Page Tab Header

Wednesday, March 29, 2006

Cerita: Tempat Kenangan



Cibodas


Hari rabu itu aku baru keluar dari kantor jam 10.30 malam. Aku kos di daerah Taman Cibodas Tangerang, jadi mobil kantor yang nganter aku pulang sampai di depan gerbang perumahan saja, selanjutnya aku jalan kaki. Aku biasa pulang malam seperti ini jadi nggak ada yang istimewa.

Aku melewati beberapa tukang becak yang masih mangkal, lalu masuk ke gang di sekitar belakang pertokoan dan saat aku lewat aku melihat sesosok orang sedang kencing. Tapi dia kencing pas di bawah lampu jalan, jadi aku bisa melihat dengan jelas kontolnya yang memuncratkan air kencing. Aku sedikit terpana dan memperlambat jalanku untuk mendapatkan pemandangan itu lebih lama.

Gesekan hak sepatu kerjaku di pavling blok menimbulkan bunyi yang membuatnya menengok. Dia menatapku dan aku masih menatap kontolnya tadi. Aku rasa dia sadar sekali aku memperhatikan kontolnya dan dia berbalik arah lalu menghadap ke arahku. Sekarang pemandangan itu ada di hadapanku. Kontolnya sudah tak lagi menyemburkan air kencing tapi dia membiarkannya tebuka ke arahku. Tak ada ekspresi apapun dari wajahku, aku antara takut dan suka dan juga cemas.

Bukannya memasukkan kembali kontolnya, pria tegap yang aku taksir berumur 35-an itu malahan menggenggam batang kontolnya dan mengocoknya perlahan. Aku menarik nafas dan tetap berjalan. Jalanan sepi hanya ada aku dan dia. Saat aku tepat berada disampingnya, dia kembali menghadap ke arahku dan tetap mengocok kontolnya yang sekarang mulai mengeras. Aku beranikan diriku untuk berhenti dan menatapnya. “Mau ngocokin kontol gua nggak?” kata orang itu padaku. Aku tak menjawab apapun, karena aku masih antara bingung dan takut. “Nggak usah takut, kalo lo mau gua ada tempat. Tuh di warung itu,” ujarnya menjawab keraguan di wajahku sambil menunjukkan lapak tempat biasa tukang ketoprak berjualan kalau pagi.

Aku mengangguk dan dia berjalan ke arah lapak itu. Kontolnya masih bergelayutan di luar celana dan bergoyang kiri-kanan mengikuti gerak badannya. Secara fisik pria itu sangat mengesankan. Tingginya sekitar 170cm dengan badan kekar dan tangan yang besar. Rambutnya agak keriting dan dipotong pendek. Tanpa ragu dia kemudian naik ke atas meja tempat biasa untuk jualan dan tidur terlentang. Kontolnya sudah ngaceng sempurna sekarang.

Dia menatapku sambil tersenyum dan berkata, “Gua pasrah kontol gua mo lo apain aja, yang penting enak.” Aku tersenyum antara kaku dan kikuk, tapi kontol itu sungguh-sungguh menggoda. Apalagi saat dia menurunkan celana jeans selututnya yang lusuh hingga lepas, hatiku bener-bener tergoda. Kontolnya sekitar 16cm tapi gemuk, dan jembutnya yang keriting memenuhi area sekitar pangkal kontolnya yang ngaceng. Batang kontolnya sendiri agak melengkung dihiasi dengan urat-urat yang menonjol.

Aku tak bisa lagi menahan diri. Segera kuletakkan tas kerjaku di kursi kayu dan langsung kugenggam batang kontol itu lalu kukocok-kocok dengan cepat. Dia melenguh keenakan sambil matanya terpejam, entah apa yang dia bayangkan. Aku dekatkan hidungku ke batang kontolnya, Sssshhh aroma khas selangkangan tercium olehku. Aku tak perduli lagi apa yang terjadi, aku naik ke atas meja dan membalikkan batang kontolnya hingga kepala kontolnya menyentuh kulit sekitar bawah perut. Lalu aku kangkangkan pahanya agak lebar agar aku dapat akses yang lebih enak lagi.

Biji pelernya yang besar dan menempel di meja kayu itu sangat menarik perhatianku. Aku pegang salah satunya dan aku angkat, lalu kujulurkan lidahku untuk mulai menjilatinya. Dia melenguh semakin kuat. “Mas, jangan kuat-kuat suaranya nanti ada yang tau.” kataku mengingatkannya. “Tenang aja, ini tempat gue biasa ngentot ama tuh tukang-tukang becak di depan.” Aku kaget bagai disambar petir. “Mas biasa ngentot disini? sama tukang-tukang becak yang di depan?” aku memastikan apa yang dia katakan. “Iya. Tapi sama mereka, gua langsung maen entot aja. Mana pernah gua dijilatin kayak gini.” Aku tersenyum dan melanjutkan libasan lidahku disekujur biji peler orang itu.

Dia semakin kuat melenguh. Aku kini bergerilya hingga akhirnya aku mencapai pangkal kontolnya bagian bawah. Aku mainkan ujung lidahku menjilati bagian antara pangkal kontol bawah dengan biji pelernya dan tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang asin. Rupanya precum dia sudah keluar. Aku sangat suka precum sehingga lidahku kini bermain di lobang kencingnya dan menjilati precumnya yang terus mengalir keluar. Dia sangat suka lobang kencingnya dikilik-kilik seperti ini dan berkali-kali dia menghembuskan nafas yang berat dan memburu.

Apalagi saat seperti aku memasukkan kepala kontolnya yang besar ke dalam mulutku. Dia menggeram. Aku menghisap kuat-kuat kepala kontolnya sehingga dia menggelinjang tidak keruan. Aku pikir dia bakal memuncratkan pejuhnya, tapi dia bener-bener tahan banting.

Tiba-tiba aku mendengar suara orang, “Bono, dimana lo..!!” Aku panik dan melepaskan isapanku pada kontolnya yang tadi sudah kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku. “Sini Oi…” teriak orang yang kontolnya barusan aku isep. “Tenang aja, dia Karman temen gua. Kontolnya gede, lo pasti suka.” Tak berapa lama ada orang yang membuka lapak plastik tempat kami berada. “Wisss… lo ngentot nggak bilang-bilang, siapa nih?” ujarnya menatapku yang sekarang hanya tinggal memakai celana dalam saja. “Tenang aja, kalo lo mo ikut buruan, gua lagi enak nih.” ujar orang bernama Bono yang tadi kontolnya aku hisap.

Tak perlu berkata dua kali dia langsung melucuti pakaiannya sampai bugil. Dan benar apa yang Bono katakan, kontolnya memang sangat besar. “Tuh apa gua bilang. Gua paling suka kalo ngentot sama dia, gede sih.” Aku tersenyum dan melanjutkan isapanku sambil berharap orang yang bernama Karman ini akan mengentotku. Karman berdiri di samping kami dan memperhatikan isapanku sambil mengocok kontolnya. Aku melirik dan kemudian menggapai batang kontolnya dengan tangan kiriku. Aku kocok-kocok pelan sementara aku ngulum kontol si Bono.

Kontol Karman mengembang nggak tanggung-tanggung. Besar banget, persis seperti pisang ambon malahan kontol Karman lebih besar lagi. “Mas, nanti entot aku yah. Pasti enak dientot kontol segede ini.” kataku sambil menggoyang-goyangkan batang kontolnya. “Aku entot sekarang aja yah?” katanya. Tanpa menunggu persetujuanku dia berjalan ke belakangku. Aku sudah siap dan langsung menungging dengan membuka pahaku. Karman melepaskan celana dalamku dan meludah lalu dioleskan ke lobangku.

Lobangku berdenyut-denyut tak sabar menanti kontol Karman. Aku meletakkan kepalaku di paha Bono yang berbulu dengan hidungku menyentuh samping batang kontol Bono menunggu kontol Karman. Bono juga melihat Karman sedang bersiap-siap. Aku merasakan ujung kepala kontol Karman menempel di bibir lobang aku dan tak lama aku merasakan kepala kontolnya menekan lobang anusku. Besar sekali, lobangku terasa terbelah. Rasanya benar-benar luar biasa, aku sangat menikmati setiap gesekan saat kepala kontol Karman berusaha masuk.

Plop … kepala kontol itu berhasil masuk. Tanpa menunggu lagi dia langsung menghujamkan seluruh batang kontolnya sampai amblas. Aku merasa begitu penuh dan begitu enak sehingga aku benar-benar bergairah. Kontol Bono langsung aku caplok lagi ke dalam mulutku. Karman memang jago ngentot, dia memilin-milinkan batang kontolnya di dalam lobangku sambil menarik ke atas, lalu dengan kembali dihujamkan dengan sangat cepat dan keras, ah rasa yang luar biasa.

Aku semakin menguatkan sedotanku pada kontol Bono dan jemariku juga memilin batang kontolnya. Bono berteriak-teriak histeris dan aku sangat yakin kali ini dia pasti segera memuncratkan pejuhnya. Jadi aku rapatkan kedua bibirku saat tubuh Bono mengejang, tak kubiarkan dia menarik kontolnya dari mulutku karena aku ingin menelan pejuhnya.

Bono menggeram dan kemudian dia menghujamkan batang kontolnya sampai bulu-bulu jembutnya menggelitik bibirku. Crot .. crot .. crot pejuhnya menyemprot langit-langit mulutku, sebagian ada yang langsung masuk ke tenggorokanku dan banyak yang meleleh-leleh keluar. Sementara Karman terus menggenjot lobangku dengan sangat bernafsu. Aku sudah tak kuat lagi, dientot dengan kontol sangat besar dan hujaman-hujaman keras seperti ini. Dengan cepat pejuhku mengalir dan muncrat tak keruan dari lobang kencing kontolku, berceceran dimana-mana.

Bono masih terlihat mengatur nafasnya ketika Karman menghujam dengan sangat kuat lalu memelukku begitu erat dari belakang. Aku merasakan semprotan dan aliran yang hangat di dalam lobangku. Dengusan nafas Karman terdengar tak keruan .. ahh.. puas sekali rasanya.

 
 
 
Laut Ketang

Sore hari senin saat pemilu presiden, aku bosan di rumah dan memutuskan untuk pergi ke laut yang tidak jauh dari rumah. Tempatnya sepi apalagi kalau sudah sore dan yang ada hanya mereka yang suka memancing. Sebenarnya ini juga alasanku pergi ke .

BIasanya selesai memancing, para pemancing itu suka mandi di laut mereka berbasah-basah dan setelah selesai mereka pergi ke balik bebatuan untuk mengganti pakaiannya yang basah. Dan aku senang sekali berada di bebatuan itu bisa mengintip mereka yang tanpa malu-malu telanjang mengganti pakaiannya.

Nah di hari itu laut sedang surut dan ada dua orang yang aku nggak tau apakah mereka nelayan atau hanya orang biasa yang punya hobi mancing. Mereka berdua bertubuh tegap, satunya lumayan tampan dengan bodi kekar serta kulit tidak terlalu hitam, yang satunya lagi berkulit gelap. YAng aku incar yang berkulit tidak terlalu hitam ini, dia memakai celana training panjang putih dan berburu ikan.

Setelah aku mendekat, wuih pemandangannya menyenangkan. Ternyata dia sama sekali tidak memakai kolor, karena saat dia berdiri, terlihat jelas kontolnya tercetak di celana, dan bayangan hitam jembutnya juga terlihat. Kontolku ngaceng seketika. Lalu dengan sabar aku tunggu dia mengganti pakaian dan aku sudah menunggu disana pura-pura mengambil ikan-ikan kecil.

Tempat biasa mereka ganti pakaian itu terdiri dari bebatuan yang biasa ada di laut dan tinggi-tinggi. Sekelilingnya semak belukar dan tempat itu cukup terlindung kalau anda memang tidak sengaja untuk melihatnya atau memang berada di dekat situ. Ternyata kesabaranku berbuah hasil, dia berjalan ke arah bebatuan tempat aku berada sambil membawa celana jeans birunya, aku lihat dia lirik kiri kanan. Dia memperhatikan aku sebentar, aku tahu itu, lalu dia menurunkan celana panjangnya dan aku melirik, ASTAGA!

Itu kontol terbesar yang pernah aku lihat, bahkan dalam keadaan seperti itu, panjang kontolnya hampir menyamaiku kontolku kalau ngaceng, padahal aku pernah ukur kontolku kalau ngaceng sekitar 14cm. Aku berdiri dan berjalan ke arahnya sambil pura-pura memperhatikan sekitar. Lalu saat itu dia menatapku, dan aku juga menatapnya, lalu aku menurunkan pandanganku ke arah kontol yang kini terlihat sangat jelas.

Kontolnya ternyata tidak berjembut lebat hanya ada sedikit saja itupun tidak terlalu panjang, tapi kepala kontolnya sangat besar sampai-sampai aku tak percaya apa yang aku lihat. Lalu aku tersadar kalau aku melakukan kesalahan dengan menatap seperti itu, lalu aku menatap dia lagi dan ternyata dia masih menatapku tanpa ekspresi. Kemudian dia melirik ke arah kontolnya dan kembali menatapku. Aku mencoba tersenyum dan ternyata dia juga tersenyum meski terlihat sangat kaku.

“Maap mas, nggak sengaja. Soalnya baru sekali ini aku lihat ada kontol sebesar itu,” ujarku dengan berani. Aku melihat ekspresi wajahnya yang terkejut dengan perkataanku. LAlu dia menjawab, “Nggak apa-apa, saya biasa mandi telanjang di kali,” Aku semakin berani dan berjalan mendekatinya sambil sesekali berpura-pura melihat ikan di air. “Kalau lemes aja segede gitu, gimana kalau ngaceng,” “Ah bisa aja,” “Bener kok,” ujarku sambil kemudian duduk di batu dan aku melihat dia agak canggung namun dia masih telanjang bulat. “Kalau punya aku segede itu, aku pasti seneng banget,” Dia hanya tersenyum mendengar perkataanku barusan. “Pernah ngukur gak mas?” tanyaku lagi. “Nggak pernah, yah memang gini adanya,” “Mas, boleh nggak aku pegang kontol mas, aku pengen ngerasain sebesar apa kalau ngaceng,” Dia terlihat kaget lagi dengan perkataanku dan sedikit menelan ludah dengan agak gugup dia berkata, “Ngapaian megang kan sama aja,” “Yah nggak sama lah mas, boleh ya,” ujarku semakin berani dan semakin dekat dengannya. Dia menengok kiri kanan beberapa kali lalu berkata, “Yah.. ya boleh lah, tapi kalau ada orang lepasin ya,” “Beres,” ujarku sambil tersenyum.

Lalu aku dengan sedikit gugup memegang batang kontolnya. Hangat sekali terasa dan dalam hitungan detik kontol itu membesar di genggamanku sampai maksimal. GIla … gede banget!! kepala kontolnya itu membuat aku tak tahan. Aku melirik ke arahnya, dan ternyata dia juga sedang memperhatikan aku sambil sesekali memperhatikan sekelilingnya. Aku elus-elus kepala kontolnya, lalu batangnya mulai aku kocok-kocok. Semakin lama kocokanku semakin kencang dan sesekali aku memilin pelan batang kontolnya. Aku merasakan ada gerakan dia seperti sedikit maju mundur atau memompa tanganku dan juga seperti berputar.

Sekarang sambil aku kocok batangnya, tanganku yang kanan mulai gerilya ke arah biji pelirnya. Biji pelernya sangat tidak sinkron karena berukuran biasa saja, sementara batangnya begitu panjang dan besar serta berurat. Seperti juga dipangkal kontolnya, biji peler dia bahkan sama sekali tidak berjembut. Aku pijat pelan biji pelernya dan dia mulai berdesah-desah pelan. Aku melihat dia memejamkan matanya, aku pikir sekarang atau tidak sama sekali.

Dengan cepat aku menempelkan bibirku di kepala kontolnya. Dia segera bereaksi dan sangat kaget dengan yang aku lakukan, dia sedikit menarik dirinya. Tapi aku tidak mau melepasnya, aku pegang pantatnya lalu tarik kembali ke arahku. Sekarang batang kontolnya aku arahkan ke atas dan aku mulai menjilat bagian bawah batang kontolnya mulai dari bagian bawah hingga ke lobang kencingnya, memainkan ujung lidahku di kepala kontolnya yang semakin berwarna ungu, aku tahu dia sangat keenakan. Lalu dengan beberapa kali usaha aku berhasil memasukkan kepala kontolnya ke mulutku dan langsung aku sedot-sedot dengan kencang, dan aku bisa merasakan urat-urat disekeliling batang kontolnya semakin membesar dan dia juga semakin kuat mengocok mulutku.

“Lepas mas, lepas, saya mau keluar,” kata dia. “Mmmgrrrppphh,” ujarku tak jelas karena mulutku penuh dengan kontolnya sambil menggelengkan kepalaku tanda aku tak mau melepasnya, lalu aku pegang pantatnya dengan kedua tanganku, dan dia masih sedikit berontak. Aku terus menggerilyakan lidahku dan seperti dia pasrah, lalu dia sedikit mengerang dan tak lama mulutku penuh dengan sperma yang sangat banyak di semprotkan dari lobang kontolnya. Banyak juga yang mengalir ke luar dan menetes. Aku terus menyimpan kontolnya di mulutku sampai akhirnya perlahan kontolnya mulai lemas dan aku lepaskan.

Setelah batang kontolnya berada di luar, aku pegang sekali lagi lalu aku jilat-jilat kepalanya dan sisa-sisa sperma yang masih ada. Enak sekali. Dia terduduk di bebatuan dan sedikit terengah-engah. Dia tersenyum malu menatapku, lalu memakai celana jeansnya. “Namanya sapa mas?” tanyaku. “Ahmad,” jawabnya pendek. “Kenalin aku Adi,” ujarku lagi sambil mengulurkan tanganku. Setelah beberapa lama terdiam, dia berkata, “Mas Adi ini suka ya yang beginian,” “Iya, aku suka banget sama kontol apalagi kalo gede kayak punya sampean,” Dia tertawa pelan, lalu aku berkata, “Temen satunya nggak ganti baju juga,” Dia lagi-lagi tersenyum. “Kayaknya enggak, dia cuman pake celana itu,” “Kalo kamu pernah nggak mad yang beginian?” “Ah nggak mas, paling-paling ngocok aja,” “Mad, jangan panggil mas lagi ya, panggil aja Adi,” “Iya deh. Emm aku pergi dulu ya di, nanti temanku nungguin,” “Ya udah, tapi kalau kamu masih mau diisep lagi kapan-kapan, aku sering kok kesini. Itu mobilku, jadi kalo ada mobil itu pasti ada aku. Kalau mau ajak teman kamu itu juga nggak apa-apa,” Dia hanya tertawa saja, lalu permisi dan pergi.

No comments:

Post a Comment