saja Pak” kataku yang sekarang
mengangkang dan tiduran.
Aldo naik ke atasku lalu menciumiku. Kontolku
menegang di perutnya yang sixpack. Tak lupa
kembali dia menjilati puting dan dadaku hingga
basah oleh liurnya. Dia berusaha memasukkan
kontolnya saat kakiku masih lurus. Sulit sekali.
Tidak semudah memasukkan kontol ke dalam
vagina.
Kunaikkan kedua kakiku ke pundaknya. Kini lubang
pantatku lebih mudah ditemukan karena lebih terbuka. Tangan kanannya segera
menggenggam kontol dan mengarahkan kepala kontol ke arah anusku.
“Uhhh….” sekali lagi lubang anusku serasa disodok
(memang disodok kan?!)
“Ooouuuhhh…. ini seperti memasuki memek perawan
saja” ujar Aldo.
“Pengalaman sama perawan ya…?” ujarku tersenyum.
Aldo tidak menjawab tetapi menyodokku dengan keras.
Aku meringis.
“Sakit tau…” ujarku mencubit dadanya.
Aldo kembali mendekat dan menghisap bibirku. Kami
berciuman sementara kontol Aldo masih ada di dalam lubang anusku. Setelah lama
berciuman, kulakukan seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang aku
fuck. Mengerutkan pantatnya. Sehingga kontol Aldo akan terasa dihisap.
“Uuuhhh enak Di… uhhh kamu nakal ya…” ujar Aldo
keenakan.
Kulakukan beberapa kali. Lalu Aldo bangkit dan
memaju mundurkan kontolnya lagi. Di dahinya mulai menetes keringatnya.
Tampangnya sangat jantan karena rambut cepaknya itu. Dadanya terlihat mengkilat
dan sangat keras. Tetapi wajah Aldo yang aku paling suka. Tampak sangat
menikmati tubuhku ini. Entah apa yang ada di pikirannya, mungkin istrinya, ah
tak peduli.
“Owh ohh ohhh… ahhh ahhh…” erangnya sangat
menikmati.
Aku hanya mampu memegang sebagian sprei agar
tubuhku tidak terlampau bergoncang. Terasa geli pantatku terkena rambut
kemaluannya yang tumbuh liar di pangkal batang kontolnya. Tubuhnya yang lain
memang hanya sedikit ditumbuhi rambut. Berbeda denganku yang mungkin bisa disamakan
dengan gorilla ha ha ha…
“Oh Ahh aa aaa ahhh yess” ritme erangannya tetap.
Jelas sekali Aldo menikmati persanggamaan ini.
Sementara aku mengocok kontolku sendiri. Aku sangat menikmati tampangnya dan
badannya. Aku belum bisa menikmati sodokan kontolnya di anusku. Aku onani
sambil menikmati tubuhnya yang bebas disentuh.
“Oooohhh aaahhhhhh….” tiba-tiba dia mencabut
kontolnya.
Dia melepaskan kondom lalu mengocok di depanku.
Kubiarkan saja. Kupercepat kocokan kontolku juga.
“Oooooohhhhhh….” tubuh Aldo bergetar dan dari ujung
kontol menyembur cairan putih kencang
hingga ke muka, leher dan dadaku. Lalu dia
memelukku.
“Aaaahhhhhhh…..” tepat saat itu aku memuncratkan
pejuhku.
Pejuhku membasahi perutnya. Lalu kami berpelukan
erat sekali. Lalu dia tersenyum dan tidur di sebelahku. Memandangku, lalu dia
tertawa.
“Kenapa tertawa Pak?”
“Ah, Panggil saja Aldo. Ini pertama aku melakukan
dengan lelaki” ujarnya.
“Serius?”
Aku merasa beruntung mendapat perjaka dari seorang
Aldo. Ganteng, kekar, polisi lagi hahaha..
“Mandi yuk…” ajaknya.
Akhirnya kami mandi lagi. Bukan karena air hujan.
Tetapi karena keringat dan air mani kami. Kami tidak melakukan lagi di kamar
mandi karena Aldo harus segera kembali ke Posnya. Sebelum keluar dari kamar
kami berciuman lagi.
Malam itu aku mengantarkan Aldo ke posnya. Dia
menitipkan motornya di hotel melati itu hingga hujan reda nanti. Kami saling
menukar nomor telepon dan melambaikan tangan saat akan berpisah. Lalu dengan
ban mobil yang sudah diganti aku pulang ke Bogor dengan senyum tersungging di
sepanjang jalan. Kok bisa ya… padahal sudah lama sekali ingin ML dengan seorang
polisi atau TNI. Kok bisa malam ini tiba-tiba hal itu terjadi tanpa direncana.
Di dalam pemikiranku suatu saat ingin juga fuck
dengan Aldo saat dia masih memakai seragam reesminya. Saat kusampaikan hal ini
ternyata Aldo juga menginginkanku saat aku memakai seragam profesi sebagai
dokter. Ah mungkin lain kali…
Pulsa tidak menjadi masalah bagiku untuk terus
tetap menjalin hubungan dengan Aldo. Tapi penting bagiku untuk terus selalu
menghapus inbox dan sent items supaya tidak terjadi masalah meskipun aku tahu
istriku tak akan curiga sampai di sana. Semakin hari semakin akrab. Pemikiran
Aldo nyambung. Mungkin karena sama-sama memiliki keluarga. Dia seorang yang
cerdas dan dewasa dalam berpikir. Bisa mengimbangi pemikiran dan keinginan
serta cerita yang aku lontarkan
Aku menginginkan untuk melakukan sekali lagi dengan
‘Alvino’ku ini. Memang wajahnya agak mirip dengan bintang sinetron itu kok. Aku
suka sekali. Ternyata bagai gayung bersambut. Dia juga menginginkanku sama
seperti aku menginginkannya. Namun kali ini aku menginginkan posisi aku sebagi
top.
“Pasti kamu suka. Enak kok. Memang aku mau, kalau
gak enak??” begitu smsku.
“Yaaa tapi nanti lihat situasi. Kalau gak enak kita
brenti…” balasnya.
Yesss!!! akhirnya hari janjian pun tiba. Kami
dinner di hotel seperti teman lama yang lama sekali tidak berjumpa. Tidak
banyak pembicaraan penting tapi rasanya romantis sekali. Aku merasakan dia juga
senang sekali dengan perjumpaan ini. Lalu setelah makan kami menuju ke kamar.
Tanpa banyak basa-basi kami segera pelukan sedetik
setelah pintu kamar ditutup dan dikunci. Cepat sekali dengusan nafsu kami
meningkat. Aldo menciumiku leherku. Aku pun tak tahan untuk menikmati tubuhnya
yang putih itu.
Aldo tak tahan untuk segera menelanjangiku… kontol
kudaku langsung tegak dan mengacung. Polisiku kini membantuku memuaskan
hasratku. Kontol yang panjang dan besar diremas dan dikocok-kocok. Aku agak
kesulitan membuka celana coklatnya. Ya dia memakai baju dinas. Tanganku ku
masukkan sambil mulut kami sibuk mencium sana-sini. Kacau tapi nikmat.
“Hmmmm Hardi aku kangen sam.. ” Aldo tak sempat
menyelesaikan kalimat karena bibirku sudah menempel di mulutnya.
“Iya sayang aku juga…” ujarku.
Tapi jangan salah walau kami ML dan sayang-sayangan
namun kami bukanlah sepasang bf/boyfriend seperti yang disuka para gay. Kami
hanyalah sekedar teman akrab yang sama sama suka untuk salin menlengkapi dan
membantu memuaskan.
Aldo nafsu sekali kali ini. Mungkin kontol kudaku
memang membawa rejeki untuk membuat cowok takluk. Hampir semua gay suka
kontolku apalagi banci. Sayang aku gak suka banci (maaf!). Lebih suka yang
manly terutama yang ganteng. Boleh kan kalau aku memiliki pilihan dan kesukaan?
Tiba-tiba saja dia berlutut dan langsung memasukkan
kontolku ke mulutnya. Aku tahu ini yang pertama. Terlihat dari gerakannya yang
terlihat agak ragu sekian detik pertama. Namun setelah itu dia terlihat sangat
menikmati. Kontolku memenuhi mulutnya…
“Mmmhhh …” Aldo sangat menikmati mainan barunya.
Beberapa kali dia melihat wajahku dan ingin tahu
apa kulumannya enak atau tidak. Dia tahu kalau aku sangat menikmati. Mataku
terpejam-pejam dan mengerang menahan nikmat yang tak terkira.
“Ooouuuhhhggg aaahhhh… ouw yyeeesss” erangku.
Aliran kenikmatan menjalari batangku. Hangat dan
bertambah.
Dia membuat beberpa variasi dan kadang mencoba
meniup atau mengisap kontolku. Dihisap dan dikocok adalah favoritku. Sempurna
memang hisapan seorang cowok. Cowok tau seberapa kuat dan halus memegang serta
menghisap kontol. Cewek mungkin bisa tapi tidak setepat cowok karena mereka
tidak memilikinya. Terkadang terlalu keras memegang terkadang juga terlalu
longgar. Heran juga kejadian pertama dia hampir tidak mau ML tetapi kini dia
sangat bernafsu. Bahkan mau mengulum kontolku yang keras dan berurat. Lama dia
mempermainkan kontolku hingga batang dan kepala kontolku memerah berkilat oleh
air liurnya.
Aldo tersenyum saat dia melepas kontolku dan
menciuminya. Seragam dinasnya masih belum lepas. Namanya sekarang jelas karena
tidak lagi tertutup jaket. Dia berdiri dan melepaskan celananya siap untuk
menghujamkan kontolnya.
“Eitt… gantian!” ujarku berdiri dan mengambil
pelumas dan kondom
“Tapi nanti sakit…” katanya khawatir.
“Percaya sama aku. Aku dokter…” kataku meyakinkan.
Aldo sudah tiduran telentang. Kutekuk kakinya
sehingga lubang anusnya yang perawan terbuka jelas. Jeli khusus pelumas
kuoleskan ke sana. Dan kutusukkan jari tengahku.
“OOOaaaaahhhh…” jeritnya. Mungkin terkejut. Namun
hanya sebentar…
“Oooaaaahh….” jari telunjukku kumasukkan setelah
dia cukup terbiasa.
Aku tahu pasti sakit dan pegal.
“Do kamu tahan ya… agak sakit sekikit. Nanti
setelah beberapa lama pasti akan terbiasa dan merasa enak,” ujarku.
Memang benar akan terasa sakit bahkan terkadang
berdarah bagi yang pertama kali disodomi. Tetapi setelah beberapa saat diantara
rasa sakit akan terasa enaknya.
Kukocok kontolku yang agak mengendur tadi.
Kuselimutkan kondom dengan cepat. Kuarahkan kepala kontolku ke arah lubang
kerut yang telah kubiasakan untuk menerima benda asing tadi.
“Santai broo…” Ujarku sambil mengarahkan dan
mendorong.
Aku tahu Aldo sangat tegang dan menanti rasa sakit
itu. Kuoleskan lagi jeli banyak-banyak ke kondomku. Terasa ketat dan licin
sekali. Bukan lebih cepat masuk tetapi bertambah licin dan sering terpeleset.
Namun terasa lebih mudah setelah dibantu tangan.
“Wwwuuuuuahhhh … sempit ahhh enakk…” aku terdiam
setelah masuk separo.
Ya. Harus begitu, aku tidak mau Aldo kapok karena
aku bermain kasar. Lagian pada pengalaman pertama ini sudah termasuk bagus.
Aldo semakin rilex dan tidak lagi terlalu mengencangkan otot anusnya.kucoba
untuk menariknya sedikit lalu memasukkan lagi. Kuulangi lagi.
Aldo mencoba pasrah. Aku tahu dia sedang mencari
nikmat seperti yang kuiklankan kepadanya. Satu lagi aku tidak boleh bermain
terlalu lama dengan bottom baru atau dia bakalan sakit dan menderita bengkak.
Maka segera kukayuh pedal sexku hingga kontolku menghujam lumayan dalam.
“Oooouuughhh…..” Aldo menjerit.
“Sabar do.. sebentar lagi juga enak” ujarku.
Aldo mengangguk tapi wajahnya menyiratkan keraguan
dan kesakitan. Tapi dia bisa bertahan mungkin ini karakter yang dia dapatkan
selama pendidikan di kepolisian. Dia menahan sakit sewaktu aku mulai memasukkan
kontol lagi. Lama kelamaan wajahnya yang memerah mulai mengeluarkan butir-butir
keringat. Uhhh dadanya juga…
Perlahan tapi pasti gerakanku tambah keras…
“Oh oh oh.. aw ahh ahhh…” Aldo mulai mengerang.
Aldo akhirnya menemukan juga nikmatnya jadi bot.
Aku berani taruhan kalau sejak saat ini dia bakal ketagihan kontol. Tiba-tiba
saja aku merasa orgasmeku datang. Kutari kontolku dari sana.
“Ow..” jerit Aldo sambil ingin tau apa yang baru
saja dicabut dari pantatnya yang pasti terasa kosong.
Kulepas kondom itu… kukocok kontolku di depannya.
Aldo juga mengocok kontolnya dengan cepat
dan …
“Aaahhh…”
“Aaaahhh…” kami memuncratkan mani bersama….
Nikmat sekali. Aku tidur di sebelah Aldo. Aldo
mencampurkan mani kami dengan telapak tangannya. Lalu dia melebarkan hingga
dadanya. Menguar bau mani lelaki. Belum sempat sadar telapak tangan Aldo sudah
menempel di pipiku. Sialan!
Aldo memegang kedua pipiku dan mencium mulutku
lagi.
Lalu kami sempat terlelap pipi kami beresentuhan.
Aku terbangun waktu kurasa kontolku terasaenak diremas-remas Aldo. Aku membuka
mata dan tersenyum. Aldo menciumku lagi.
“Mandi yuk sayang…” ajak Aldo lembut.
Ini pertama kali Aldo memanggilku sayang. Ah, ada
saja dia.
“Yuk…” katanya sambil membangkitkan aku dari
tidurku.
Aku dicium lagi. Aku pun balas menciumnya. Ah
romantis nian.
Kami berjalan bergandeng pinggang tanpa ingin
melepas. Bahkan ke kamar mandi pun kami berciuman. Ah indah sekali saat itu.
Aldo masuk dan mulai menyalakan shower. Dia sibuk mencari hangat yang pas.
Aku tak mau tinggal diam. Aku memeluknya dari
belakang dan mencium tengguknya. Dia menikmati adegan kami. Air memancur bagai
hujan dari atas… aku jadi teringat waktu pertama kali Aldo membantuku
membetulkan Ban. Wajahnya juga basah…
“Yang, terimakasih sudah membantuku membetulkan ban
ya…” ujarku
“Hah?!” sejenak Aldo kaget dengan kata-kataku yang
tidak nyambung. Namun dia tersenyum.
“Aku suka kamu sejak melihatmu dalam basah oleh
hujan itu…”
Aw aw aw kata-kata yang indah.
Kami terlibat dalam sebuah ‘french kiss’ yang
begitu dalam.
Badan kami bertempelan, mani yang tadi mengering
sekarang terasa licin di dada kami. Ada yang keras dan hangat di bawah perut
bertempelan… kontol kami. Aku mencoba menggerakkannya dan enak rasanya…
Sementara lidah kami liar di mulut lawan ciuman…
pantat kami pun liar bergerak.
Terkadang kami berpelukan erat di bawah air
pancuran itu. Aku suka seperti suasanya hujan waktu itu. Hanya tempat dan
suasananya berbeda. Aku merasa ingin membekukan waktu seperti ini dalam
hidupku. Agar pada saat aku ingin tinggal mencairkan dan mengulanginya lagi.
Sayang waktu tidak mau berhenti. Aku pun jongkok
dan mengulum kontolnya. Aku mengisapnya. Ini nikmat sekali apalagi dilakukan di
bawah derasnya air shower.
Kepalaku maju mundur memberi kenikmatan kepada
batang kejantanan Aldo. Sementara tangan Aldo memainkan puting dan
mengelus-elus dadanya yang bidang. Sambil melenguh dan menikmati nikmatnya
diisap.
“Di… udah.. udahh… ” tiba-tiba dia melepaskan
kontolnya dari mulutku.
Rupanya dia tidak mau keluar dahulu… lalu aku
dibimbingnya berdiri dan kontolku diraih dan dikocok dengan tangannya sementara
mulutnya menciumiku… di pipi, telinga dan leherku.
“Aaaahhh… Pak Polisiku sayannnggg…”erangku
Kami berdua mulai terbakar api asmara sesama jenis
lagi… nafsu.
Aldo meraih paha kiriku dan mengangkat kakiku ke
pahanya. Dengan demikian pantatku terbuka. Aldo mengarahkan kontolnya ke sana…
ada sesuatu yang pegal dan geli merayapi lubang anusku. Lalu aaaahhhh nikmat
yang terasa. Apalagi yang memasuki tubuhku adalah kontol Aldo sayangku.
Ooouuuuhhhh nikmat rasanya…. tanpa terasa kontolku
tegang mengacung-ngacung diantara perutku dan perut Aldo.
Tiba-tiba saja mati lampu… keadaan menjadi gelap.
Hujan deras di luar rupanya. Kilat menyambar-nyambar diluar menimbulkan bayangan
tersendiri. Ah tepat nian seperti waktu ban mobilku bocor…
Kami berciuman dalam gelap ahhh… ini takkan
terlupakan. Rasa de javu dan mimpi jadi kenyataan berbaur jadi satu. Ooo
sungguh momen yang indah.
“Hardiii… aku hampir neh….” bisik Aldo di telingaku.
Kuraih kontolku dan kukocok dengan cepat. Aku ingin
orgasme bersama lagi.
“Aaaahhh.ahhhhh…” Aldo semakin buas menusukkan
kontolnya.
“Harrrrr aaaaahhhhmmmmmm…..” Aldo memelukku sangat
erat menekan kontolku.
Akupun mengejang dan berkedut karena akupun
orgasme. Tiba-tiba lampu menyala.
Aldo melepaskan kontolnya dari anusku. Kami
berpelukan dan berciuman masih di bawah shower. Ah indahnya… saat dia juga
tersenyum.