Ketika
Istriku Menjadi Budak Seks Bosku
Bagian I: Permulaan
Audrey
Cerita ini bermula
ketika aku dan istriku sudah membina rumah tangga selama 2 tahun. Aku bernama
Tommy dan Istriku bernama Audrey, umurnya saat ini 27 tahun, berwajah cantik,
kulitnya putih, tinggi badan sekitar 165cm, rambutnya sedikit lebih panjang dari
bahu. Kehidupan kami berumah tangga sangatlah baik, kami termasuk keluarga yang
mapan. Sebagai istri, Audrey adalah istri yang baik, ia adalah seorang wanita
yang alim dan sopan. Untuk urusan ranjang, Audrey dapat dikatakan bukanlah
seorang ahli, laki-laki pertama yang menidurinya adalah aku yaitu pada saat
malam pengantin kami. Dua tahun kehidupan perkawinan kami berjalan baik-baik
saja, kami belum mempunyai keturunan, mungkin kekurangannya adalah kehidupan
seks kami terlalu biasa-biasa saja. Kami mungkin hanya berhubungan badan sekali
dalam 2 minggu dan itupun hanya dengan cara yang sangat konvensional yaitu
posisiku di atas dan dia di bawah. Audrey tidak menyukai atau bahkan dapat
dikatakan tidak mau dengan gaya lain selain gaya konvensional tersebut. Entah
kenapa setelah 2 tahun berumah tangga, pada waktu berhubungan badan dengan
Audrey, aku selalu membayangkan Audrey sedang disetubuhi laki-laki lain, dan
hal tersebut terus berulang sampai-sampai pada saat sedang tidak berhubungan
badanpun dengan Audrey aku selalu memikirkan bagaimana rasanya melihat Audrey
disetubuhi laki-laik lain. Aku bekerja di sebuah perusahaan multi-nasional,
bossku adalah seorang warga negara China, umurnya sekitar 59 tahun, badannya
sangat gemuk dan kepalanya sudah mulai botak, hanya tinggal rambut-rambut tipis
menutupi bagian kepala belakangnya. Bossku ini, namanya Wen sangatlah baik
kepadaku, dapat dibilang akulah tangan kanannya di Indonesia. Orangnya suka
bergurau masalah-masalah seks. Wen sering sekali menanyakan kabar Audrey, memang
sudah beberapa kali Wen bertemu dengan Audrey dalam acara-acara kantor,
terlihat sekali dia sangat tertarik pada Audrey yang memang sangat cantik dan
menggiurkan banyak laki-laki. Suatu ketika Wen menanyakan kehidupan rumah
tanggaku, seperti biasa dia menanyakan kabar Audrey dan menanyakan mengapa
sampai saat ini kami belum mempunyai keturunan dan apakah hal tersebut
disengaja karena memang belum menginginkan keturunan. Mendengar pertanyaan
tersebut, akupun menjawab bahwa sebenarnya aku dan Audrey menginginkan
keturunan tapi memang belum berhasil mendapatkannya.
“Mungkin cara kamu
salah Tom, berapa kali kamu berhubungan badan dengan istrimu dalam seminggu”
Tanya Wen kepadaku.
“Yah sekitar sekali
dalam 2 minggu dan pada saat istriku dalam keadaan subur” jawabku singkat.
“Waah, mungkin kamu
harus periksa ke dokter tuh, dokter ahli kandungan dan dokter ahli jiwa. Kenapa
ke dokter ahli jiwa? Karena kamu punya istri cantik tapi hanya ditiduri sekali
dalam 2 minggu atau pada saat subur saja. Kalau Audrey itu istriku, pasti aku
tiduri dia tiap hari dan berkali-kali” candanya kepadaku.
Mendengar hal tersebut,
entah setan apa yang menghinggapi diriku, timbul sebuah ide dalam benakku.
“Mr. Wen mau tidur
dengan istriku? Bilang saja terus terang” celotehku.
Mendengar perkataanku
muka Wen terlihat kaget dan tidak percaya.
“Kalau saya bilang
memang sangat mau bagaimana?” katanya memancingku.
“Ya boleh saja”
sahutku.
Kemudian aku
menceritakan kepada Wen bahwa akhir-akhir ini aku selalu membayangkan aku
menyaksikan Audrey ditiduri laki-laki lain, dan aku juga menjelaskan bahwa
mungkin pikiranku ini hanya akan jadi khayalan semata mengingat betapa alimnya
Audrey. Ternyata gayung bersambut. Wen menjelaskan dan meyakinkan kepadaku
bahwa sebenarnya tidak ada wanita yang alim dalam seks, wanita hanya memerlukan
pancingan dan pengaturan “permainan” dari laki-lakinya untuk membangkitkan
nafsu yang ada dalam dirinya. Wen kemudian mengatakan bahwa dirinya akan dengan
senang hati membantu khayalanku menjadi kenyataan kalau memang aku
mempercayainya. Mendengar itu akupun langsung mengiyakan. Wen kemudian
memastikan lagi apakah aku tidak akan apa-apa kalau dirinya meniduri Audrey dan
menanyakan apakah aku meminta imbalan sesuatu dari dirinya agar dia
diperbolehkan meniduri Audrey. Aku menjawab bahwa aku tidak meminta apa-apa,
aku hanya minta diperbolehkan untuk melihat dan menonton Wen meniduri Audrey.
“Hahaha…rupanya kamu
sudah ingin sekali melihat istrimu ditiduri laki-laki lain ya” candanya
kepadaku.
“Ya begitulah”, jawabku
singkat.
“Oke, kalau begitu
jumat depan bawa istrimu ke villa xxx di puncak pada pukul 8.00 pm” sahut Wen
sambil menunjukan ancer-ancer dimana villa itu berada.
Bagian II: Pesta di
rumah Wen
Mr. Wen
Mr. Wen
Pukul 8 malam aku dan
Audrey telah berada di depan villa yang dimaksud oleh Wen. Audrey memakai gaun
malam panjang. Wajahnya terlihat sangat cantik dengan sapuan make-up tipis.
Badannya tetap terlihat menawan meskipun ditutupi oleh gaun malam yang panjang.
Seorang pelayan yang rupanya bertugas menyambut tamu mempersilahkan kami masuk
ke ruang tengah. Villa tersebut sangatlah besar ditengah perkebunan teh dengan
halaman belakang dengan kolam renang dan jacuzzi. Ruang tengah villa tersebut
sangatlah besar dan telah disulap menjadi diskotik dengan lagu house music yang
berdentum keras. Sudah banyak tamu lain baik wanita maupun laki-laki yang telah
datang lebih dahulu daripada kami. Semua tamu kelihatannya adalah teman-teman
Wen, mereka adalah sesama pengusaha China daratan yang ada di Indonesia,
rata-rata mereka berusia di atas 50 tahun. Aku tidak melihat satupun rekan
kerjaku di kantor yang datang, mungkin karena memang tidak diundang. Melihat
kami, Wen menyambut aku dan Audrey dengan ramah. Wen kemudian mempersilahkan
kami menikmati pesta yang diadakannya dan menjelaskan kepada kami bahwa pesta
ini diadakan untuk networking sesama pengusaha China daratan di Indonesia.
Kemudian Wen meninggalkan aku dan Audrey dan mempersilahkan kami untuk memesan
minuman langsung ke bar di pojok ruang tengah. Kamipun menuju bar untuk memesan
minuman. Audrey memesan segelas jus buah dan aku segelas bir, dan kamipun
menikmati pesta tersebut dan berbincang-bincang dengan tamu-tamu yang lain.
Sekitar satu jam kemudian, yaitu tidak beberapa lama setelah Audrey
menghabiskan jus buahnya, aku melihat terjadi perubahan pada diri Audrey.
Audrey mulai menikmati lagu house music di ruangan tersebut dan mulai
menggerakan badannya mengikuti alunan house music. Wen kemudian mendekati kami
dan mengajak Audrey ke dance floor. Audrey tanpa meminta ijin dariku mengikuti
Wen ke dance floor dan mulai menari dan berdansa dengan Wen. Aku melihat
teman-teman Wen baik wanita dan laki-laki semuanya mendekat kepada Wen dan
Audrey dan kemudian menari bersama. Sedangkan aku hanya duduk disofa dan
menonton sambil meminum birku. Pesta berlangsung meriah, tidak terasa 3 jam
sudah berlalu. Audrey masih menari dan berdansa dengan tamu-tamu lainnya. Aku
melihat sudah beberapa gelas minuman yang ditawarkan kepada Audrey dan
dihabiskannya. Kemudian 3 tamu wanita mengajak Audrey ke lantai atas villa, aku
berusaha mengikuti tapi tiba-tiba tangan Wen mencegahku di kaki tangga menuju
lantai atas.
“Biarkan saja, kamu
harus mengikuti semua arahan saya kalau mau rencana kita berjalan lancar” kata
Wen kepadaku.
2 jam telah berlalu
semenjak Audrey naik ke lantai atas villa, tamu-tamu sudah banyak yang pulang,
ketika tiba-tiba Wen memanggilku.
“Ayo ke atas” ajak Wen
kepadaku. Akupun mengikuti Wen ke lantai atas bersama 4 tamu pria yang lain
yang aku tidak tahu namanya.
Di lantai atas, Wen
membimbing kami ke dalam sebuah kamar. Kamar tersebut sangatlah besar lengkap
dengan segala furniture mewah, dan tepat ditengah kamar terdapat tempat tidur
king size dengan sprei berwarna merah marun dengan TV LCD yang sangat besar
menempel di dinding dan menghadap ke tempat tidur tersebut. Sebuah connecting
door yang tertutup telihat di salah satu sisi ruangan itu menandakan kamar
tersebut tersambung dengan kamar yang lain. Audrey dan 3 tamu wanita sudah
berada di kamar tersebut, mereka sedang berbincang-bincang dengan akrab.
“Nah, ini kamar buat
Tommy dan Audrey, yang lain ayo ikut saya, akan saya tunjukan kamar
masing-masing” kata Wen sambil mempersilahkan tamu-tamu yang lain keluar dari
kamar itu.
“Selamat malam dan
selamat tidur, besok kita pulang ke Jakarta” kata Wen kepadaku dan Audrey
sambil meninggalkan kami berdua di kamar tersebut.
Aku tidak tahu apa
rencana Wen jadi aku hanya mengikuti saja apa yang diinstruksikannya. Setelah
membersihkan badan, aku dan Audreypun naik ke tempat tidur. Beberapa saat kami
mencoba tidur namun tidak bisa. Aku masih bingung dengan apa yang akan terjadi,
mengapa Wen tidak melakukan apapun juga, sedangkan Audrey terlihat gelisah
tidak tahu apa penyebabnya. Tiba-tiba Audrey memalingkan wajahnya kepadaku dan
memelukku. Tanpa berkata apa-apa dia menciumku dan aku balas ciumannya.
Beberapa saat kami
berciuman, Audrey berkata “Buka bajunya Tom, aku kepengen nih”.
Sedikit kaget aku
melihat Audrey menjadi agresif, tidak biasanya Audrey mengajak aku melakukan
hubungan badan, biasanya aku yang selalu mengajaknya.
“Mungkin ini akibat
minuman yang diberikan Wen di pesta” pikirku.
“Mungkin ini ada
kaitannya dengan rencana Wen” pikirku lagi.
Maka akupun menuruti
apa yang diinginkan Audrey. Akupun melepaskan seluruh pakaianku dan kemudian
aku melepaskan seluruh pakaian Audrey sehingga kami berdua telanjang bulat. Aku
dan Audrey berciuman, berpelukan dan melakukan foreplay, namun meskipun telah beberapa
saat melakukan foreplay, aku menyadari sesuatu hal yang aneh, kemaluanku tidak
dapat berdiri dan mengencang.
“Ini pasti karena bir
yang diberi oleh Wen, dia pasti mencampur sesuatu pada birku” pikirku dalam
hati.
Kami mencoba segala
macam gaya foreplay, namun meskipun sudah lebih dari 1 jam teta kemaluanku
tidak dapat berdiri.
Audrey terus mencoba
membangunkan kemaluanku, namun tetap tidak berhasil. Raut frustasi nampak di
wajahnya. Terlihat sekali Audrey ingin berhubungan badan, gejolak dalam dirinya
sudah tidak tertahankan lagi, namun keinginannya tidak dapat terpenuhi karena
kemaluanku tidak bisa berdiri dan mengeras. Kami terus mencoba, namun tetap
tidak berhasil. Wajah Audrey semakin terlihat frustasi, namun nafsu seksnya
masih menggebu-gebu bahkan aku lihat tiap menit semakin bertambah. Tiba-tiba
connecting door kamar kami terbuka dan Wen masuk ke dalam kamar kami dengan
hanya menggunakan jubah tidur. Aku dan Audrey sangat kaget. Audrey langsung
menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut.
“Maaf, mungkin saya
bisa membantu kalian” kata Wen tiba-tiba.
“Pak Wen, harap keluar
dari kamar kami” sahut Audrey dengan sedikit membentak.
Wen bukannya keluar
kamar kami, tapi malah duduk dipinggir tempat tidur kami dan berkata “Saya
melihat suamimu sedang dalam masalah, saya hanya ingin membantu”
“Apa maksudnya? Jangan
kurang ajar!” sahut Audrey dengan keras.
“Tenang, saya hanya
ingin membantu. Kita akan berpesta malam ini” kata Wen tegas.
Aku melihat Audrey
sedikit takut mendengar bentakan Wen.
“Coba kita tanya
suamimu apa pendapatnya” bentak Wen lagi kepada Audrey.
Aku sekarang menyadari
inilah rencana Wen untuk dapat meniduri Audrey. Dan aku ingin sekali melihat
Audrey ditiduri pria lain, maka akupun mengikuti permainan Wen.
“Terserah apa maunya Pak
Wen, kami akan menuruti” kataku kepada Wen.
“Tom, aku tidak mau,
apa-apan in….” Audrey belum menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba Wen menarik
selimut yang menutupi tubuh Audrey dan dengan cekatan tangan kanannya memegang
kedua tangan Audrey dan menariknya ke atas kepala Audrey, sedangkan tangan
kirinya menangkap kedua kaki Audrey.
Wen kemudian
memerintahkanku untuk memegang pergelangan kedua kaki Audrey dan membukanya
lebar-lebar. Akupun menuruti sehingga posisi Audrey sekarang tiduran dalam
dalam bentuk menyerupai Y terbalik.
“Tom, jangan bantu dia
tapi bant…..uuggghhh…..” terhenti kata-kata Audrey ketika Wen mulai menciumi
kedua payudaranya berukuran pas sesuai dengan ukuran badannya, sedangkan tangan
kiri Wen yang bebas sudah menggerayangi vagina Audrey.
“Mmmhh… saya tahu kamu
sudah nafsu berat, jangan melawan, nikmati saja” bisik Wen kepada Audrey sambil
terus menjilati kedua payudara Audrey.
“Tom, apa yang kamu
lakukan” desah Audrey sambil memandang sayu kepadaku.
Aku tidak menjawab atau
lebih tepatnya pura-pura tidak mendengar. Terlihat dimuka Audrey bahwa dia
sudah sangat terangsang karena ciuman dan jilatan-jilatan Wen dikedua
payudaranya serta tangan kiri Wen yang memainkan klitorisnya. 15 menit
diperlakukan demikian oleh Wen, Audrey mulai mengeluarkan erangan-erangan dan
rintihan-rintihan pelan, perut dan pinggangnya mulai bergerak mengikuti irama
permainan jari wen di klitorisnya. Mata Audrey semakin sayu, matanya mulai
merem melek. Kemudian Wen menghentikan ciumannya di kedua payudara Audrey dan
berkata “Gimana Tom, kamu lihat sendiri istrimu mulai menikmatinya”
“Sebentar lagi dia akan
menikmati malam yang paling menakjubkan bagi dirinya” tambah Wen sambil tetap
memaikan klitoris Audrey dengan jarinya.
“Coba kamu pangku
istrimu di pinggir kasur, pegang dan buka kakinya lebar-lebar. Aku ingin
menikmati vagina istrimu yang sudah basah ini” perintah Wen kepadaku kemudian.
Aku menuruti apa yang
diperintahkan Wen. Aku angkat Audrey dan aku duduk dipinggir kasur sambil
memangku Audrey. Aku pegang dan buka kaki Audrey lebar-lebar sehingga sekarang
Audrey posisinya dipangku olehku dan mengangkang lebar sehingga menyerupai
huruf “M”. Audrey sudah tidak melawan lagi, tubuhnya yang lemas menuruti apa
yang aku lakukan terhadapnya. Audrey hanya memandangku sayu tanpa berkata apa-apa
lagi. Kemudian Wen berlutut dilantai dipinggir kasur. Wen memandang Audrey dan
berkata
“Wow indah sekali
vaginamu Audrey, pasti banyak laki-laki yang ingin memcobanya”.
Audrey hanya memandang
Wen dengan sayu dan tidak menjawab. Wen kemudian mulai menjilati vagina Audrey
yang disertai erangan dari Audrey. Audrey hanya bisa memandang Wen menjilati
vaginanya, Audrey mulai menggigit bibirnya sendiri tanda dia makin terangsang,
kadang-kadang dia memandangku seakan-akan untuk memastikan bahwa aku tidak apa-apa
kalau dia terangsang oleh pria lain. Kemudian tangan Wen membuka vagina Audrey
dengan tangan kirinya. Hal ini membuat Audrey yang sedang memandang sayu
kepadaku kaget dan melihat ke bawah kearah vaginanya.
“Jangan…” desah Audrey
pelan.
“Tenang cantik… ini
akan enak sekali” sahut Wen dengan kasar dan tegas.
Kemudian Wen memasukkan
kedua jarinya ke dalam vagina Audrey dan menggerakkannya keluar masuk dan
memutar disertai jeritan kecil Audrey. Lalu kembali menjilati vagina Audrey dan
memainkan klitoris Audrey dengan lidahnya tanpa menghentikan kegiatan jarinya
di vagina Audrey.
Erangan-erangan dan
rintihan-rintihan Audrey semakin keras, badan dan pinggulnya bergerak mengikuti
permainan Wen di vaginanya. 15-30 menit diperlakukan demikian oleh Wen, Audrey
terlihat mulai mendekati orgasmenya, erangannya semakin keras, goyangan
badannya juga semakin keras dan tidak beraturan. Sampai pada akhirnya tubuh
Audrey mengejang hebat, matanya tertutup rapat dan kepalanya mendongak ke atas.
“UUUGGGHHHHH…….” erang
Audrey keras menandakan dia mengalami orgasme yang hebat. Cairan keluar dari
vaginanya, cairan tersebut sedikit memuncrat. Tidak pernah kau melihat Audrey
mengalami orgasme yang sedemikian hebat, apalagi hanya karena dijilati
vaginanya. 3 menit lamanya Audrey dipuncak orgasme. Namun anehnya setelah
orgasmenya berlalu Audrey tidak lemas, matanya malah berbinar dan wajahnya
tersenyum nakal kepada Wen.
“Istrimu sudah siap
disetubuhi. Obat yang saya berikan dalam minumannya bekerja dengan baik dan
cocok untuk dirinya. Istrimu siap untuk bersetubuh sepanjang malam. Setiap
habis orgasme badannya akan terasa semakin segar dan nafsu seksnya semakin
menggila” kata Wen menjelaskan kepadaku karena melihat aku heran dengan keadaan
Audrey.
“Sekarang kamu, duduk
saja di sofa itu dan menonton istrimu kusetubuhi. Aku lihat kemaluanmu mulai
bisa bangun lagi, artinya obat yang kucampur di birmu mulai hilang, sehingga kamu
bisa menikmati tontonan yang akan aku dan istrimu berikan spesial untukmu”
perintah Wen kepadaku.
Aku menuruti Wen dan
pindah ke sofa di samping tempat tidur. Wen mengangkat tubuh Audrey dan
menelentangkannya di tengah tempat tidur. Wen kemudian melepaskan baju
tidurnya. Ternyata di balik baju tidur tersebut Wen sudah tidak mengenakan
apapun lagi, sehingga sekarang Wen dan Audrey berdua telanjang bulat di kasur.
Audrey terlihat kaget melihat penis Wen. Penis Wen sangat besar, panjang, tebal
dan berurat. Kemudian Wen mendekati kepala Audrey. Wen berlutut mengangkangi
muka Audrey. Tangan kirinya mulai meraih vagina Audrey. Audrey yang merasa ada
tangan di vaginanya langsung membuka kakinya lebar-lebar. Wen mengarahkan
penisnya yang besar ke mulut Audrey, dan Audreypun tanpa diperintah membuka
mulutnya lebar-lebar, dan Wen kemudian mulai memasukkan kemaluannya yang besar
keluar masuk mulut Audrey yang mungil. Terlihat mulut Audrey kesulitan untuk
menerima penis yang besar itu, namun Wen dengan sedikit kasar memaksakan
penisnya keluar masuk mulut Audrey. Terlihat mulut Audrey penuh oleh penis Wen.
Audrey kelihatan kepayahan namun tetap berusaha mengikuti maunya Wen. Kemudian
Wen memerintahkan Audrey menjulurkan lidahnya keluar dengan tetap membuka
mulutnya, dan Audrey menuruti apa maunya Wen, sehingga sekarang penis Wen
keluar masuk mulut Audrey dan lidah Audrey menjilati batang penis Wen.
Sungguh suatu hal yang
menakjubkan yang terjadi di depan mataku. Audrey yang biasanya paling tidak mau
melakukan oral seks sekarang menuruti kemauan pria tua gendut yang sebenarnya
tidak begitu dikenalnya. 10 menit kemudian penis Wen sudah terlihat sangat
kencang, kemudian Wen menurunkan badannya dan mengarahkan penisnya ke vagina
Audrey. Mengetahui apa yang akan dilakukan Wen, Audrey membuka makin lebar
kedua kakinya. Wen kemudian dengan perlahan memasukkan penisnya yang besar ke
dalam vagina Audrey secara perlahan. Audrey terlihat menahan sakit ketika penis
Wen mulai memasuki vaginanya, namun raut mukanya segera berubah menjadi raut
muka takjub ketika penis Wen telah seluruhnya masuk ke vaginanya. Mungkin
Audrey tidak menyangka vaginanya dapat menampung seluruh penis Wen yang sangat
besar dan panjang itu. Setelah penis Wen masuk seluruhnya ke dalam vagina
Audrey, Wen tidak langsung menggenjotnya, namun Wen menunggu beberapa saat agar
Audrey terbiasa dengan penisnya yang besar di dalam vaginanya. Satu menit
kemudian Wen mulai menggerakkan penisnya keluar sampai hanya tinggal kepala
penisnya di dalam vagina Audrey, kemudian Wen memasukkan seluruh penisnya
kembali secara perlahan ke dalam vagina Audrey dan hal tersebut dilakukannya
berulang-ulang dengan menambah tempo iramanya makin lama makin cepat. Audrey
terlihat sangat menikmati permainan dan gerakan Wen, matanya berbinar, erangan-erangan
kecil keluar dari mulutnya yang mungil, pinggulnya bergerak mengikuti irama
permainan Wen dan kadang-kadang Audrey menciumi dada Wen yang ditumbuhi bulu
sangat lebat itu. Tempo permainan dan genjotan penis Wen di dalam vagina Audrey
semakin cepat, racauan Audrey semakin kencang, matanya merem melek menikmati
genjotan-genjotan penis Wen di vaginanya. Wen yang mengetahui Audrey sangat
menikmati persetubuhannya makin mempercepat gerakannya. Wen menciumi, menjilati
dan sedikit menggigit puting kedua payudara Audrey secara bergantian. Audrey
diperlakukan demikian semakin hanyut dalam nafsu birahinya, racauannya semakin
keras lagi, mulutnya terbuka, matanya terpejam dan kedua tangannya
meremas-remas sprei tempat tidur. 20 menit kemudian tubuh Audrey, Audrey, mulai
mengejang, tanda dia akan mengalami orgasme yang hebat.
“Terus…terus…jaaanngaan
berheen..ti” teriakan kecil keluar dari mulut Audrey.
Kemudian badannya
mengejang hebat sampai badannya melengkung ke belakang, kedua kakinya diapitkan
di pinggul Wen dan kedua tangannya merangkul leher Wen dengan kencang.
“OOOOhhhhh……” lolong
Audrey ketika dia dipuncak orgasmenya, dan kemudian badannya sedikit melemas
dan Audrey langsung menciumi bibir Wen dan mereka berdua berciuman dengan
ganasnya, lidah Audrey dan lidah wen saling berpautan, hal yang tidak pernah
dilakukan Audrey terhadapku.
Melihat adegan live
Audrey dan Wen membuat penisku menegang dengan keras. “Akhirnya kahayalanku
menjadi kenyataan” pikirku dalam hati.
Setelah beberapa menit
berciuman, Wen kemudian memindahkan posisi Audrey sehingga Audrey sekarang
tiduran sambil menyamping menghadap ke arah diriku di sofa. Tanpa memgeluarkan
penisnya dari vagina Audrey. Wen memindahkan tubuhnya ke belakang Audrey
sehingga sekarang mereka berdua tidur menyamping menghadap diriku dengan Audrey
didepan dan Wen di belakangnya. Wen kemudian melanjutkan genjotan penisnya yang
sangat besar itu di vagina Audrey. Tangan kiri Audrey dilipatnya ke belakang
sehingga tangan kiri Wen dapat dengan bebas memijat-mijat kedua payudara
Audrey. Wen menggenjot penisnya dalam vagina Audrey dengan cepat, tangan
kirinya bergantian memijat kedua payudara Audrey dan klitoris Audrey. Audrey
kembali tenggelam dalam nafsu seksnya, matanya terlihat sayu, mulutnya terbuka
sedikit dan tanpa sadar Audrey mengangkat kaki kirinya ke atas, sehingga
terlihat olehku vaginanya yang mungil penuh sesak oleh penis Wen yang besar dan
panjang itu. Sekitar 40 menit Wen telah menyetubuhi Audrey dengan gaya
menyamping, gerakan-gerakannya semakin ganas. Audrey tergoncang-goncang dengan
hebatnya, racauan-racauan Audrey sudah berubah menjadi terikan-teriakan
kenikmatan. Gelombang demi gelombang orgasme melanda Audrey, namun Wen masih
dengan semangatnya menyetubuhi Audrey dan belum ada tanda-tanda bahwa Wen akan
orgasme, sedangkan aku saja sudah dua kali mengalami orgasme melihat Audrey
disetubuhi oleh Wen dengan ganasnya. Wen yang belum puas dengan Audrey kembali
mengubah posisi Audrey lagi. Kali ini Audrey dimintanya tengkurap menungging
dengan kepala menghadap diriku di sofa, dan kemudian Wen menyetubuhi Audrey
dengan gaya doggy style, hal mana yang belum pernah dilakukan oleh diriku dan
Audrey karena Audrey selalu menolaknya, namun dengan Wen, Audrey dengan senang
hati menurutinya. Wen menggenjot vagina Audrey dari belakang dengan tempo yang
berubah-ubah, kadang cepat sekali dan secara tiba-tiba memelankan genjotannya
seperti slow motion dan kemudian cepat lagi. Hal ini membuat Audrey semakin
tidak bisa mengontrol dirinya, kepalanya tertunduk dan bergerak ke kanan kiri
tidak beraturan. Tangan Audrey kembali meremas-remas sprei tempat tidur dengan
kencangnya, racauan-racauan dan teriakan-teriakan Audrey semakin membahana di
kamar itu.
Kemudian tangan kiri
Wen meraih rambut Audrey, menjambaknya dan menariknya ke belakang sehingga
kepala Audrey mendongak ke atas. Genjotan penis Wen dalam vagina Audrey masih
dalam tempo yang berubah-ubah, tangan kanan Wen kadang-kadang menampar kedua
pantat Audrey bergantian. Kepala Audrey terdongak ke atas, kedua matanya terpejam
rapat dan mulutnya terbuka lebar. Audrey sudah tidak dapat lagi bergerak
mengikuti permainan Wen, tubuhnya hanya tergoncang-goncang keras karena
sodokan-sodokan penis Wen ke dalam vaginanya. Gelombang-demi gelombang orgasme
kembali melanda Audrey. Setiap mengalami orgasme tubuh Audrey mengejang untuk
beberapa menit dan dari vaginanya sedikit memuncratkan cairan kewanitaannya,
hal mana tidak pernah terjadi apabila Audrey bersetubuh denganku. Setiap
setelah mengalami orgasme, tubuh Audrey terlihat melemas untuk beberapa saat,
namun tidak lama kemudian terlihat tubuh Audrey menjadi segar kembali dan siap
menerima genjotan-genjotan ganas penis Wen yang besar di dalam vaginanya. “Ini
pasti karena obat yang diberikan Wen dalam minuman istriku” pikirku dalam hati
melihat stamina Audrey yang sangat kuat malam itu. Kedua tangan Wen kemudian
meraih kedua tangan Audrey dan menarikanya ke belakang, sehingga tubuh Audrey
sedikit terangkat ke atas dengan kedua lututnya masih bertumpu pada kasur, dan
Wen menggerakan penisnya yang besar keluar masuk secara pendek-pendek dan dalam
tempo yang sangat cepat pada vagina Audrey. Teriakan-terikan nikmat Audrey
semakin gencar karena diperlakukan demikian, mata Audrey masih tertutup rapat
dengan mulut terbuka lebar.
“Buka matamu Audrey dan
pandang suamimu!” perintah Wen dengan tegas.
Audrey menuruti apa
yang diperintahkan Wen sehingga Audrey sekarang melihat diriku duduk di sofa
sambil bermastrubasi.
“Lihat Audrey, suamimu
sangat menikmati melihat kamu disetubuhi pria lain” sahut Wen kepada Audrey.
“Kamu suka disetubuhi
pria lain?” Tanya Wen kepada Audrey.
Audrey tidak menjawab,
mungkin dia malu, namun raut wajahnya tidak bisa membohongi diriku. Terlihat
sekali dia sangat menyukai dan menikmati persetubuhannya dengan Wen.
“Jawab!!!” hardik Wen
dengan tiba-tiba kepada Audrey sambil mempercepat genjotan penisnya dalam
vagina Audrey.
“Aaagh….suu…ka….” sahut
Audrey dengan terbata-bata karena sambil menikmati penis Wen dalam vaginanya.
“Enakan mana Audrey?
suamimu atau saya” tanya Wen lagi sambil penisnya menggenjot dengan kasar
vagina Audrey.
“Ee..naa….enak saaamaa
pak…uughhh….wen” jawab Audrey sambil mengerang-erang kenikmatan.
“Mau kamu saya setubuhi
kapan saja saya mau” tanya Wen lagi dengan kasar.
“Maaa…..uuuuu….ppaak weeen….”
jawab Audrey sambil tubuhnya mengejang tanda Audrey mengalami orgasme lagi.
Dengan tetap memegang
kedua tangan Audrey ke belakang, Wen menghentikan gerakannya untuk beberapa
saat dan membiarkan Audrey menikmati orgasmenya. Setelah beberapa saat Wen
kembali menggenjot vagina Audrey dengan kencang, membuat nafsu seks Audrey
kembali bergelora. Benar-benar takjub aku melihat adegan demi adegan yang
dipertontonkan Audrey dan Wen. Audrey yang cantik dengan kulitnya yang putih
mulus dengan setia melayani nafsu binatang seorang tua bangka bermuka jelek dan
berperut gendut.
“Audrey, lihat suamimu
sangat menikmati kamu disetubuhi olehku. Boleh suamimu menonton setiap kali
kamu saya setubuhi?” tanya Wen dengan sedikit nada memerintah kepada Audrey.
“Boo…leehhh….aaagghh….paak…uggghhh…wen”
jawab Audrey sambil meracau kenikmatan.
Melihat Audrey menurut
dan tunduk sepenuhnya pada Wen membuat penisku kembali memuncratkan sperma
untuk kesekian kalinya dan sedikit mengenai bibir atas Audrey. Melihat hal itu
Wen memerintahkan Audrey menjilat dan menelan spermaku yang menempel dibibir
atasnya, dan yang menakjubkan adalah tanpa pikir panjang Audrey menuruti apa
yang diperintahkan Wen padahal aku tahu Audrey biasanya paling jijik dengan
sperma apalagi harus menjilat dan menelannya. 20 menit sudah semenjak aku
mencapai orgasmeku. Aku sudah terlalu capek untuk bermastrubasi lagi, namun
Audrey masih dihajar vaginanya dengan ganas dari belakang oleh Wen dan Audrey
sudah mengalami orgasme-orgasme yang sangat dahsyat. Beberapa saat kemudian Wen
terlihat mulai akan orgasme. Rupanya Audrey menyadarinya.
“Uugh…aaghhh…pak
wen…jaaa…ngaaan…keluar aaggghh… di dalam” pinta Audrey sambil mengerang-erang
kenikmatan.
“Naaan…tiii
aaaggghhh…saya….hamil….” tambah Audrey lagi dengan tetap merintih-rintih penuh
nikmat.
“Kalau tidak boleh di
dalam, berarti harus keluar di mulutmu ya Audrey, dan harus ditelan semua tidak
boleh ada yang tercecer keluar” kata Wen kepada Audrey.
“Iii…yaaaaa….paaak
weeeeen……di mulut saya…AAAAGHHHHH, adduuuuhhhhh niiikkmaaattt sekali pak
weeeeennn…aampunnnn…nikmat……” teriak Audrey sambil orgasme lagi.
Kemudian Wen
membalikkan tubuh Audrey sehingga Audrey terlentang di kasur. Wen kembali
mengangkangi Audrey dan menjambak rambut Audrey dengan kasar dan memasukkan
penisnya yang besar ke dalam mulut Audrey.
“Telan…telan
semua…jangan sampai ada yang keluar” perintah Wen kepada Audrey.
Terlihat penis Wen yang
besar berdenyut dengan keras, sedangkan mulut Audrey menghisap-hisap penis Wen
dan terlihat tenggorokan Audrey bergerak-gerak tanda Audrey sedang menelan
sesuatu dalam jumlah yang banyak. Wen menumpahkan seluruh spermanya ke dalam
mulut Audrey dan Audrey menelan setiap tetes sperma Wen yang masuk ke dalam
mulutnya. Setelah beberapa saat Wen mengeluarkan penisnya yang besar dari mulut
Audrey.
“Bersihkan…jilat sampai
bersih…!” kembali Wen memerintahkan Audrey yang langsung dituruti oleh Audrey.
Selagi Audrey
menjilat-jilati penis dan biji Wen, Wen bertanya kepadaku “Boleh pinjam istrimu
malam ini? Aku terkesiap mendengar permintaan Wen. Aku tidak percaya dengan apa
yang aku dengar.
Melihat aku tidak menjawab,
Wen berkata lagi kepadaku “Audrey kelihatannya sangat menyukai aku setubuhi,
dan obat yang aku berikan kepadanya masih bekerja, sehingga Audrey masih ingin
dipuaskan nafsu seksnya.
“Bagaimana Audrey”
tanya Wen kemudian kepada Audrey. Audrey sambil tetap menjilati penis Wen hanya
mengangguk-anggukan kepalanya tanda membenarkan apa yang dikatakan Wen
kepadaku.
Melihat Audrey
memberikan persetujuannya maka akupun mengiyakan permintaan Wen. Wen kemudian
menyruh Audrey pindah ke kamar sebelah dan Audrey menuruti permintaan Wen.
“Tom, kamu istirahat
saja di kamar ini, aku dan Audrey ada di kamar sebelah. Connecting door akan
tetap terbuka, sehingga kapan saja kamu ingin melihat istrimu disetubuhi
olehku, kamu dapat masuk ke kamar sebelah’ kata Wen kepadaku.
Aku hanya mengganggukan
kepala tanda setuju, dan kemudian Wen meninggalkan aku dikamar sendirian dan
Wen pindah ke kamar sebelah menyusul Audrey. Aku sudah terlalu capek untuk
membersihkan badan atau berpakaian. Aku langsung naik ke tempat tidur dan menyelimuti
tubuhku dengan selimut yang masih sedikit basah bekas cairan kewanitaan
Audrey….dan beberapa saat kemudian mulai terdengar rintihan-rintihan nikmat
Audrey dari kamar sebelah menandakan Wen dan Audrey sudah mulai lagi dengan
persetubuhan mereka…namun aku terlalu capek untuk beranjak dari kasur….dan
kemudian terlelap….
Bagian III: Di kamar
Sebelah
Sinar Matahari tepat
jatuh dimataku, ketika aku mulai bangun dari tidurku. Melihat posisi matahari
dari jendela kamar itu, aku menyadari bahwa hari telah siang. Aku gerakan
badanku dikasur untuk membangunkan diriku. Keadaanku masih telanjang bulat dan
aku masih terkesima dengan apa yang telah terjadi tadi malam. Rintihan-rintihan
dan erangan-erangan nikmat Audrey dari kamar sebelah, membuat diriku terbangun
dari lamunanku.
“Ah, gila mereka, apa
mereka masih bersetubuh terus” pikirku dalam hati.
“Apakah mereka
melakukan persetubuhan secara non-stop sepanjang malam?” pikirku lagi.
Rasa lapar mulai terasa
diperutku, dan aku mulai berpakaian. Rintihan-rintihan nikmat Audrey di tidak
menggugahku untuk ke kamar sebelah. Namun ketika kakiku melangkah ke pintu
kamar karena aku ingin ke dapur mencari makan, terdengar kegiatan di kamar sebelah
sedikit aneh dan mengusik rasa ingin tahuku. Aku sepertinya mendengar lebih
dari 2 orang di kamar sebelah. Maka akupun mengurungkan niatku untuk keluar
kamar dan akupun melangkahkan kakiku ke connecting door yang menghubungkan
kamarku dengan kamar sebelah. Betapa kagetnya ketika aku masuk ke dalam kamar
sebelah tersebut. Aku melihat 2 wanita muda yang tadi malam bersama Audrey
sedang duduk disofa panjang di sebelah tempat tidur di kamar itu sambil
tertawa-tawa kecil menonton adegan yang sedang berlangsung di tempat tidur
tersebut. Lebih kaget lagi ketika aku menyadari apa yang sedang terjadi di
tempat tidur. Istriku Audrey, sedang disetubuhi oleh Wen dan salah seorang tamu
Wen yang tadi malam menginap di villa!!! Posisi Audrey bertumpu pada kedua
lutut dan kedua tangannya dengan pantat yang sedikit menungging ke belakang.
Terlihat tamu Wen tersebut, seorang pria tua berumur sekitar 60 tahunan
berbadan besar dan buncit dengan bulu yang lebat memenuhi sekujur tubuhnya
sedang menyetubuhi Audrey dengan kasar dari belakang. Sedangkan Wen yang tangan
kanannya sedang menjambak rambut Audrey yang sekarang telah dikuncir buntut
kuda terlihat asyik menggenjot penisnya dengan kasar di dalam mulut Audrey.
“Ah, kamu sudah bangun
Tom” kata Wen ketika melihat diriku masuk ke dalam kamar.
“Silahkan duduk Tom”
kata Wen lagi sambil mempersilahkan aku duduk di sofa di antara kedua wanita
yang sedang menonton Audrey disetubuhi dua laki-laki tua itu.
“Ini namanya Pak Lam,
dia ini salah satu sahabatku” kata Wen kemudian sambil memperkenalkan pria tua
yang sedang menyetubuhi Audrey dengan kasar dari belakang. Yang disebut Pak Lam
hanya menengok sebentar sambil melambaikan sebelah tangannya kepadaku dan
kemudian melanjutkan kegiatannya pada Audrey.
Mr. Lam
Mr. Lam
“Aku selalu berbagi
apapun dengannya. Vagina Audrey sangat nikmat untuk disetubuhi, sehingga aku
harus membaginya kepada sahabat tuaku ini biar dia juga tahu betapa nikmatnya
istrimu ini. Aku harap kamu tidak keberatan ya Tom. Toh istrimu tidak
keberatan, malah suka…” kata Wen sambil terkekeh kecil.
“Audrey, kamu suka
disetubuhi Pak Lam kan?” tanya Wen kepada Audrey.
Audrey tidak menjawab.
Audrey terlihat sedang asyik sendiri menikmati persetubuhannya.
“Hahaha…wanita cantik
ini rupanya sudah dalam kenikmatannya sendiri” tawa Wen sambil melihat Audrey
yang sedang menikmati setiap genjotan penis Lam dan penis Wen.
Aku yang masih shock
hanya menuruti perintah Wen dan duduk di sofa di antara kedua wanita muda
tersebut.
“Ladies, tolong bantu
sang suami tercinta ini agar dapat menikmati istrinya disetubuhi oleh 2 pria
sekaligus” perintah Wen kepada kedua wanita yang duduk disamping kiri dan
kananku.
Mendengar perintah Wen,
kedua wanita muda itu langsung membuka dan melepaskan celana dan celana
dalamku. Kemudian mereka berdua dengan tetap sesekali menonton adegan Audrey
dengan Lam dan Wen mulai menjilati penisku secara bergantian, membuat penisku
langsung berdiri dengan tegak. Di atas tempat tidur aku melihat Audrey sedang
disetubuhi habis-habisan oleh kedua pria tua itu. Mereka memperlakukan Audrey
dengan kasar, namun terlihat Audrey meskipun kepayahan melayani nafsu kedua
pria tersebut, Audrey nampak menikmatinya. Semakin Audrey diperlakukan kasar
oleh kedua pria tua itu, semakin nampak Audrey menikmatinya. Rintihan-rintihan
Audrey semakin keras apabila Lam dan Wen menggenjot penisnya masing-masing
dalam vagina dan mulut Audrey dengan kasar. Sambil sesekali menampar kedua
belahan pantat Audrey dengan tangan kirinya, Lam menggenjot penisnya di vagina
Audrey dari belakang dengan cepat dan kasar. Kemudian tangan kanannya melingkar
di pinggul Audrey dan terus ke arah vagina Audrey dari arah depan sehingga
jari-jari tangannya dapat memainkan klitoris Audrey. Audrey tanpa sadar
mengangkat kaki kanannya sehingga posisinya sekarang seperti anjing yang sedang
kencing untuk memberikan akses yang lebih luas bagi jari-jari tangan Lam di
vagina Audrey. Dengan posisi satu kaki mengangkang ke atas, aku dapat melihat
ternyata bulu-bulu di sekitar vagina Audrey telah dicukur habis. Aku tidak tahu
kapan mereka mencukur habis bulu-bulu di sekitar vagina Audrey, mungkin tadi
malam ketika aku sudah tidur. Rupanya mereka telah berpesta seks sepanjang
malam. Vagina Audrey terlihat putih mulus tanpa sehelai bulupun dengan bibir
vaginanya terlihat sedikit berwarna merah muda tanda vagina itu telah digenjot
habis sepanjang malam. Ketika jari-jari tangan Lam mulai mempermainkan vagina
Audrey dan mencubit-cubit kecil klitoris Audrey, tubuh Audrey bergoyang hebat,
pinggulnya, badannya naik turun tidak beraturan. Erangan-erangan dan
rintihan-rintihan nikmat keluar dari mulut Audrey.
Wen sekarang
menggunakan kedua tangannya untuk menjambak rambut Audrey sehingga dapat
membuatnya semakin kencang menyetubuhi mulut Audrey. Diperlakukan demikian,
Audrey semakin bergoyang-goyang,tubuhnya meliuk-liuk karena ditekan dari
belakang dan dari depan. Racauan dan rintihannya semakin keras, matanya tidak
berkedip dan selalu memandang ke arah muka Wen. Lam dan Wen semakin mempercepat
gerakannya sehingga Audrey benar-benar tergoncang-goncang hebat. Audrey
terlihat bermaksud menurunkan kaki kanannya agar lebih memudahkannya menerima
hajaran-hajaran penis Lam dan Wen di vagina dan mulutnya. Namun hal itu tidak
dapat dilakukannya karena terhalang tangan kanan Lam yang telah benar-benar
menggenggam vagina Audrey, terutama klitorisnya. Melihat adegan live didepan
mataku, aku orgasme dengan cepat, dan kedua wanita muda yang melayani aku
menghisap dan menelan seluruh spermaku sampai habis. Melihat aku sudah orgasme,
Wen kemudian memerintahkan salah satu wanita disebelahku untuk mengambil
sesuatu
“Ambil pil yang biasa
di laci itu” kata Wen memerintahkan wanita tersebut sambil menunjuk salah satu
laci disamping tempat tidur.
Wanita yang disuruh
Wen, mengeluarkan sebuah botol dari laci tersebut, membukanya, dan mengeluarkan
sebuah pil serta kemudian menyerahkannya kepada Wen.
“Buka mulutmu Audrey,
telan pil ini supaya kamu tidak hamil, Lam ingin memuntahkan spermanya dalam
vaginamu. Saya juga ingin orgasme dalam vaginamu, bosan saya orgasme dalam
mulutmu terus sepanjang malam” perintah Wen kepada Audrey.
Kemudian Wen
mengeluarkan penisnya yang besar dari mulut Audrey dan memasukkan pil tersebut
ke dalam mulut Audrey yang langsung ditelan Audrey tanpa menggunakan air
sedikitpun. Setelah itu Wen kembali menjambak rambut Audrey dan kembali
melanjutkan genjotan penisnya pada mulut Audrey. 20 menit telah berlalu, namun
aku melihat baik Audrey, Wen maupun Lam belum ada yang orgasme. Terus terang
terkejut aku melihat perubahan pada diri Audrey. Audrey tidak orgasme-orgasme,
tidak seperti tadi malam yang dengan mudahnya dia mencapai orgasme
berulang-ulang. Tatapan mata Audrey terlihat sangat sayu dan sedikit kosong,
namun dari rintihan-rintihannya aku tahu dia lebih menikmati persetubuhannya
saat ini daripada persetubuhannya tadi malam. Melihat raut wajahku yang penuh
tanda Tanya, Wen kemudian menjelaskan kepadaku apa yang telah terjadi.
“Tadi pagi Audrey saya
beri obat ramuan China. Obat ini membuat Audrey lebih lama mencapai orgasme,
ini agar Audrey dapat mengimbangi kami sehingga tidak cepat lelah. Namun dengan
obat ini otot vagina Audrey akan semakin kencang sehingga jepitannya pada penis
yang masuk ke dalam vaginanya akan semakin kuat dan hal ini membuat Audrey dan
siapapun pria yang menyetubuhinya merasa lebih nikmat. Setiap gesekan penis
dalam vagina Audrey akan berpuluh-puluh kali lipat lebih terasa nikmat bagi
Audrey dan pria tersebut” kata Wen menjelaskan kepadaku.
“Lihat Audrey sekarang
sudah benar-benar menikmati setiap gesekan penis Lam dalam vaginanya, bahkan
dia sangat menikmatinya sampai-sampai dia tidak begitu sadar akan sekelilingnya
lagi, hanya kenikmatan dan kenikmatan yang dia rasakan saat ini. Dipikirannya
hanya ada rasa kenikmatan yang amat sangat dan tidak ada rasa yang lain selain
kenikmatan tersebut. Kenikmatan yang Audrey rasakan saat ini sudah menguasai
dan menghipnotis seluruh badan dan pikirannya” tambah Wen kepadaku.
“Tom, kamu lihat nanti
waktu istrimu mengalami orgasme. Kamu akan lihat bagaimana seorang wanita
mengalami orgasme yang super dahsyat. Kamu pasti tidak akan menyangka bahwa
istrimu bisa orgasme sehebat yang nanti kamu akan lihat” lanjut Wen kepadaku.
45 menit telah berlalu,
ketika aku melihat perubahan pada diri Audrey. Erangan-erangan dan
rintihan-rintihan nikmatnya mulai memelan, namun badannya semakin
bergoyang-goyang dengan kencang dan tidak beraturan. Lam dan Wen semakin gencar
menggenjot penisnya masing-masing dalam vagina dan mulut Audrey, membuat Audrey
sulit untuk tetap bertumpu pada kedua tanganya dan satu lututnya. Badan Audrey
benar-benar bergoncang hebat karena tekanan dari belakang dan dari depan
disertai goyangan badannya sendiri yang semakin tidak beraturan. Mata Audrey
tetap memandang kearah wajah Wen dengan sekali-kali mendelik-delik. Kedua
tangannya beberapa kali jatuh karena tidak kuat menahan badannya, namun
jambakan Wen pada rambutnya membuat Audrey tidak tersungkur ke kasur. Suara
Audrey semakin pelan bahkan sekarang hampir tidak terdengar sama sekali,
tangannya yang sudah tidak kuat menumpu badannya dan mulai mencari pegangan
lain. Kedua tangan Audrey terlihat berusaha memegang kedua sisi pinggul Wen,
kemudian beralih ke kedua tangan Wen yang sedang menjambak rambutnya, lalu kembali
kasur menumpu badannya dan begitu seterusnya terlihat Audrey sedang mencari
posisi yang enak untuk menumpu badannya yang bergoyang hebat dan dihajar dari
depan dan belakang oleh Wen dan Lam.
“Right on time. She is
nearly there, I also nearly there” sahut Lam tiba-tiba kepada Wen.
Mendengar itu Wen hanya
tersenyum kemudian Wen berpaling kepada kedua wanita muda yang sedang
menemaniku.
“Kalian berdua kesini,
bantu Audrey agar tetap pada posisinya, agar Pak Lam bisa menikmati orgasmenya
dengan lancar” perintah Wen kepada kedua wanita itu.
Kedua wanita yang
diperintah Wen kemudian naik ke kasur dan memposisikan diri mereka
masing-masing berlutut disamping kiri dan kanan Audrey. Kemudian kedua wanita
tersebut meraih masing-masing pundak Audrey dari arah bawah sehingga sekarang
tangan-tangan kedua wanita tersebut masing-masing menumpu pundak Audrey,
membuat kedua tangan Audrey terbuka kearah kiri dan kanan. Sudah tidak
terdengar suara rintihan Audrey. Badan Audrey juga bergerak memelan namun
terlihat Audrey berusaha memundurkan pinggulnya agar penis Lam makin masuk jauh
ke dalam vaginanya. Gerakan Audrey yang pelan meliuk-liuk terlihat sangat
kontras dengan gerakan Lam dan wen yang semakin ganas menggenjot penisnya
masing-masing ke dalam vagina dan mulut Audrey.
“Tom, sini naik ke
kasur agar kamu bisa melihat dengan jelas. Istrimu sebentar lagi akan orgasme
yang hebat” kata Wen kepadaku.
Tanpa menunggu lagi
akupun segera naik ke kasur agar bisa melihat Audrey dari dekat dan dengan
jelas. Lam kemudian melepaskan tangan kanannya dari klitoris Audrey sehingga
kali Audrey bisa turun dan kedua lututnya bisa kembali menumpu badannya. Lam
lalu sedikit berjongkok serta kedua tangannya meraih pinggul Audrey. Dengan
posisi demikian Lam bisa dengan lebih leluasa menggenjot penisnya dengan keras
ke dalam vagina Audrey. Kira-kira sepuluh menit kemudian, badan Audrey makin
meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan serta menekan ke belakang ke arah penis Lam.
“Ooh, this baby still
want it more, although my dick has reached the inside end of her vagina” kata
Lam yang merasa Audrey terus menekan pinggulnya ke belakang ke arah penisnya.
“Your vagina is not
deep enough darling, but if you want it, I’ll give it to you” lanjut Lam sambil
menghentikan genjotannya dan menarik pinggul Audrey kebelakang dan secara
bersamaan memajukan pinggulnya sendiri ke depan dan kemudian membiarkannya
dalam keadaan begitu.
Ditekan dari belakang
dengan keras sampai ke ujung vaginanya, membuat mata Audrey mendelik. Kemudian
Wen mengeluarkan penisnya dari mulut Audrey dan melepaskan jambakan tangannya
di rambut Audrey sehingga sekarang kepala Audrey bebas bergerak.
“She is all yours, Lam”
kata Wen kepada Lam.
“Ooh, she is real good,
look at her hips moving, she knows how to please a man” sahut Lam merasakan
goyangan meliuk-liuk pinggul Audrey.
“Her vagina is very
tight, my dickhead being played by her wall end of vagina. Damn..this girl is
good” lanjut Lam sambil merasakan ujung penisnya bergesekan pada bagian yang
paling dalam dari vagina Audrey.
Audrey terus memainkan
penis besar Lam dalam vaginanya. Pinggul Audrey naik turun dan memutar-mutar
secara perlahan ditambah tekanan pinggul Lam dari belakang dan tangan Lam yang
menarik pinggul Audrey ke belakang, membuat kedua manusia yang meskipun berbeda
umur sangat jauh menjadi satu kesatuan dan sama-sama menikmati persetubuhan
mereka. Sepuluh menit kemudian, Audrey memejamkan matanya, jari-jari tangannya
membuka dan mengepal secara perlahan, mulutnya terbuka lebar, goyangan
pinggulnya menjadi patah-patah.
“Oh, she is coming, let
us come together baby…!!!!’ sahut Lam dengan keras.
Seperti mengerti
perintah Lam, Audrey menghentikan goyangannya, pinggulnya secara keras
didorongnya ke belakang, kepalanya terdongak ke atas dengan mulut terbuka
lebar, seluruh badannya menegang dan terdengar desahan kecil Audrey.
“Oohh… this is
goooood…..I am in heaven….” desah Audrey pelan.
Bersamaan dengan itu
Lam memuntahkan spermanya di dalam vagina Audrey.
“Take that bitch…., you
like being fill up with cum you little whore!” teriak Lam sedikit keras sambil
terus memuntahkan spermanya di dalam vagina Meda.
“Oooh… yeeesss… fill me
up….oohhhh…this is too good….I am your whore, your little whore” desah Audrey
sangat pelan.
Kembali sesuatu yang
menakjubkan terjadi didepan mataku, sudah 10 menit berlalu tapi Nampak orgasme
Audrey belum turun juga. Audrey masih terus dipuncak kenikmatan. Ketika Wen
melepaskan pegangannya pada pinggul Audrey dan mulai menarik penisnya keluar
dari vagina Audrey, Nampak raut muka Audrey sedikit sedih.
“Don’t take it off
now…pleaseee…I am not finished yet” rengek Audrey pelan sambil kembali
meliuk-liukan pinggulnya secara perlahan untuk memancing Lam mengurungkan
niatnya.
Lam tidak mendengarkan
rengekan Audrey, dan mencabut penisnya. Tapi kekecewaan Audrey hanya sebentar
karena Wen langsung siap menggantikan posisi Lam. Ditidurkannya Audrey
telentang di atas kasur dibukanya kaki Audrey lebar-lebar.
“Masih kurang Audrey?”
Tanya Wen menggoda Audrey sebelum mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina
Audrey.
“Masih…pak Wen…saya
masih orgasme…..ooohhhh nikmat sekali…..mau disetubuhi sekarang…” rengek Audrey
sambil menarik pinggul Wen ke arahnya.
“Oohhhh……” desah Audrey
ketika penis Wen masuk ke dalam vaginanya sampai mentok.
Wen kemudian secara
perlahan menggenjot vagina Audrey dengan penisnya. Setiap gerakan Wen selalu
disertai lolongan pelan namun panjang dari Audrey. Kepala Audrey terdongak ke
belakang, matanya terpejam rapat, dadanya membusung ke atas sehingga sebagian
punggungnya terangkat dari kasur. Bibir kecilnya mengigit-gigit pelan jari
telunjuk kanannya, lolongan pelan namun panjang terdengar dari mulut Audrey
setiap kali Wen menggerakan penisnya secara perlahan.
Penasaran dengan apa
yang dirasakan Audrey, aku membisikinya dan bertanya.
“Bagaimana rasanya
Drey? Enak?” tanyaku.
“Ennakkk…ooohhhhh….
Terima kasih Tom atas pengalaman indah ini…..orgasmeku tidak berhenti-henti
nih…..oohhhh panjang sekali…..oohhhh…..aku disetubuhi sambil orgasme…..” jawab
Audrey pelan kepadaku sambil terus menikmati orgasmenya yang berkepanjangan.
Lima belas menit
kemudian, penis Wen berdenyut kencang pertanda dia akan orgasme, dan tubuh
Audreypun tiba-tiba lebih menegang lagi.
“Oohhh….apa ini pak
wen….kenapa saya……” desah Audrey pelan kepada Wen.
“Inilah puncaknya
orgasme dari orgasme Drey. Nikmati saja” jawab Wen.
Bersamaan dengan itu,
tubuh Audrey dan Wen benar-benar menegang. Keduanya berusaha menarik satu sama
lain dan merapatkan persenggamaan mereka. Kaki Audrey melingkar di pinggul Wen.
Dada Audrey makin membusung, kepalanya makin terdongak ke belakang dan giginya
menggigit bibir bawahnya sendiri. Sedangkan kepala Wen berada di pundak Audrey,
mulutnya sedikit menggigit pundak Audrey dan penisnya ditekan dengan keras ke
dalam vagina Audrey.
“OOOhhhhh……” teriak
Audrey dan Wen bersamaan. Wen memuntahkan seluruh spermanya ke dalam vagina
Audrey, Dua manusia mengalami orgasme hebat secara bersamaan.
Beberapa menit Wen dan
Audrey berada di puncak orgasme mereka.
“Oke semuanya keluar
dari kamar ini. Biarkan Audrey istirahat dulu” kata Wen setelah selesai
memuntahkan seluruh spermanya dalam vagina Audrey.
Wenpun beranjak dari
atas tubuh Audrey, tidur disampingnya dan menyelimuti dirinya dan Audrey dengan
selimut. Audrey hanya tersenyum dengan mata terpejam dan menidurkan kepalanya
di dada Wen yang ditumbuhi bulu yang sangat lebat, sedangkan yang lainnya termasuk
aku pergi meninggalkan kamar itu dan membiarkan Wen dan Audrey istirahat.
Bagian IV: Basement
Villa
Menjelang sore terlihat
Wen keluar dari kamar itu dan bergabung dengan aku dan tamu-tamu yang lain di
ruang tengah villa. Rupanya yang menginap di villa tersebut selain aku, Audrey,
Wen, Lam dan kedua wanita yang siang tadi berada di kamar, juga ada satu wanita
lagi dan tiga tamu laki-laki.
“Wah, sudah pada
berkumpul rupanya, maaf saya baru bangun” kata Wen kepada aku dan tamu-tamu
lainnya.
Kamipun mengobrol di
ruang tengah villa itu sampai menjelang malam. Kurang lebih jam 6.30pm Wen
menginstruksikanku untuk membangunkan Audrey.
“Tom, bangunkan
istrimu, kita akan makan malam bersama” sahut Wen kepadaku.
Akupun segera menuruti
perintah Wen dan naik ke lantai atas villa menuju kamar tempat Audrey istirahat
karena memang aku sudah mulai kuatir terhadap Audrey sebab setelah kejadian
siang tadi di kamar aku belum melihatnya lagi. Sesampainya di kamar, aku
melihat Audrey sudah bangun namun masih tiduran tengkurap di atas kasur,
tubuhnya masih telanjang, terlihat mukanya nampak habis menangis. Melihat aku
masuk ke kamar, air mata menetes kembali dari matanya.
“Tom, apa yang kamu
lakukan terhadapku. Kenapa kamu jahat terhadapku, kenapa kamu membiarkan semua
ini terjadi?” tangis Audrey kepadaku.
Akupun berusaha
menenangkan dan menghibur istriku, kami berbincang-bincang di kamar itu cukup
lama sambil aku berusaha terus menghiburnya sampai tiba-tiba salah satu dari
tamu wanita masuk ke kamar dan meminta Audrey untuk mandi dan membersihkan diri
karena aku dan Audrey sudah ditunggu di ruang makan oleh Wen dan tamu-tamu yang
lain. Dengan sedikit malas Audrey menurutinya. Setelah Audrey mandi dan
berpakaian kamipun keluar dari kamar itu dan menuju ruang makan. Terlihat
Audrey ragu-ragu untuk keluar dari kamar. Terlihat Audrey sedikit malu untuk
bertemu dengan Wen dan tamu-tamu yang lain setelah kejadian tadi malam dan tadi
siang.
Sesampainya di ruang
makan, tamu-tamu yang lain sudah menunggu. Wen mempersilahkan aku dan Audrey
duduk di kursi yang disediakan di ruang makan itu demikian juga terhadap
tamu-tamu yang lain masing-masing dipersilahkan duduk oleh Wen. Kamipun
menyantap hidangan malam yang disediakan sambil mengobrol. Pembicaraan di meja
makan itu kebanyakan tentang bisnis antara Wen dan tamu-tamunya. Tidak ada yang
menyinggung kejadian tadi malam dan tadi siang, seakan-akan kejadian tersebut
tidak pernah terjadi. Hal itu membuat Audrey terlihat sedikit tenang. Selesai
santap malam Wen mempersilahkan tamu-tamunnya, termasuk aku dan Audrey ke ruang
tengah. Di ruang tengah makanan kecil dan minuman telah disediakan dan Wen
mempersilahkan kami semua untuk mencicipi makanan kecil dan minuman tersebut
kemudian melanjutkan obrolan bisnisnya dengan tamu-tamunya di ruang tengah, Wen
sedikit mengacuhkan aku dan istriku karena memang obrolannya adalah masalah
bisnis. Setelah kurang lebih 2 jam berbicara bisnis dengan tamunya tiba-tiba
Wen berkata
“Ok saya rasa omomgan
bisnis sudah cukup untuk malam ini. Sekarang kita ke topik selanjutnya”
“Zhou, obatmu ternyata
sangat manjur, lihat saja ini hasilnya” sambung Wen sambil memencet remote TV.
TV menyala dan betapa
kagetnya aku melihat apa yang muncul di TV. Rekaman persetubuhan Audrey tadi
malam dan tadi siang terlihat di layar TV. Aku melihat wajah Audrey sangat
terkejut dan malu melihat tamu-tamu yang lain menyaksikan tayangan
persetubuhannya dilayar TV. Audrey bangkit dari tempat duduknya dan bermaksud
meninggalkan ruang tengah itu, namun Wen menghardiknya dengan tegas.
“Audrey, duduk kamu!
Tidak ada yang menyuruh kamu untuk pergi!” bentak Wen dengan sangat keras.
Mendengar bentakan Wen
aku sangat terkejut. Aku bermaksud untuk turut berdiri, namun aku merasakan
tubuhku lemas dan aku tidak mampu berdiri. Kelihatannya Wen telah mencampurkan
sesuatu lagi dalam minumanku sehingga badanku lemas tidak berdaya.
Aku melihat Audrey
sedikit ketakutan mendengar bentakan Wen, namun dikarenakan aku hanya tetap
duduk dan tidak membela Audrey, maka Audreypun mengurungkan niatnya dan kembali
duduk. Wen dan tamu-tamu lainnya kemudian membahas adegan demi adegan
persetubuhan Audrey yang ditayangkan TV. Mereka membahasnya seakan-akan Audrey
tidak ada di ruangan itu. Komentar-komentar keluar dari mulut mereka. Wen
memuji Zhou atas kemanjuran obatnya. Wen menjelaskan bagaimana Audrey yang alim
itu bisa menjadi seorang pelacur murahan dikarenakan meminum obat itu. Ada lagi
tamu yang lain memuji daya tahan Audrey karena obat itu. Setelah rekaman adegan
persetubuhan Audrey di TV selesai, kemudian Wen dengan suara tegas
memerintahkan Audrey
“Nah, Audrey, tolong
hibur tamu-tamuku ini. Jangan biarkan mereka hanya menonton kamu di TV saja,
perbolehkan mereka juga menikmati dirimu.”
Mendengar itu dengan
raut muka penuh ketakutan, Audrey bangkit dari tempat duduknya dan berusaha
lari keluar dari villa, namun baru beberapa langkah berlari, Wen dan Zhou
dengan sigap menangkap Audrey.
“Wow, rupanya pelacur
ini tidak mau menuruti perintah. Ck…ck..ck…Audrey kamu sangat mengecewakan”
kata Wen sambil mencengkram tubuh Audrey dari belakang.
“Kamu harus dihukum dan
dididik yang benar supaya bisa menjadi budak seks yang patuh” lanjut Wen
kemudian kepada Audrey.
Audrey meronta-ronta
dengan keras dan berusaha melepaskan diri, namun cengkraman Zhou dan Wen pada
dirinya terlalu kuat, sehingga usaha Audrey untuk melepaskan diri menjadi
sia-sia. Kemudian Wen dan Zhou menyeret Audrey ke basement villa, diikuti oleh
tamu-tamu yang lain. Mereka meninggalkan aku di ruang tengah. Aku kembali
berusaha bangkit untuk membantu Audrey, namun aku sama sekali tidak dapat
berdiri sehingga aku hanya dapat terduduk lemah di sofa melihat perlakuan Zhou
dan Wen terhadap Audrey. Tidak lama mereka meninggalkan aku di ruang tengah.
Kira-kira 15 menit kemudian 2 orang tamu pria mendatangiku dan segera
membopongku ke basement villa. Basement villa itu ternyata suatu ruangan yang
kelihatannya sering digunakan untuk pesta seks yang aneh-aneh. Aku melihat
banyak peralatan seks yang lebih mirip sebagai alat penyiksaan tergantung di
dinding basement itu. Banyak peralatan seks yang belum pernah aku lihat
sebelumnya.
Merinding aku ketika
memasuki basement villa itu, namun yang membuat aku lebih kaget dan takut lagi
adalah ketika aku melihat Audrey sudah terikat dalam keadaan telanjang bulat.
Posisi Audrey berdiri dengan kedua tangan terikat ke atas melebar oleh
rantai-rantai yang tertancap kuat dilangit-langit basement, sedangkan kakinya
mengangkang lebar terikat dengan rantai-rantai yang menancap kuat ke lantai
basement, sehingga posisi Audrey menyerupai huruf “X”. Aku melihat Audrey
meronta-ronta sekuat tenaga, air matanya mengucur deras di kedua pipinya.
Permohonan-permohonan untuk dilepaskan keluar dari mulutnya, namun rengekannya
hanya dibalas dengan tawa sinis oleh orang-orang yang berada di basement villa
itu. Kedua tamu yang membopongku kemudian mendudukanku di sebuah kursi persis
di hadapan Audrey.
“Teman-teman, malam ini
kita akan mendidik pelacur ini supaya mau menjadi budak seks yang patuh. Harap
teman-teman duduk di kursi-kursi yang telah disediakan, dan kita akan segera
mulai pendidikan buat pelacur ini” sahut Wen tiba-tiba.
Mendengar itu semua
yang ada di basement itu duduk di kursi yang telah disediakan disekeliling
tempat Audrey terikat dan menunggu apa yang selanjutnya Wen akan lakukan
terhadap Audrey.
“Audrey, ini kesempatan
kamu yang terakhir. Kamu bisa secara sukarela menjadi budak seksku yang patuh
atau aku akan membuat kamu menjadi budak seksku yang patuh. Kedua-duanya pada
akhirnya kamu akan menjadi budak seksku yang patuh, namun cara kedua pasti jauh
lebih menyakitkan” kata Wen kemudian sambil tertawa.
Mendengar itu aku
melihat ketakutan yang amat sangat di wajah Audrey. Audrey semakin kencang
meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Tangisannya semakin keras, permohonan
minta dilepaskan juga semakin keras.
“Ok, kalalu kamu mau
dengan cara yang menyakitkan” kata Wen setelah melihat Audrey tetap berusaha
melepaskan diri.
Wen kemudian mengambil
sebuah cambuk kuda dan berdiri di belakang Audrey. Aku melihat Audrey merinding
ketakutan melihat cambuk kuda tersebut.
“Ctaarr….ctttarr….cttaaarrr…..”
suara cambuk 3 kali berbunyi disertai raungan kesakitan Audrey. Wen telah
mencambuk punggung Audrey dengan keras.
Raungan tangis Audrey
semakin keras, badannya tetap meronta-ronta untuk melepaskan diri.
“Cttaar…cttarr…ctarr..ctaarrr…”
bunyi cambuk kembali bertubi-tubi mendera punggung Audrey hingga Audrey
pingsan. Melihat Audrey pingsan salah seorang tamu wanita mengguyurkan air ke
kepala Audrey untuk membangunkannya.
Ketika Audrey siuman,
Wen menanyakan kepada Audrey apakah Audrey bersedia menjadi budak seksnya.
Setiap kali Audrey mengatakan tidak atau berusaha meronta-ronta untuk
melepaskan diri, maka bunyi cambuk akan terdengar lagi, dan kali ini tidak
hanya mendera punggung Audrey, namun juga mendera ke pantat, kedua payudara dan
vaginanya. 30 menit Audrey dicambuki seluruh tubuhnya, bekas-bekas cambuk
berwarna kemerahan terlihat disekujur tubuhnya. Tubuh Audrey sudah kelihatan
lemas. Tidak ada lagi raungan tangis keluar dari mulutnya.
“Bagaimana Audrey,
apakah kamu sekarang bersedia jadi budak seksku?” tanya Wen kemudian.
Audrey hanya
menggelengkan kepalanya secara lemah tanda penolakannya.
“Ok, kalau kamu tetap
tidak mau. Kita akan ke tahap selanjutnya. Kita lihat sampai mana kamu tahan
siksaan ini” sahut Wen kepada Audrey sambil mengisyaratkan sesuatu kepada
seorang tamu wanita.
Tamu wanita yang diberi
isyarat oleh Wen kemudian maju ke depan. Dia membawa sebuah jarum dan sebuah
cincin yang terbuat dari emas dan menyerahkannya kepada Wen. Kemudian Wen
berjongkok di depan vagina Audrey. Dibukanya vagina Audrey secara perlahan.
Mengetahui akan apa yang akan terjadi, Audrey meronta-ronta dengan hebat, namun
beberapa tamu maju ke depan dan memegang erat-erat tubuh dan pinggul Audrey
sehingga Audrey tidak dapat bergerak.
“Jangan…jangan….” pinta
Audrey lirih.
“AAAUOOCCCHHH….”
Kemudian terdengar teriakan Audrey. Ternyata Wen menusuk bibir dalam bagian
atas vagina Audrey dengan jarum dan kemudian memasukkan cincin tersebut dalam
lubang yang telah dibuatnya pada bibir vagina Audrey tersebut.
Raungan keras kesakitan
Audrey membahana di basement itu, kemudian Audrey kembali pingsan. Kemudian Wen
kembali berdiri dan mundur beberapa langkah untuk melihat hasil kerjanya. Dia
terlihat puas dengan apa yang telah diperbuatnya pada Audrey. Audrey terlihat
dalam posisi terikat, masih pingsan dengan sebuah cincin di bibir atas
vaginanya dengan sedikit darah terlihat disekitar bibir atas vaginanya. Seorang
tamu wanita kembali mengguyurkan air ke kepala Audrey dan membersihkan vagina
Audrey dari bekas darah tersebut. Kemudian tamu wanita tersebut memberikan
wewangian ke hidung Audrey agar Audrey siuman. Siuman dari pingsannya, terlihat
sekali Audrey menahan sakit di vaginanya. Kemudian Wen kembali menghampiri
Audrey dengan membawa jarum tersebut lagi beserta sebuah cincin emas lainnya.
Tangan kiri Wen kemudian meraih puting payudara sebelah kiri Audrey dan tangan
kanan Wen memegang jarum siap menusuknya.
“Jangan….jangan….ampun….jangan…sakit…saya
bersedia jadi budak seks Pak Wen asalkan jangan siksa saya lagi” tiba-tiba
terdengar suara pelan Audrey.
Mendengar hal itu Wen
dan tamunya tertawa penuh kemenangan.
“Benar kamu mau jadi
budak seksku dan menuruti semua keinginanku” Tanya Wen kepada Audrey.
“Iya…iya….saya mau…tolong
jangan sakiti saya lagi” jawab Audrey menyerah.
“Ok, bagus..bagus…,
ladies…beri hadiah kepada budak seksku yang baru ini, buat dia menikmati
statusnya yang baru sebagai budakku” kata Wen sambil memberi isyarat kepada
para tamu wanita untuk maju ke depan.
Para tamu wanita tanpa
perlu diperintah lebih lanjut langsung maju ke depan mengelilingi Audrey. Satu
tamu wanita berjongkok di hadapan vagina Audrey dan mulai menjilati dan
menghisap-hisap vagina Audrey. Tamu-tamu yang lain menciumi dan menjilati kedua
payudara Audrey, paha Audrey, punggung Audrey dan sekujur tubuhnya.
15 Menit diperlakukan
demikian terlihat tubuh Audrey mulai mengkhianatinya. Audrey mulai
meliuk-liukan badannya mengikuti permainan para tamu wanita tersebut di seluruh
tubuhnya. Melihat reaksi Audrey, para tamu wanita tersebut semakin ganas
mengerjai tubuh Audrey. Jari-jari tangan mereka secara bergantian keluar masuk
vagina Audrey yang mana hal tersebut semakin membuat Audrey tidak dapat
mengontrol tubuhnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar erangan Audrey
tanda Audrey telah mencapai orgasmenya yang disambut oleh tepuk tangan meriah
dari para tamu pria di basement itu. Tidak menunggu sampai orgasme Audrey reda,
Wen kemudian melepaskan ikatan Audrey dan membimbingnya untuk berdiri di
hadapanku.
“Mulai sekarang istrimu
adalah budak seksku. Mulai sekarang aku harus didahulukan oleh istrimu dan
bukan kamu lagi. Apabila kamu macam-macam rekaman dvd persetubuhan istrimu akan
aku sebar di internet” kata Wen kepadaku.
Aku hanya diam tercekat
oleh ancaman Wen itu. Badanku masih lemas sehingga aku tidak dapat berbuat
apa-apa meskipun sebenarnya ingin aku meninju Wen. Kemudian Wen mengaitkan
sebuah bel kecil keperakan di cincin emas yang berada di bibir atas vagina
Audrey, dan kemudian Wen mengetes bunyi bel tersebut dengan jarinya.
“Ting…ting…ting”
terdengar bunyi bel pelan.
Audrey kemudian
diposisikan membungkuk ke depan dengan kedua tangan bertumpu di kedua pegangan
kursi tempat aku duduk. Pantatnya di keataskan sedikit oleh Wen sehingga Audrey
sedikit berjinjit dengan pantat sejajar dengan selangkangan Wen. Wajah Audrey
dengan wajahku menjadi berhadapan dengan sangat dekat. Lalu Wen memelorotkan
celananya sendiri. Terlihat penis Wen yang besar sudah mengacung keras, dan
tanpa basa basi lagi dimasukkannya penis besar itu ke dalam vagina Audrey dari
belakang. Erangan kecil keluar dari mulut Audrey disertai bunyi bel berdenting
beberapa kali. Mata Audrey terpejam rapat. Aku melihat ke bawah ke arah vagina
Audrey. Terlihat vagina Audrey sudah penuh dengan penis Wen yang besar dengan
sebuah bel kecil yang bergoyang-goyang tergantung dari bibir atas vaginanya.
Wen mulai memompa penisnya keluar masuk vagina Audrey yang disertai
erangan-erangan kecil Audrey dan bunyi bel yang bergoyang. Tubuh Audrey
terdorong ke depan sehingga wajahnya sekarang berada disamping kuping kananku.
Terdengar
erangan-erangan Audrey di kupingku setiap kali penis Wen yang besar memasuki
vaginanya.
“Maafkan aku Tom, aku
tidak kuat disiksa…” tiba-tiba bisik Audrey di kupingku. Aku tidak menjawab dan
hanya diam saja.
Genjotan-genjotan penis
Wen pada vagina Audrey semakin keras, dan erangan-erangan Audrey semakin
terdengar keras. Badan Audrey mulai mengikuti irama permainan Wen. Terlihat
vagina Audrey sudah sangat basah, cairan kewanitaannya mulai terlihat membasahi
kedua paha dalamnya.
“Wah vagina istrimu
sangat basah…dia sangat menikmatinya” kata Wen kepadaku sambil tertawa.
“Saatnya kita ke tahap
selanjutnya” kata Wen kemudian sambil dengan tiba-tiba memasukkan 2 jarinya
secara kasar ke dalam anus Audrey.
Jeritan keras terdengar
dari mulut Audrey. Audrey berusaha menarik badannya namun dengan sigap Wen
menahannya.
“Diam Audrey!!!” hardik
Wen kepada Audrey.
Setelah beberapa menit
puas mengobok-obok anus Audrey dengan kedua jarinya, Wen lalu mencabut penisnya
dari vagina Audrey dan mengarahkannya ke anus Audrey. Wen menarik badan Audrey
ke belakang sehingga wajah Audrey sekarang kembali berhadapan dengan wajahku.
Terlihat wajah kesakitan dari Audrey ketika penis Wen yang besar mulai memasuki
lubang anusnya. Air mata mulai meleleh dari kedua mata Audrey. Perlu beberapa
menit sampai seluruh penis Wen masuk ke dalam lubang anus Audrey, dan kemudian
Wen mulai memompa penisnya keluar masuk lubang anus Audrey. Jeritan-jeritan
sakit terdengar dari mulut Audrey, matanya kembali terpejam menahan sakit. Dua
tamu wanita kemudian mendatangi Audrey dari kedua sisi. Salah satunya membawa
vibrator yang cukup besar dan menyalakannya.
“Ziiing…….” terdengar
bunyi vibartor itu. Salah satu tamu wanita tersebut kemudian berjongkok disisi
sebelah kiri Audrey dan memasukan vibrator tersebut ke dalam vagina Audrey yang
disertai erangan-erangan Audrey. Tamu wanita yang lainnya berjongkok disisi
kanan Audrey dan mulai meraba-raba dan menciumi payudara Audrey yang bergantung
bebas. Tubuh Audrey kembali terdorong ke depan, sehingga wajahnya kembali
berada disebelah kuping kananku. Badan Audrey bergoyang hebat dikarenakan
genjotan penis Wen di lubang anusnya dan genjotan vibrator di vaginanya.
Erangan-erangan Audrey terdengar keras bersahut-sahutan dengan bunyi vibrator
dan bel yang bergoyang keras di bibir atas vaginanya. Erangan-erangan Audrey
tidak lagi terdengar sebagai erangan kesakitan tapi telah berubah menjadi
erangan kenikmatan. Tanpa disadarinya, Audrey mulai menciumi kuping dan leherku
dan sesekali menggigit pelan leherku. Tidak butuh waktu lama untuk Audrey
mencapai orgasmenya kembali, badannya mengejang hebat disertai lenguhan kecil
ketika dia mencapai puncak orgasmenya. Namun Wen belum ada tanda-tanda bahwa
Wen akan mencapai orgasmenya. 40 menit telah berlalu, Audrey telah berkali-kali
mengalami orgasme, sampai akhirnya Wen memuntahkan seluruh spermanya didalam
anus Audrey. Wen kemudian menarik penisnya keluar dari lubang anus Audrey dan
membimbing Audrey ke matras di tengah basement itu. Ternyata salah satu tamu
pria Wen telah tidur terlentang di atas matras itu dengan keadaan telanjang
bulat dan penis besar yang mengacung ke atas. Wen membimbing Audrey menduduki
penis tersebut. Audrey hanya menurut saja apa yang dikehendaki Wen. Setelah
penis besar tamu Wen yang bernama Liem itu masuk seluruhnya ke dalam vagina
Audrey, Liem kemudian menarik kedua putting payudara Audrey sehingga posisi badan
atas Audrey meniduri dada Liem. Liem lalu mencium bibir Audrey dengan ganas,
dan aku melihat Audrey melayaninya. Lidah Audrey dan lidah Liem bertautan,
mereka berciuman dengan ganasnya. Sementara itu Zhou yang juga sudah telanjang
bulat mendekati pantat Audrey dari belakang, dan tanpa basa-basi memasukan
penisnya yang juga besar ke dalam lubang anus Audrey, sehingga sekarang posisi
Audrey terjepit di antara tubuh Liem dan Zhou dengan 2 penis menancap
masing-masing di vaginanya dan di anusnya.
Mata Audrey terlihat
berbinar ketika Liem dan Zhou mulai memompa penisnya masing-masing pada vagina
dan anus Audrey. Tidak ada lagi penolakan dari Audrey, bahkan Audrey turut
menggoyang-goyangkan pinggulnya seirama dengan genjotan Liem dan Zhou.
“Lihat, istrimu mulai
menikmati dan menerima statusnya yang baru sebagai budak seks. Saya harap kamu
juga dapat menerimanya. Kamu tidak mau kan rekaman dvd istrimu tersebar di
internet, lagipula aku lihat kamu juga mulai menikmatinya, lihat penis kamu
mulai membesar” bisik Wen kepadaku.
“Kamu menurut saja, dan
kamu dapat mendapatkan impianmu selama ini, yaitu melihat istrimu disetubuhi
pria lain” lanjut Wen kepadaku.
Aku hanya mengangguk
pelan. Terus terang melihat Audrey disandwich oleh 2 laki-laki tua telah
membangkitkan nafsu birahiku. Obat yang diberikan Wen kepadaku mulai memudar
dan tubuhku mulai tidak lemas lagi, namun bukannya aku membantu Audrey
melepaskan diri tapi aku malah menikmati adegan seks di depanku. Terasa lama
sekali untuk Liem dan Zhou mencapai orgasmenya, namun sebaliknya sangat cepat
sekali Audrey mengalami orgasme. Setelah Audrey mengalami orgasme berkali-kali,
barulah Liem dan Zhou secara bersamaan memuntahkan spermanya masing-masing
dalam vagina dan anus Audrey. Selesai memuntahkan spermanya dalam anus dan
vagina Audrey, Liem dan Zhou segera digantikan oleh tamu pria yang lainnya.
Kali ini giliran Lam dan satu tamu lainnya yang bernama Kong. Audrey
diposisikan tiduran terlentang di atas tubuh gemuk Lam dengan penis Lam yang
menancap di anus Audrey, sedangkan Kong menancapkan penisnya ke dalam vagina
Audrey dari atas. Lam dan Kong dengan segera menggenjot penisnya masing-masing
dengan kasar pada vagina dan anus Audrey. Audrey terlihat kepayahan melayani
nafsu Lam dan Kong. Kedua tangan Audrey bertumpu di dada Lam, kedua kakinya
terbuka lebar memberikan akses seluas-luasnya bagi penis Kong di vaginanya.
Sementara itu, ketiga tamu wanita yang semuanya telah telanjang bulat menyerbu
penisku, mereka memelorotkan celana dan celana dalamku dan mulai menjilati
penisku secara bergantian yang membuat nafsu birahiku semakin memuncak.
Tanganku mulai berani meraba-raba payudara ketiga wanita tersebut. Audrey
kadang-kadang terlihat memandang ke arahku yang sedang dioral service oleh
ketiga tamu wanita tersebut. Entah cemburu atau karena tidak mau kalah melihat
aku menikmati service ketiga tamu wanita tersebut, Audrey kembali
berkonsentrasi dengan persetubuhannya dengan Lam dan Kong. Tangan kanannya
meraih belakang kepala Kong dan ditariknya kedepan dan Audrey menciumi bibir
Kong dengan ganasnya.
Lidah Audrey terlihat
bermain dengan lidah Kong, pinggul Audrey bergoyang makin hebat seakan-akan
memberi semangat untuk Lam dan Kong agar menggenjot penisnya masing-masing
dengan semakin ganas pada vagina dan anusnya. Orgasme demi orgasme melanda
Audrey, sampai akhirnya Lam dan Kong menghabiskan seluruh spermanya dalam
vagina dan anus Audrey. Aku sendiripun telah mengalami orgasme, seluruh
spermaku ditelan habis oleh ketiga tamu wanita tersebut. Setelah selesai
menghabiskan seluruh spermaku, ketiga wanita tersebut bermain seks bertiga.
Rupanya mereka adalah lesbian. Ketika aku bermaksud untuk ikut serta, secara
halus mereka menolakku. Sementara itu Audrey masih melayani kelima pria tua di
atas matras. Mereka secara bergantian atau bersama-sama menyetubuhi Audrey
dengan berbagai macam gaya seks. Terkadang seluruh lubang yang ada di Audrey
yaitu mulut, vagina dan anus Audrey harus melayani penis-penis pria-pria tua
tersebut secara bersamaan. Terlihat juga Audrey melayani kelima pria tua
tersebut secara bersamaan. Audrey duduk di atas Wen yang berbaring terlentang
dimatras dengan penis Wen pada vagina Audrey, sedangkan Kong asyik menggenjot
anus Audrey dari belakang. Secara bersamaan mulut Audrey menjilati dan
menghisap penis Lam, sedangkan tangan kiri Audrey sibuk mengocok penis Zhou dan
tangan kanan Audrey sibuk mengocok penis Liem. Terlihat suatu adegan yang
fantastis di hadapanku, Audrey istriku yang cantik, berkulit putih dan mulus
sibuk melayani 5 pria tua yang semuanya bertubuh gemuk dan berbulu lebat.
Erangan-erangan mereka membahana di basement itu disertai bunyi bel kecil yang
tergantung di bibir atas vagina Audrey. Orgasme-orgasme silih berganti melanda
mereka. Sudah banyak sekali sperma kelima pria tua itu memenuhi vagina, lubang
anus dan mulut Audrey. Bekas-bekas sperma nampak dibibir vagina dan lubang anus
Audrey, juga demikian di bibir mulut Audrey, namun mereka terus bersetubuh
sepanjang malam itu sampai pagi menjelang ketika mereka semua kehabisan tenaga
dan tidur bersama di basement itu dengan keadaan telanjang bulat.
Bagian V: Penutup
Hari sudah siang ketika
Audrey dan kelima pria tua bangun, merekapun mandi bersama-sama. Ketiga tamu
wanita sudah tidak nampak di villa, kelihatannya mereka sudah pulang duluan ke
Jakarta. Tidak terasa sudah dari jumat malam aku dan Audrey berada di villa.
Sekarang sudah hari minggu, namun tidak terlihat Wen dan 4 pria lainnya akan
pulang ke Jakarta. Mereka masih asyik menyetubuhi budak seks barunya, yaitu
Audrey istriku. Tidak henti-hentinya mereka menyetubuhi Audrey baik secara
bergantian maupun secara bersama-sama. Mereka menyetubuhi Audrey baik di ruang
tengah, di ruang makan, di kolam renang, di jacuzzi maupun di kamar tidur. Aku
melihat Audrey berusaha melayani nafsu binatang mereka dengan sebaik-baiknya.
Terlihat sekali istriku sudah menerima status barunya sebagai budak seks.
Meskipun terlihat sulit bagi Audrey untuk mengimbangi kemampuan seks kelima
pria tua itu, namun Audrey terlihat mulai menikmatinya, terutama apabila Audrey
disetubuhi dengan gaya-gaya baru yang belum pernah dicobanya. Kelima pria itu
terus menyetubuhi Audrey sepanjang hari Minggu, Senin sampai hari Selasa,
mereka hanya berhenti kalau saatnya makan dan tidur sebentar. Kagum aku melihat
stamina kelima pria tua tersebut mengingat usia mereka semuanya sudah di atas
50 tahun. Kadang-kadang ketika mereka beristirahat sebentar, mereka
mengijinkanku untuk dioral oleh Audrey, namun mereka tidak pernah mengajakku
untuk secara bersama-sama menyetubuhi Audrey. Hari Rabu pagi, mereka baru
mengijinkan aku dan Audrey kembali ke Jakarta dengan instruksi bahwa cincin dan
bel kecil di bibir atas vagina Audrey tidak boleh dilepas, mulai sekarang
Audrey hanya diperbolehkan memakai rok dengan tidak boleh memakai BH dan celana
dalam, setiap hari Audrey harus meminum pil anti hamil yang diberikan oleh Wen,
Audrey harus selalu mencukur bulu-bulu disekitar vaginanya sehingga vaginanya
selalu mulus tanpa bulu sehelaipun, aku tidak boleh menyetubuhi Audrey, aku
hanya boleh dioral saja oleh Audrey dan kapanpun Wen dan teman-temannya
memanggil Audrey atau datang ke rumah kami, Audrey harus siap melayani. Apabila
kami tidak menuruti maka dvd rekaman persetubuhan Audrey di villa tersebut akan
tersebar di internet. Audrey hanya mengangguk tanda setuju mendengar instruksi
Wen sedangkan aku hanya diam tanpa bisa berbuat apapun. Kamipun pulang ke
Jakarta pada hari Rabu pagi itu dengan status baru istriku sebagai budak seks
pemuas nafsu.
Ketika Istriku Menjadi
Budak Seks Bos-ku 2
Bagian I: Pendahuluan
Audrey
Tidak terasa sudah 3
minggu berlalu semenjak kejadian di puncak. Selama tiga minggu itu tidak ada
apapun yang terjadi. Aku dan istriku Audrey masih menuruti instruksi yang
diberikan Wen sebelum kami pulang dari puncak, namun tidak ada tanda-tanda Wen
akan meneruskan aksinya terhadap Audrey. Di kantor tempatku bekerja Wen tidak
pernah membicarakan kejadian di puncak itu, dia bertindak seolah-olah kejadian
di puncak tidak pernah terjadi dan akupun bekerja seperti biasa yaitu membantu
Wen dalam manajemen kantor sehari-hari, meskipun semenjak kejadian 3 minggu
lalu itu aku dan Wen menjadi tidak akrab seperti biasanya. Kami jarang
mengobrol satu sama lain, adapun apabila harus berbicara dengan Wen hanyalah
sebatas pembicaraan yang terkait dengan pekerjaan. Selama tiga minggu itu,
Audrey tidak pernah keluar rumah. Bel kecil di bibir atas vaginanya dan
larangan memakai BH dan celana dalam membuatnya risih untuk keluar rumah.
Setiap Audrey melangkah pasti terdengar bel kecil itu berbunyi pelan. Mungkin
pembantu-pembantu dan supir di rumah sebenarnya mendengar dentingan bel kecil
itu, hal itu terlihat di raut wajah mereka ketika Audrey ada di sekitar mereka.
Raut wajah mereka menampakkan kebingungan dan kecurigaan karena mendengar bunyi
bel kecil dari dalam rok majikan perempuannya, namun mereka tidak ada yang
berani bertanya ataupun berkata apa-apa.
Di rumahku aku dan
Audrey mempekerjakan 2 pembantu wanita, 1 pembantu pria dan seorang supir.
Salah satu pembantu wanita kami yang biasa kami panggil bi Minah seorang wanita
tua yang bertugas memasak dan mencuci pakaian. Satu pembantu wanita kami yang
lain bernama panggilan Mar seorang wanita muda berumur 18 tahunan yang bertugas
membersihkan rumah, sedangkan pembantu pria dan supir kami masing-masing
bernama Sudin dan Amir. Keduanya berumur sekitar 50 tahunan dan berkulit sangat
hitam tanda seringnya terkena terik sinar matahari. Pembantu-pembantu dan supir
di rumah terlihat menyadari perubahan pada diri Audrey, terutama Sudin dan
Amir. Mereka sering terlihat memandangi istriku di rumah, meskipun setiap kali
aku melihatnya mereka memalingkan muka dan pura-pura sedang tidak memandangi
Audrey. Audrey di rumah tidak pernah lagi memakai BH dan celana dalam, hal itu
sesuai dengan instruksi Wen. Ada rasa kekuatiran bahwa pembantu dan supir di
rumah mengetahui hal itu, apalagi setelah melihat akhir-akhir ini Sudin dan
Amir sering memandangi istriku dengan tatapan yang lain, sedikit mesum
terpancar di muka mereka yang hitam itu. Tidak terasa sudah 3 minggu berlalu
semenjak kejadian di puncak…, ketika pada suatu malam telepon kami berdering.
Audrey mengangkat telepon dan terlihat berbicara dengan serius dengan orang di
seberang telepon itu. Setelah 10 menit berbicara, Audrey menutup telepon dan
dengan muka pucat menghampiriku. Audrey menceritakan bahwa yang menelepon
barusan adalah Wen. Wen akan datang ke rumah besok siang dan memerintahkan
istriku untuk mempersiapkan diri…
*******************************
Bagian II: Pelecehan di
Rumah
Mr. Wen
Keesokan harinya, aku
ke kantor seperti biasanya, karena ketika Wen menelepon Audrey tadi malam, Wen
tidak menginstruksikan apa-apa yang berkaitan dengan diriku. Hari itu di kantor
Wen memberikanku banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Terus terang aku tidak
bisa konsentrasi di kantor. Perasaanku campur aduk mengingat telepon Wen pada
istriku tadi malam, namun Wen tidak mengatakan apapun kepadaku tentang janjinya
dengan Audrey siang ini. Wen memperlakukanku seolah-olah aku tidak mengetahui
rencananya siang ini dengan Audrey. Menjelang istirahat makan siang, aku
melihat Wen meninggalkan kantor. Melihat itu hatiku semakin campur aduk. Aku
bisa menebak Wen akan pergi kemana, namun aku tidak bisa berbuat apa-apa, masih
banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan di kantor. Aku semakin tidak bisa konsentrasi
dan pikiranku semakin kacau ketika jam sudah menunjukkan pukul 3 sore dan belum
ada tanda-tanda Wen kembali ke kantor. Akhirnya aku memutuskan untuk menelepon
Hp Audrey. “Tuut…tuut…tuut…” bunyi nada panggil di Hp Audrey tidak ada yang
mengangkat. Setelah beberapa detik kemudian baru ada yang mengangkat, dan yang
mengangkat adalah Wen.
“Tom, tenang saja,
Audrey tidak apa-apa, kamu tidak perlu kuatir” suara Wen terdengar seakan-akan
dia tahu kekuatiranku.
“Kamu tolong selesaikan
dulu pekerjaan-pekerjaan yang saya kasih hari ini” perintah Wen kemudian lalu
menutup Hp itu.
Perasaanku semakin
kacau balau karena mengetahui ternyata Wen masih berada di rumahku, apalagi
secara sayup-sayup aku mendengar erangan-erangan istriku di latar belakang
suara Wen di HP. Dengan perasaan kalut akupun berusaha dengan cepat mengerjakan
semua pekerjaan yang diberikan Wen kepadaku. Namun karena banyaknya pekerjaan
yang diberikan Wen, aku baru bisa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tersebut
kurang lebih pukul 7 malam. Begitu semua pekerjaan selesai, akupun segera
pulang ke rumah. Di jalan, Amir supirku aku suruh mengendarai mobil dengan
cepat sehingga aku dapat sampai ke rumah dengan segera.
Sesampainya di rumah,
aku melihat mobil Wen masih berada di drive way rumahku. Aku sempat mendengar
Amir supirku mengatakan “Kok ada mobil Pak Wen?”, namun aku tidak menjawab atau
memperhatikan kata-kata supirku lagi, aku langsung keluar mobil dan masuk rumah
dari pintu samping. Di dalam rumah, aku tidak melihat istriku atau Wen di ruang
tamu maupun di ruang tengah. Akupun langsung naik ke lantai atas menuju kamar
tidur utama rumahku. Pintu kamar utama ternyata terkunci dari dalam. Aku
mengetuknya pelan beberapa kali sambil memanggil-manggil nama Audrey. Setelah
beberapa menit, pintu kamar itu terbuka. Ternyata yang membukakan pintu adalah
Wen. Kemudian Wen mempersilahkan aku masuk ke dalam kamarku sendiri tersebut.
Ternyata di dalam kamar sudah ada satu lagi pria yang belum pernah aku lihat
sebelumnya. Wen memperkenalkan aku dengan pria tersebut yang ternyata adalah
anaknya Wen. Namanya Peter, umurnya kurang lebih 20 tahun, badannya kekar tanda
dia sering pergi ke fitness center dan matanya sipit seperti bapaknya. Aku
belum pernah melihat Peter sebelumnya, karena Wen memang selalu tidak pernah
mengajak keluarganya dalam acara-acara kantor. Aku hanya pernah mendengar bahwa
Wen adalah seorang duda dengan satu orang anak. Aku mengira bahwa selama ini
anaknya Wen berada di Cina, ternyata dugaanku meleset, karena sekarang berdiri
di hadapanku, Peter anaknya Wen yang nampak sekali sudah cukup lama berada di
Jakarta bersama bapaknya, hal itu dapat dilihat dari betapa fasihnya Peter
dalam berbahasa Indonesia. Baik Wen dan Peter sudah berpakaian lengkap, hanya
kaus kaki dan sepatu saja yang belum mereka kenakan. Pertama kali melihatku,
Peter terlihat canggung dan merasa tidak enak.
“Ter, seperti sudah
papa katakan kepadamu, Audrey itu sudah mempunyai suami, dan suaminya telah
setuju bahwa kita boleh melakukan apa saja terhadap istrinya. Terbukti kan papa
tidak bohong” kata Wen tiba-tiba kepada Peter karena melihat kecanggungan Peter
di hadapanku.
Peter
Peter
“Sekarang kamu nikmati
saja malam ini. Papa ada tontonan menarik buatmu” sambung Wen kepada Peter yang
membuat jantungku semakin berdegup kencang. Peter yang diajak bicara tidak
menjawab, dia hanya mengangguk-angguk pelan.
“Tontonan? Apalagi ini
yang akan diperbuat Wen kepada istriku” pikirku kalut dalam hati.
Setelah beberapa menit
baru aku bisa menenangkan diri, dan aku baru menyadari bahwa Audrey tidak
berada di kamar itu. Rupanya Audrey sedang di kamar mandi untuk membersihkan
diri, hal itu aku ketahui dari bunyi shower di kamar mandi yang memang berada
di kamar itu. Aku, Peter dan Wen tidak berbicara apapun lagi, kami hanya
menunggu Audrey di kamar mandi. Aku merasa canggung berada dengan 2 pria lain
di kamarku sendiri. Peter juga terlihat canggung, dia hanya terlihat beberapa
kali berbisik kepada Wen. Setelah beberapa menit, Audrey keluar dari kamar
mandi. Audrey hanya menggunakan handuk melilit di tubuhnya. Audrey terlihat
sedikit terkejut ketika dia mengetahui aku sudah berada di kamar. Mukanya
terlihat malu.
“Audrey segera
siap-siap sesuai perintahku” kata Wen kepada Audrey memecah keheningan kamar.
Audrey hanya menggangguk menurut.
Melihat anggukan
Audrey, Wen kemudian melangkah keluar kamar sambil menyuruhku dan Peter
mengikutinya. Kami pun keluar dari kamar tidur utama meninggalkan Audrey
sendiri dan kami menuju ruang TV di lantai bawah. Sesampainya di ruang TV, Wen
menyuruh Peter dan aku meminggirkan meja di ruang TV sehingga hanya tinggal
sofa dan karpet di ruang TV itu. Wen dan Peter duduk di sofa panjang sedangkan
aku diminta duduk di sofa kecil di ruang TV. Setelah kurang lebih 15 menit
kemudian, nampak Audrey turun dari lantai atas. Audrey sudah mengenakan make-up
dengan rambut tertata rapi, namun Audrey tidak mengenakan pakaian apapun juga.
Audrey turun ke ruang TV dalam keadaan telanjang bulat, di vaginanya yang
bersih terlihat cincin emas dan bel kecil masih tergantung. Terus terang Audrey
terlihat sangat cantik sekali dengan kepolosannya itu yang membuat penisku
segera mengencang.
Sesampainya di ruang
TV, Audrey langsung berdiri di tengah ruangan menghadap ke arah Wen dan Peter.
Terlihat Audrey sedikit malu karena melihat kehadiranku diruang TV itu.
“Nah, Audrey, setelah
saya dan anakku ini menikmati tubuhmu dari siang, sekarang saya ingin melihat
apakah kamu sudah siap untuk benar-benar menjadi budak seksku” kata Wen
tiba-tiba kepada Audrey.
Audrey yang ditanya
hanya mengangguk pelan.
“Sekarang kamu panggil
pembantu laki-laki dan supirmu kesini” perintah Wen kepada Audrey.
“Ter, kamu juga panggil
si Kisno kesini” perintah Wen kepada Peter sambil menunjuk ke arah luar rumah
menandakan Peter harus memanggil Kisno supir pribadi Wen yang menunggu diluar.
Mendengar apa yang
dikatakan Wen, Audrey dan aku sangat kaget. Kami tidak percaya dengan apa yang
baru kami dengar.
“Maaf Pak Wen,
kelihatannya jangan sejauh itu” kataku kepada Wen.
“Ya terserah kamu Tom,
tapi jangan salahkan saya kalau dvd rekaman persetubuhan Audrey tersiar luas di
internet atau bahkan sampai ke tangan orang tua Audrey” jawab Wen kalem.
Aku tidak bisa
menjawab, aku hanya bisa memandang Audrey untuk menanyakan pendapatnya. Audrey
hanya diam saja, air mata menetes di kedua pipinya.
“Bagaimana? Ini
terserah kalian” sahut Wen kepadaku dan Audrey sambil memberi isyarat kepada
Peter untuk bangkit dari sofa.
Melihat Wen dan Peter
bangkit dari sofa, Audrey segera berlutut dan meraih paha Wen.
“Ampuun Pak Wen, saya
akan lakukan apa saja, asal jangan dengan pembantu atau supir…malu saya…”
tangis Audrey mengiba kepada Wen.
Sudin
Sudin
“Aaahh…kamu itu budak
seksku, kamu harus menurut apapun yang saya suruh tahu! Lagian
pembantu-pembantumu pasti sudah curiga, dari tadi siang saya ada di dalam
kamarmu. Apa lagi yang kamu harus sembunyikan” hardik Wen kepada Audrey.
“Saya hitung sampai 10,
apabila tetap tidak mau, saya akan pergi dari rumahmu sekarang juga, tapi
jangan salahkan saya kalau rekaman persetubuhanmu sampai ke tangan orang tuamu”
lanjut Wen tegas.
“1…..2……3……4…….5…….6……7…..”
hitungan Wen dimulai.
Pada hitungan ke
delapan, Audrey bangkit dari posisi berlutut. Dengan gemetar dan isak tangis
Audrey menuju interkom yang berada di dinding ruang TV.
“Pak Sudin….Pak Amir…”
suara Audrey bergetar memanggil pembantu laki-laki dan supirku.
“Ya bu..” terdengar
jawaban Sudin dari seberang interkom.
“Tolong Pak Sudin dan
Pak Amir ke ruang TV” lanjut Audrey masih dengan suara bergetar menahan tangis.
“Baik bu” jawab Sudin
kemudian.
Mendengar itu, Wen
segera meyuruh Peter untuk memanggil Kisno supir pribadinya yang menunggu
diluar. Peter yang sudah dapat menebak apa yang diinginkan bapaknya dengan
sedikit berlari segera keluar rumah.
“Jangan lupa bilang si
Kisno bawa videocamnya” sahut Wen kepada anaknya.
Audrey telah kembali
berdiri di tengah ruang TV sambil menangis ketika Sudin dan Amir tiba di ruang
TV.
“Ada……aaapppaaaaaa…”
Amir tidak dapat melanjutkan kata-katanya, nampak sekali dia kaget ketika tiba
di ruang TV dan melihat majikan perempuannya dalam keadaan telanjang bulat di
tengah ruang TV.
Baik Amir maupun Sudin
hanya berdiri terpana melihat keadaan Audrey. Tidak ada kata-kata yang keluar
dari mulut mereka. Meskipun raut muka mereka nampak kaget, namun mata mereka
tidak bisa lepas dari pemandangan indah yang ada di hadapan mereka.
Amir
Amir
“Naahh, Sudin dan Amir,
malam ini majikanmu mau memberimu hadiah atas kesetian kalian selama ini” kata
Wen tiba-tiba memecah keheningan di ruang TV itu.
Mendengar kata-kata
Wen, Sudin dan Amir diam saja. Mereka mengerti apa maksud kata-kata Wen, namun mereka
berdua langsung menatapku seakan minta kepastian dariku. Karena masih kaget dan
tidak tahu apa yang harus aku perbuat, aku hanya diam saja dan malah memandang
ke arah Audrey seakan-akan menyuruh Sudin dan Amir menanyakannya langsung ke
Audrey.
“Audrey, hentikan
tangismu! Cepat katakan apa yang saya telah ajarkan kepadamu sepanjang siang”
sahut Wen dengan keras kepada Audrey.
“Tuan-tuan,
sa..saya..si..siap melayani tuan-tuan…silahkan pa..pakai se..seluruh lubang
yang ada pada diri saya untuk ke…kenikmatan tuan-tuan” kata Audrey terbata-bata
sambil menahan tangisnya.
“Nah, Sudin dan Amir,
kalian sudah dengar sendiri kan. Silahkan langsung saja jangan malu-malu.
Majikanmu sudah memperbolehkan. Saya hanya minta boleh direkam ya….” kata Wen
terkekeh sambil mengambil video kamera dari tangan Kisno yang ternyata juga
bersama Peter telah tiba di ruang TV.
“Kisno, kamu ajari
Sudin dan Amir supaya tidak malu-malu” perintah Wen kemudian kepada Kisno
supirnya.
“Siaap boss” jawab
Kisno cepat sambil menghampiri Audrey.
Kemudian Kisno
menjambak rambut Audrey dengan tangan kirinya dan menariknya ke belakang
sehingga wajah Audrey terdongak ke atas.
“Mir, Din. Majikanku
ini selalu membagi budak seksnya kepadaku. Sekarang majikanmu ini sudah jadi
budak seksnya, sehingga beruntunglah kalian bisa ikutan menikmatinya. Ayo
jangan malu-malu, kapan lagi bisa menikmati dan memperbudak majikan
sendiri…haa..haa….haa..” kata Kisno kepada Sudin dan Amir sambil tertawa dan
tangan kanannya mulai meraba-raba kedua payudara dan vagina Audrey.
Dengan ragu-ragu, Sudin
dan Amir menghampiri Audrey. Tangan-tangan mereka mulai menggerayangi tubuh dan
paha mulus Audrey. Melihat Audrey hanya diam saja, tangan-tangan Sudin dan Amir
semakin berani menggerayangi tubuh Audrey. Tangan-tangan mereka mulai
ikut-ikutan meraba-raba kedua payudara dan vagina Audrey.
Kisno
Kisno
“Senyum! Jangan mewek
aja kalau lagi ngelayanin tuan-tuanmu ini!” bentak Kisno keras kepada Audrey.
Audrey yang mendengar
bentakan Kisno berusaha tersenyum dengan terpaksa.
“Cium kedua majikan
kamu ini dengan mesra” perintah Kisno selanjutnya kepada Audrey sambil
melepaskan jambakannya pada rambut Audrey.
Audrey meskipun
terlihat terpaksa kemudian melingkarkan kedua tangannya di leher Amir dan mulai
mencium bibir Amir dengan mesra. Ciuman Audrey pada supirku itu tidak bertepuk
sebelah tangan. Amir langsung membalas ciuman Audrey dengan ganas. Lidahnya
langsung masuk ke mulut Audrey dan mengobok-obok mulut Audrey sampai-sampai
Audrey kesulitan bernapas dan tersedak. Kemudian Audrey beralih kepada Sudin.
Kembali kedua tangannya dilingkarkan di leher pembantuku itu, dan bibirnya
mulai menciumi bibir Sudin. Tidak seperti Amir, Sudin membalas ciuman Audrey dengan
mesra. Sudin sedikit menarik Audrey dari Kisno dan Amir, sehingga Audrey dan
Sudin dapat berciuman dengan mesra berdua tanpa gangguan Amir dan Kisno. Sambil
tetap berciuman dengan Audrey, Sudin melingkarkan tangan kirinya di pinggul
Audrey dan tangan kanannya digunakan untuk meraba-raba dan mempermainkan
klitoris Audrey. Setelah berciuman beberapa menit sambil mempermainkan klitoris
Audrey, Sudin menurunkan tangan kirinya ke bongkahan pantat Audrey.
Diraba-rabanya kedua bongkahan pantat Audrey itu, dan kemudian dengan sedikit
menahan pantat Audrey dengan telapak tangan kirinya, Sudin memasukan jari
tengah dan jari telunjuk tangan kanannya ke dalam vagina Audrey dengan jempol
tangan kanan Sudin tetap mempermainkan klitoris Audrey.
“Eegghhh…” terdengar erangan
kecil Audrey ketika kedua jari Sudin memasuki vaginanya.
“Suka?” tanya Sudin
kepada Audrey sambil melepaskan ciumannya pada Audrey. Audrey tidak menjawab,
dia hanya diam saja.
Melihat Audrey hanya
diam saja, Sudin menekan kedua jarinya di dalam vagina Audrey dengan sedikit
keras.
“Egghh….” terdengar
erangan Audrey sedikit mengeras.
“Suka?” tanya Sudin
lagi kepada Audrey dengan sedikit tegas.
Mendengar pertanyaan
Sudin untuk kedua kalinya, Audrey mengangguk pelan untuk menjawab dan
menyenangkan hati Sudin.
“Eh..sini Din, jangan
dipakai sendiri aja, kita juga mau” kata Kisno tiba-tiba sambil menarik Audrey
dari Sudin.
“Ayo sini, layani kita
bertiga sekaligus” kata Kisno sambil menarik Audrey kembali ke tengah ruang TV
yang segera diikuti oleh Amir dan Sudin.
“Ayo pelacur, kamu kan
sudah diajari Pak Wen dari tadi siang, tunjukkan keahlianmu” perintah Kisno
kepada Audrey.
Kini Audrey yang
telanjang bulat dikelilingi oleh Kisno, Sudin dan Amir di tengah ruang TV.
Tanpa perlu diperintah lebih lanjut, Audrey mulai melepaskan pakaian Kisno,
Sudin dan Amir. Setelah seluruh pakaian ketiganya lepas, Audrey kemudian
berlutut dan mulai melepaskan celana dan celana dalam Kisno, Sudin dan Amir
sehingga Kisno, Sudin dan Amir menjadi telanjang bulat. Terlihat sedikit kaget
Audrey melihat selangkangan dan penis-penis Kisno, Sudin dan Amir. Selangkangan
Kisno, Sudin dan Amir ditumbuhi bulu-bulu yang sangat lebat tidak terurus,
ketiga penis mereka semuanya berwarna hitam, berukuran besar-besar dan sudah
mengeras. Nampak penis Kisno sedikit berbeda dari yang lainnya. Di penis Kisno
terlihat mempunyai tonjolan-tonjolan bulat, sepertinya di dalam kulit penis
Kisno seakan-akan ada beberapa kelereng kecil yang dapat bergerak-gerak dan
membuat kulit penis Kisno menjadi tidak rata dan bergelombang. Selain daripada
keanehan itu, terlihat kedua sisi penis kisno juga ditindik dengan beberapa
cincin emas seperti yang ada pada bibir atas vagina Audrey, namun yang
membedakannya adalah di cincin-cincin pada penis Kisno itu di beberapa
bagiannya tertutup dengan bulu-bulu kasar seperti sabuk kelapa. Melihat penis
Kisno yang sangat aneh itu, terlihat wajah Audrey menjadi panik dan ketakutan.
Air mata kembali meleleh di kedua pipinya.
“Hehehehe….jangan
takut” kata Kisno tiba-tiba kepada Audrey.
“Penis ini akan membawa
kenikmatan untukmu pelacur! Pak Wen khusus membawaku ke Cina untuk menjadikan
penisku ini sumber kenikmatan wanita yang tidak ada taranya. Jadi kamu harus
merasa beruntung dapat mencicipi penisku ini. Kamu pasti akan ketagihan seks
setelah merasakan penisku ini” kata Kisno dengan sedikit tertawa.
Setelah mengatakan hal
itu, tanpa menunggu apa-apa lagi, Kisno langsung menarik muka Audrey ke arah
selangkangannya. Dan dengan sedikit memaksa tangan Kisno membuka mulut Audrey
dan memasukkan penisnya yang besar ke dalam mulut Audrey. Audrey dengan sedikit
gelagapan berusaha membuka mulutnya lebar-lebar agar dapat menerima penis Kisno
yang besar itu. Kisno langsung memompa penisnya pada mulut Audrey dengan cepat
sampai Audrey tersedak-sedak. Setelah beberapa menit memompa mulut Audrey
dengan penisnya, Kisno kemudian memalingkan wajah Audrey ke arah penis Amir.
Audrey mengerti apa yang diminta, dia langsung membuka mulutnya dan mulai
melakukan oral service pada penis Amir. Raut muka Amir menampakkan kegembiraan
yang amat sangat ketika penisnya mulai dioral oleh mulut Audrey. Dia
kelihatannya tidak mempercayai apa yang sedang terjadi, dia tidak pernah
menyangka bahwa majikan perempuannya yang muda dan cantik mau mengulum-ngulum,
menghisap-hisap dan menjilati penis tuanya. Selagi mengoral service penis Amir,
Kisno meraih tangan kiri Audrey dan mengarahkan ke penisnya. Audrey seperti
wanita yang sudah terlatih langsung mengerti kemauan Kisno dan mulai
mengocok-ngocok penis Kisno dengan tangan kirinya. Melihat itu Sudin juga tidak
mau kalah dan meraih tangan kanan Audrey dan mengarahkannya ke penisnya. Tanpa
diperintah lagi Audrey juga langsung mengocok-ngocok penis Sudin. Terlihat pemandangan
yang sangat menakjubkan di hadapanku. Audrey yang cantik jelita, berkulit mulus
dan putih sedang melayani 3 laki-laki yang buruk rupa sekaligus.
2 laki-laki itu yang
sedang dilayani Audrey adalah pembantu dan supirnya sendiri yang sudah berusia
50 tahunan, sedangkan pria satu lagi, si Kisno, meskipun umurnya kira-kira
seumuranku, namun mukanya dapat dikatakan yang paling buruk jika dibandingkan
dengan yang lain, dan dengan tubuh gempalnya Kisno terlihat seakan-akan seperti
raksasa jika dibandingkan dengan tubuh Audrey. Setelah beberapa menit mengoral
penis Amir, wajah Audrey kembali dipalingkan oleh Kisno. Kali ini ke penis
Sudin. Audrey langsung menurut dan mulai menjilati dan menghisap-hisap penis
Sudin sedangkan tangan kanannya beralih ke penis Amir. Setelah beberapa menit
melayani penis Sudin dengan mulutnya, wajah Audrey kembali dipalingkan ke penis
Kisno dan tangannyapun beralih ke penis yang lain yang sedang tidak dioralnya.
Kemudian beberapa menit kemudian beralih lagi ke penis Amir dan kemudian ke
penis Sudin dan begitu seterusnya sehingga ketiga penis hitam raksasa itu
diservicenya bergantian. Selain menjilati dan menghisap ketiga penis itu, Wen
yang sedari tadi asyik merekam adegan Audrey dengan Kisno, Sudin dan Amir
memerintahkan Audrey untuk mengulum-ngulum biji-biji kemaluan Kisno, Sudin dan
Amir serta juga menjilati paha dalam ketiganya. Audrey juga diperintahkan Wen,
untuk melakukan deep throat pada ketiga penis itu, hal mana dipenuhi oleh
Audrey dengan susah payah karena begitu besarnya penis-penis itu. Audrey
menuruti semua instruksi Wen meskipun terlihat beberapa kali Audrey merasa
tidak nyaman karena bau dari penis-penis dan selangkangan-selangkangan Kisno,
Sudin dan Amir, namun dengan pasrah Audrey terpaksa menurutinya. Sedangkan Kisno,
Sudin dan Amir terlihat keenakan dioral dan dijilati oleh Audrey, muka-muka
mereka sudah nampak mesum keenakan. Setelah hampir satu jam memberikan oral
service kepada Kisno, Sudin dan Amir, nampak peluh mulai sedikit membasahi
tubuh Audrey. AC di ruang TV sedikit banyak membantu Audrey sehingga peluh
tidak membanjiri tubuhnya. Audrey yang sedang mengulum penis Sudin mempercepat
gerakannya, kelihatannya Audrey mengetahui bahwa Sudin hampir mencapai
klimaksnya.
“Good…good….telan semua
ya….” perintah Wen seakan-akan tahu apa yang akan terjadi.
Audrey tidak menjawab,
dia malah makin mempercepat gerakannya mengoral service penis Sudin. Dan tidak
beberapa lama kemudian Sudin memuntahkan seluruh spermanya ke dalam mulut
Audrey yang langsung ditelan semuanya oleh Audrey, hal mana terlihat dari
tenggorokan Audrey yang bergerak-gerak menelan sesuatu dalam jumlah yang
banyak. Setelah menelan seluruh sperma Sudin, Audrey berpindah ke penis Amir.
Dihisap-hisapnya penis Amir dengan mulutnya sambil tangan kanannya yang kini
bebas mengelus-elus biji kemaluan Amir. Tidak beberapa lama kemudian, Amirpun
memuntahkan seluruh spermanya ke dalam mulut Audrey dan seluruh sperma itupun
ditelan habis oleh Audrey. Terakhir adalah giliran Kisno. Audrey
menghisap-hisap dan menjilati penis Kisno dan kedua tangan Audrey mengelus-elus
biji kemaluan dan paha dalam Kisno. Terlihat sekali Audrey berusaha memberikan
rangsangan yang hebat untuk Kisno agar Kisno cepat mengalami orgasme dan
penderitaan Audrey dalam memberikan oral service dapat segera berakhir. Namun
rupanya Kisno mempunyai stamina yang cukup bagus, sehingga perlu waktu yang
cukup lama bagi Audrey untuk membuat Kisno orgasme dan memuntahkan seluruh
spermanya ke dalam mulut Audrey. Ketika seluruh sperma Kisno telah ditelan habis
oleh Audrey, Kisno kembali menjambak rambut Audrey dan menariknya ke atas
dengan kasar sehingga Audrey terpaksa berdiri. Kemudian Kisno meraih cincin
emas dan bel kecil di bibir atas vagina Audrey dengan kasar.
“Oooucchh….” terdengar
jeritan kecil kesakitan keluar dari mulut Audrey.
Kemudian Kisno dengan
menarik cincin emas dan bel kecil itu menuntun Audrey ke sofa tunggal yang
menghadap TV LCD 42’ di ruang TV rumahku. Suatu pemandangan yang juga sangat
menakjubkan, Kisno yang bertubuh besar dan gempal itu menarik cincin dan bel
kecil itu dan dengan terpaksa dan sambil menahan sakit Audrey yang cantik
mengikutinya. Kisno dengan seenaknya menarik cincin dan bel keci itu
seakan-akan dia sedang menarik cincin dihidung seekor sapi, namun bukan sapi
yang ditarik melainkan istriku Audrey di vaginanya.
Audrey didudukan oleh
Kisno di sofa tunggal itu, masing-masing kedua kakinya dibuka lebar diletakkan
di lengan-lengan sofa tersebut sehingga posisi Audrey sekarang duduk di sofa
dengan kedua kaki mengangkang lebar. Wen memberi isyarat kepada Audrey untuk
tidak bergerak dalam posisi itu. Kemudian Wen menyambungkan sebuah kabel
panjang ke TV LCD 42’ yang berada di hadapan Audrey. Dan setelah kabel
tersambung, nampaklah gambar Audrey di TV itu sedang mengangkang lebar di sofa.
“Nah, sekarang baru
asyik. Kamu bisa melihat secara live persetubuhanmu sendiri” kata Wen kepada
Audrey.
Audrey tidak menjawab
apa-apa. Kemudian Wen memerintahkan Audrey untuk membuka vaginanya dengan
jari-jari tangannya sendiri. Audrey dengan sedikit ragu menurutinya. Audrey
membuka vaginanya sendiri dengan lebar-lebar. Lalu Wen memerintahkan Audrey
untuk mengatakan hal-hal yang tidak senonoh, seperti “saya pelacur yang siap
melayani”, “vagina saya sudah ingin sekali dimasuki penis yang besar” dan
lain-lain. Audrey pada awalnya tidak mau menuruti perintah Wen, namun setelah
diancam oleh Wen bahwa rekaman persetubuhannya akan tersebar di internet,
Audreypun menuruti dengan sedikit isak tangis dan air mata yang meleleh di
kedua pipinya. Setelah puas mempermalukan Audrey, Wen memberikan isyarat kepada
Kisno, dan Kisnopun langsung berlutut didepan selangkangan Audrey dan mulai
menjilati paha dalam Audrey dan terus ke vagina Audrey. Ketika lidah Kisno yang
ternyata ditindik dengan besi kecil itu mulai menyapu bagian dalam vagina
Audrey, terlihat tubuh Audrey sedikit menegang menerima rangsangan di
vaginanya. Kedua tangan Audrey meremas-remas pegangan tangan sofa dan
kadang-kadang memegang paha dalamnya sendiri agar kedua kakinya tetap
mengangkang lebar. Mata Audrey tertuju pada selangkangannya sendiri untuk
melihat kegiatan lidah Kisno di vaginanya.
“Audrey, ngapain kamu
melihat ke bawah, di TV sudah ada gambarmu sendiri, kalau kamu mau melihat
dengan jelas vaginamu tanpa terhalang kepala Kisno, akan saya zoom dan kamu
bisa melihatnya secara jelas di TV” kata Wen sambil menzoom kameranya dan
mengarahkannya pada posisi yang tepat sehingga di TV terlihat jelas sekali
vagina Audrey yang sedang dijilati oleh Kisno dengan rakus.
Audrey menuruti apa
yang dikatakan oleh Wen. Audrey mulai memandang ke arah TV dan melihat
vaginanya sedang dijilati oleh Kisno di TV. Dengan tanpa menghentikan
jilatan-jilatannya pada vagina dan klitoris Audrey, Kisno memasukkan jari
telunjuk dan jari tengah tangan kanannya ke dalam vagina Audrey. Audrey dengan
mata tetap memandang ke TV mengeluarkan erangan kecil, badannya
bergoyang-goyang mengikuti irama permainan jari-jari Kisno di vaginanya. Adegan
itu direkam dengan lihainya oleh Wen. Wen kadang-kadang menzoom in dan zoom out
kameranya sehingga kadang-kadang hanya gambar vagina Audrey yang sedang
dipermainkan Kisno nampak di layar TV dan kadang-kadang gambar keseluruhan
Audrey sedang duduk mengangkang di sofa dengan badan yang bergoyang-goyang dan
meliuk-liuk dengan kepala Kisno terbenam diselangkangannya nampak di layar TV.
Erangan-erangan makin jelas keluar dari mulut Audrey, nampaknya Kisno dengan
lihainya telah membuat Audrey terangsang hebat. Tubuh Audrey makin bergoyang
mengikuti irama jilatan-jilatan lidah Kisno di vaginanya. Kadang-kadang
terlihat Audrey menggigit kecil bibir bawahnya sendiri menahan rangsangan hebat
yang mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Cukup kira-kira 10 menit permainan
Kisno di vagina Audrey sudah membuat Audrey mulai lupa pada keadaan
sekelilingnya. Mata Audrey tetap menatap TV yang menanyangkan dirinya sedang
dirangsang oleh Kisno, namun kedua tangannya mulai mengelus-elus dan
menjambak-jambak kecil rambut di kepala Kisno. Audrey mulai berani memajukan
pinggulnya ke depan agar lidah dan jari-jari tangan Kisno dapat makin menekan
masuk ke dalam vaginanya.
“Iyaaa…teerruss…iyaa….teeerusss”
mulai terdengar rintihan-rintihan Audrey tanda dia menyukai apa yang diperbuat
Kisno di vaginanya.
Mendengar itu Wen
tertawa kecil dan menzoom kamera ke wajah Audrey yang cantik. Audrey yang
melihat wajahnya di close-up di TV tersenyum kecil. Rangsangan yang diberikan
Kisno pada vaginanya mulai menghilangkan rasa malu dan rasa jijiknya terhadap
pasangan persetubuhannya.
Tidak lama setelah itu
mulai nampak tanda-tanda Audrey akan mengalami orgasmenya. Pinggulnya makin
ditekannya ke depan kearah mulut Kisno. Jambakan-jambakan tangannya pada rambut
Kisno mulai semakin liar dan kedua kakinya semakin dibukanya lebar-lebar.
Detik-detik akhir mendekati orgasme makin terlihat pada diri Audrey, gerakan
pinggulnya semakin liar, erangan-erangannya semakin keras, namun ketika
saat-saat orgasme tinggal selangkah lagi, tiba-tiba dengan mulutnya, Kisno
menarik cincin emas yang ada di bibir atas vagina Audrey dengan keras.
“Aoouuuccch……..!!!”
teriak Audrey keras karena kesakitan. Mukanya meringis menahan sakit, bibirnya
menggigit tangan kanannya yang dikepal. Orgasme yang tinggal selangkah lagi
dicapainya hilang karena rasa sakit itu.
Muka sedikit kecewa
nampak diraut wajah Audrey, namun Kisno tidak mempedulikannya. Kisno kembali
pada kegiatannya merangsang vagina Audrey kembali, dan bagi Audrey setelah
beberapa menit rasa sakit itu hilang, Audreypun kembali hanyut pada permainan
Kisno di vaginanya. Beberapa kali kejadian seperti itu berulang, rupanya Kisno
dengan sengaja membuat Audrey ke titik hampir klimaks namun kemudian
menurunkannya kembali dengan cara menarik cincin emas yang berada di bibir atas
vagina Audrey, sehingga Audrey hanya mengalami rangsangan yang sangat hebat
namun tidak bisa orgasme. Diperlakukan seperti itu membuat Audrey penasaran,
goyangan pinggulnya semakin hebat, sedangkan kedua tangannya berusaha
melindungi cincin emas dan bel kecil yang berada di bibir atas vaginanya agar
tidak bisa ditarik oleh mulut Kisno. Melihat itu Wen segera menyuruh Peter
untuk memegang kedua tangan Audrey dan menariknya ke atas dan ke belakang
kepala Audrey, sehingga dengan kedua tangan yang dipegang Peter itu, Audrey tidak
bisa mencegah perbuatan Kisno yang menghalanginya mencapai orgasme. Selama
setengah jam Audrey diperlakukan demikian oleh Kisno. Audrey nampak sekali
sudah tidak tahan untuk meraih orgasmenya yang tidak kunjung juga bisa
dicapainya. Tatapan matanya sayu dan pasrah dan kadang-kadang dia memejamkan
matanya.
“Tolong….bikin saya
orgasme…jangan…ditarik lagi…” desah Audrey pelan kepada Kisno berulang-ulang.
Mendengar itu Wen
kembali tertawa lebar dan berkata “Audrey, kamu itu budak seks, bukan kamu yang
harus dilayani, tapi kamu harus melayani tahu!”
“Kamu kalau mau orgasme
harus minta ijin, apabila diijinkan baru boleh kamu orgasme, mengerti!” lanjut
wen kepada Audrey.
Audrey yang sudah tidak
tahan untuk mencapai orgasme langsung menjawab “Pak Wen, bolehkah saya
orgasme?”
Pertanyaan itu
diulangnya berkali-kali sampai tiba-tiba Sudin dan Amir secara hampir bersamaan
berkata “Pak Wen, biarkan saya yang membuatnya orgasme”.
Mendengar itu Wen
tertawa kecil “Tidak usah rebutan, Audrey bisa melayani kalian berdua
sekaligus”
“Audrey, kamu
beruntung, ada 2 pejantan ini yang mau memuaskanmu, kamu tahu apa yang harus
dilakukan” kata Wen setengah memerintah kepada Audrey.
Mendengar itu, Audrey
dengan dibantu oleh Kisno bangkit dari sofa, lalu kemudian langsung merebahkan
diri telentang di karpet di tengah ruang TV dengan kaki mengangkang lebar-lebar
di hadapan Sudin dan Amir. Sudin dan Amir dengan penis-penisnya yang sudah
kembali mengencang malah dengan bodohnya termangu melihat posisi siap
disetubuhi yang dipertontonkan Audrey kepada mereka. Kelihatannya mereka tidak
percaya apa yang ada di hadapan mereka dan mereka bingung siapa yang akan
memulai duluan.
“Pak Amir…sini..” desah
Audrey setengah memerintah kepada Amir dan dengan muka yang nampak sudah tidak
sabar karena baik Amir maupun Sudin hanya termangu berdiri di hadapannya.
Amir yang mendengar
namanya dipanggil dengan setengah cengengesan meledek kearah Sudin langsung
memposisikan dirinya di atas tubuh Audrey. Amir segera mengarahkan penisnya
yang besar dan hitam kearah vagina Audrey yang mungil dan mulus itu.
“Maaf ya bu….hehehehe…”
terdengar bisikan Amir sambil terkekeh kecil kepada Audrey ketika Amir mulai
memasukkan penisnya ke dalam vagina Audrey.
Terdengar erangan dan
rintihan kecil dari mulut Audrey ketika penis Amir mulai memasuki vaginanya.
Audrey berusaha memposisikan dirinya agar penis Amir dapat masuk dengan lancar
ke dalam vaginanya. Meskipun vaginanya sudah sangat basah akibat permainan Kisno,
namun terlihat Audrey sedikit kesusahan menerima penis Amir yang besar di
vaginanya. Setelah beberapa puluh detik, barulah seluruh penis Amir amblas ke
dalam vagina Audrey. Mata Audrey memancarkan kebahagiaan dan ketakjuban karena
ternyata vaginanya dapat menampung seluruh penis Amir yang sangat besar dan
panjang itu. Beberapa menit Amir mendiamkan penisnya dalam vagina Audrey untuk
memberikan kesempatan pada Audrey membiasakan diri dengan penisnya yang besar
itu. Kemudian tanpa basa-basi lagi Amir langsung menggenjot penisnya pada
vagina Audrey dengan keras, cepat dan kasar. Audrey yang sudah terangsang berat
karena permainan Kisno sebelumnya, langsung melayani permainan kasar Amir,
dilayaninya genjotan-genjotan Amir dengan goyangan-goyangan pinggulnya dengan
tak kalah hebat. Terlihat pemandangan yang sangat hebat. Dua manusia berbeda
jenis kelamin, yang satu muda dan cantik sedangkan yang satu lagi tua dan jelek
bersetubuh hanya untuk mencari kepuasan nafsu hewani masing-masing, tanpa cinta
dan tanpa kemesraan tapi hanya berlomba-lomba mencari kepuasan seksnya
masing-masing. Audrey dan Amir bersetubuh dengan kasar dan ganas, mereka berdua
sudah tidak mempedulikan sekelilingnya. Mereka seakan-akan berlomba untuk lebih
dahulu mencapai orgasmenya sebelum pasangan persetubuhannya mencapai orgasme.
Hanya perlu sekitar 15 menit ketika Audrey yang memang telah terangsang hebat
dengan permainan Kisno mencapai orgasmenya yang hebat dan panjang. Lenguhan
keras terdengar keluar dari mulutnya, badannya menegang keras, tanggannya
merangkul erat punggung Amir dan kedua kakinya dikaitkan rapat-rapat pada
pinggul Amir. Setelah beberapa menit di puncak orgasme, badan Audrey melemas,
kedua tangannya melepas pelukannya pada punggung Amir, kedua kakinya tergolek
lemas di atas karpet.
Tidak seperti Audrey,
Amir yang sebelumnya sudah mencapai orgasme ketika dioral service oleh Audrey,
masih membutuhkan waktu lama untuk mencapai orgasme. Genjotan-genjotannya pada
vagina Audrey malah semakin kencang, cepat dan kasar. Muka Amir tersenyum lebar
karena mengetahui majikan perempuannya sudah mencapai orgasme, seakan-akan
menunjukkan bahwa dia adalah pemenang dari pertarungan seks itu. Audrey yang
sudah lemas, karena selain sudah orgasme juga karena sedari siang sudah
melayani Wen dan anaknya hanya bisa tergoncang-goncang hebat dengan permainan
kasar Amir. Kedua tangan Audrey hanya tergolek lemah di atas karpet, kedua
kakinya tidak dapat diangkatnya lagi. Audrey hanya bisa tergeletak lemas dengan
posisi kaki terbuka lebar di atas karpet. Ketika Amir meraih kedua pergelangan
kaki Audrey dengan kedua tangannya dan mengangkatnya ke atas serta membuka
kedua kakinya lebar-lebar, Audrey hanya bisa pasrah. Erangan-erangan terdengar
setiap kali penis Amir yang besar membobol vaginanya berulang kali dengan
kasar. Mata Audrey hanya bisa menatap kosong ke wajah Amir dan sesekali kearah
vaginanya seakan-akan menunggu kapan penis Amir yang besar akan memuntahkan
seluruh spermanya ke dalam vaginanya. Setelah belasan menit, Amir belum juga
tampak akan orgasme. Amir merapatkan kedua kaki Audrey dan menyandarkannya pada
salah satu bahunya dan semakin cepat menggenjot vagina Audrey. Audrey secara
reflek merapatkan kedua tangannya sejajar di kiri dan kanan tubuhnya. Audrey
hanya bisa mengerang-erang dan merintih-rintih ketika penis Amir masuk
seluruhnya ke dalam vaginanya. Dengan kaki yang dirapatkan oleh Amir, vagina
Audrey makin menyempit karena selangkangannya tertutup rapat. Badan Audrey
hanya tergoncang-goncang mengikuti permainan Amir. Audrey sudah tidak sanggup
lagi menggoyangkan pinggulnya, dia hanya bisa pasrah sambil merintih-rintih.
Telah beberapa belas menit berlalu ketika tiba-tiba Wen berkata “Oooh, kita ada
yang lupa nih, si pelacur tadi orgasme tanpa minta ijin terlebih dahulu,
berarti dia harus dihukum”.
“Kisno, mana jepitan
favorit saya, kamu bawa?” lanjut Wen kepada Kisno.
Kisno yang ditanya
langsung merogoh tas kamera dan mengeluarkan dua buah jepitan besi yang
berbentuk seperti jepitan jemuran. Kedua jepitan itu dihubungkan dengan sebuah
rantai besi.
“Pakaikan ke Audrey”
perintah Wen kepada Kisno.
Wajah Audrey nampak
ketakutan melihat jepitan besi itu. Kedua tangannya langsung digunakannya untuk
menutupi kedua payudaranya. Rupanya Audrey dapat langsung menebak apa kegunaan
jepit besi itu.
Peter yang melihat
Audrey menutupi kedua payudaranya dengan kedua tangannya langsung mendekati
Audrey. Diraihnya kedua tangan Audrey dan dengan paksa ditariknya kedua tangan
Audrey itu ke atas dan diletakan di atas karpet sejajar dengan kepala Audrey.
Dengan posisi kedua lengan dipegangi oleh Peter dan kedua kaki yang dipegangi
oleh Amir. Audrey menjadi tidak berdaya dan kedua payudaranya terekpos bebas.
Kemudian Kisno menghampiri Audrey, dan dengan cekatan masing-masing jepitan itu
digunakannya untuk menjepit masing-masing puting payudara Audrey. Audrey tidak
dapat berkata apa-apa karena begitu cepatnya kejadian itu. Hanya terdengar
jeritan keras Audrey dan diikuti dengan air mata yang meleleh di kedua pipinya
ketika masing-masing jepitan sudah terpasang dengan sempurna menjepit puting
payudaranya. Setelah kedua jepitan sudah terpasang sempurna pada tempatnya,
Kisno menyerahkan rantai yang menghubungkan kedua jepitan itu kepada Amir. Amir
dengan wajah mesum melepaskan pegangannya pada kedua kaki Audrey dan menerima
rantai besi itu dari Kisno. Kemudian Amir tanpa basa basi lagi langsung menarik
rantai besi itu ke arahnya sehingga kedua payudara Audrey tertarik ke atas dan
ke arah Amir sampai-sampai membuat tubuh Audrey terpaksa mengikuti tarikan Amir
pada rantai besi itu sehingga posisi Audrey setengah duduk namun Audrey tidak
dapat duduk dengan sempurna karena dalam vaginanya masih tertancap penis Amir
yang besar.
“Ngangkang yang lebar
dan angkat kakinya atau saya tarik sampai putingnya putus!” sahut Amir tiba-tiba
kepada Audrey yang cukup membuatku kaget karena baru pertama kalinya aku
mendengar supirku ini berani membentak istriku.
Dengan kedua jepit
diputingnya dan rantai yang ditangan Amir, Audrey hanya bisa menurut.
Diangkatnya dan dibukanya lebar-lebar kedua kakinya sehingga kini Audrey dalam
posisi setengah duduk dengan hanya sedikit pantat yang menumpu tubuhnya dan
kedua tapak tangannya yang bertumpu pada karpet agar tubuhnya tidak jatuh ke
belakang.
Amir kembali
mempercepat genjotannya pada vagina Audrey. Kedua tangan Amir memegang rantai
jepit itu dan menarik-nariknya sehingga nampak seperti seperti seseorang yang
sedang memegang tali kendali kuda. Sesekali tangan kirinya menampar-nampar paha
luar Audrey sehingga Amir seperti seorang joki. Tapi bukan joki yang menunggang
kuda tapi joki yang sedang menyetubuhi seorang wanita yang sangat cantik.
Payudara Audrey nampak tertarik dengan kencang kedepan, badannya bergoyang
hebat karena genjotan ganas Amir pada vaginanya. Audrey nampak kerepotan untuk
menjaga keseimbangannya, namun karena jepitan pada kedua payudaranya itu nampak
Audrey tetap berusaha tetap pada posisinya. Setelah beberapa menit diperlakukan
kasar begitu oleh Amir, nampak perubahan pada diri Audrey. Rupanya diperlakukan
kasar oleh supirnya membuat sensasi sendiri pada diri Audrey. Vaginanya nampak
mulai banjir dengan cairan kewanitaannya. Bunyi vagina basah yang dimasuki
penis mulai terdengar keras setiap kali Amir dengan kasar memasukkan penisnya
dalam vagina Audrey. Mata Audrey menjadi berbinar, matanya memandang bergantian
kearah Amir, kearah kedua payudaranya dan kearah vaginanya yang sedang digenjot
dengan ganas oleh penis Amir yang besar dan hitam itu. Ketika Amir menyodorkan
jari tengah dan jari telunjuk tangan kirinya kearah muka Audrey, Audrey
langsung menyambutnya dengan mulutnya dan mulai mengulum-ngulum kedua jari Amir
itu dengan tatapan yang seksi kearah Amir. Desahan-desahan kenikmatan mulai
keluar dari mulut Audrey, rupanya dia sudah benar-benar tunduk pada supirku
itu. Audrey menuruti apa saja perintah Amir. Ketika Amir menyuruhnya
menjulurkan lidah, Audrey langsung menurutinya. Tangan kiri Amir langsung
meraih lidah Audrey itu dan menarik-nariknya, Audrey bukan kesakitan tapi malah
membiarkan Amir dan tersenyum dengan mulut yang terbuka. Setiap adegan-adegan
itu direkam dengan baik oleh Wen dan nampak dengan jelas dilayar TV. Terlihat
Wen sangat puas dengan hasil karyanya. Audrey nampak sekali menikmati
persetubuhannya dengan Amir. Audrey nampak sekali berusaha menyenangkan dan melayani
Amir dengan sebaik-baiknya, rasa sakit pada puting payudaranya sudah berubah
menjadi kenikmatan yang luar biasa. Setiap genjotan kasar Amir pada vaginanya
selalu diiringi dengan jeritan seksi kenikmatan yang tiada tara dari mulut
Audrey.
Sudin yang dari tadi
hanya menjadi penonton kelihatannya sudah tidak bisa menahan diri untuk ikut
menyetubuhi majikan perempuannya. Sudin mendekati Audrey, diambilnya rantai
yang menghubungkan kedua jepitan dari tangan Amir dan direbahkannya Audrey
telentang di atas karpet. Kemudian Sudin berlutut menghadap kearah Amir dan
mengangkangi wajah Audrey sehingga sekarang wajah Audrey berada di bawah
selangkangannya. Setelah itu Sudin menarik rantai itu ke atas, sehingga mau
tidak mau Audrey harus mengangkat dada dan wajahnya sehingga wajahnya menempel
di biji kemaluan dan lubang pantat Sudin. Dengan sekali hentakan pada rantai
itu oleh Sudin, kelihatannya Audrey sudah dilanda birahi yang sangat hebat
mengerti apa maunya Sudin. Audrey mulai menjilati dan mengulum biji kemaluan
Sudin dari bawah. Audrey juga tanpa malu-malu lagi menjilati lubang pantat
pembantu prianya itu. Muka Sudin tampak sumringah ketika merasakan jilatan dan
kuluman Audrey di selangkangannya, sedangkan Amir sekarang meraih kedua
pergelangan kaki Audrey dan mengangkatnya serta membuka lebar-lebar kedua kaki
Audrey sambil terus menggenjot vagina Audrey dengan penisnya. Desahan-desahan
Audrey semakin menggila, rasa malunya disetubuhi oleh supir dan pembantu
prianya telah hilang sama sekali. Rintihan-rintihan nikmat membahana di ruangan
itu. Bel kecil di vagina Audrey menambah ramainya suara yang terdengar. Kurang
lebih 10 menit kemudian terdengar suara dari bawah selangkangan Sudin.
“Tuan….tuuu…an….boleh
sa…saya orgasme?” desah Audrey cukup keras.
“Hahaha….boleh…boleh….”
tawa Sudin dan Amir hampir bersamaan.
Beberapa detik setelah
itu terlihat tubuh Audrey mengejang hebat, terdengar lenguhan hebat keluar dari
mulutnya menggambarkan seakan-akan Audrey melepas suatu kenikmatan yang luar
biasa yang telah tertahan lama di tubuhnya. Wen dengan cekatan merekam semua
adegan itu, mukanya terlihat puas melihat Audrey sekarang benar-benar tunduk
dan menerima semua yang dilakukan terhadap dirinya. Setelah beberapa menit di
puncak orgasme, akhirnya tubuh Audrey melemas. Wajahnya terlihat lelah namun
senyum kepuasan terlihat di bibirnya.
“Sekarang gentian saya
yang dilayani dong” kata Amir kepada Audrey tiba-tiba sambil mencabut penisnya
dari vagina Audrey serta merebahkan diri disamping Audrey.
Audrey terlihat
berusaha keluar dari bawah selangkangan Sudin, dan Sudinpun mengerti dan
membolehkannya. Dengan senyum Audrey kemudian menaiki tubuh Amir sehingga
sekarang Audrey dan Amir dalam posisi woman on top. Segera setelah menaiki
tubuh Amir, Audrey membimbing penis Amir dengan tangannya ke dalam vaginanya,
kemudian ditekannya vaginanya ke bawah sehingga penis Amir amblas seluruhnya ke
dalam vagina Audrey. Kemudian Audrey menggerakan pinggulnya naik turun serta
memutar, membuat Amir merasakan penisnya diservice oleh vagina Audrey. Tidak
itu saja yang dilakukan Audrey, Audrey juga menciumi dan menjilati dada dan
leher Amir yang membuat Amir sedikit melenguh kenikmatan.
“Kok Amir saja, saya
juga mau” sahut Sudin tiba-tiba dengan nada yang sudah tidak sabar.
Audrey hanya tersenyum
kearah Sudin dan merebahkan tubuhnya di dada Amir. Kemudian dengan tanpa
mengatakan apa-apa lagi kedua tangan Audrey membuka kedua pantatnya sendiri
sehingga lubang anus Audrey terlihat jelas dan menantang untuk dimasuki. Sudin
si pria tua itu mengerti apa maksud Audrey. Sudin segera berjongkok dan
mengarahkan penisnya ke lubang anus Audrey. Sedikit demi sedikit terlihat penis
Sudin memasuki lubang anus Audrey. Lubang anus Audrey masih cukup seret karena
hanya keringat dan cairan kewanitaan Audrey yang membasahi anus tersebut.
Terlihat wajah Audrey di dada Amir menahan sakit. Mata Audrey terpejam menahan
sakit dan Audrey menggigit bibir bawahnya sendiri ketika senti demi senti penis
Sudin yang besar mulai menerobos masuk ke dalam lubang anus Audrey. Namun tidak
ada keluhan atau jeritan sakit keluar dari mulut Audrey. Audrey dengan tabah
menerima penis Sudin di anusnya. Setelah penis Sudin masuk seluruhnya ke dalam
lubang anus Audrey, baik Audrey, Amir dan Sudin berdiam diri beberapa menit
dalam keadaan penis Amir seluruhnya masuk dalam vagina Audrey dan seluruh penis
Sudin seluruhnya masuk dalam lubang anus Audrey.
Beberapa menit berlalu
ketika terlihat Audrey mulai dapat membiasakan diri dengan dua penis besar
masing-masing di vagina dan anusnya. Kemudian Audrey mengangkat tubuhnya
sedikit dan bertumpu dengan kedua tangannya di karpet dan secara bersamaan
mulai memutar-mutar pantatnya sendiri. Amir dan Sudin mengerti bahwa majikan
perempuannya itu sudah siap melakukan persetubuhan dan keduanya segera
menggenjot penis mereka masing-masing dari pelan-pelan makin lama makin cepat.
Amir dari bawah dengan buasnya menggenjotkan penisnya ke vagina Audrey,
sedangkan Sudin dengan tidak kalah ganasnya menggenjot penisnya ke anus Audrey
dari belakang. Menerima serangan dari dua arah pada kedua lubangnya, wajah
Audrey menampakkan kepuasan, senyumnya kembali terlihat dan desahan-desahan
nikmat mulai keluar dari mulutnya. Amir kemudian dari bawah menyerahkan rantai
yang menghubungkan kedua jepitan di payudara Audrey ke mulut Audrey, dan
Audreypun langsung menyambutnya dengan menggigit rantai tersebut. Kemudian
Audrey sedikit merebahkan tubuhnya ke depan sehingga kedua payudaranya persis
di atas wajah Amir yang langsung disambut Amir dengan genggaman kedua tangan
Amir di kedua payudara tersebut dan disertai jilatan dan kuluman mulut Amir di
payudara Audrey. Sudin yang sedang menggasak anus Audrey dengan penisnya tidak
mau kalah, ditariknya rambut Audrey ke belakang sehingga kepala Audrey terdongak
ke atas yang menyebabkan kedua payudara Audrey ikut tertarik. Lenguhan kecil
terdengar dari mulut Audrey ketika kedua payudaranya tertarik kencang, namun
wajah Audrey tetap terlihat kenikmatan. Mendengar itu, Sudin makin
menarik-narik rambut Audrey, setiap tarikannya selalu disertai lenguhan nikmat
Audrey sehingga membuat Sudin semakin berani menarik-narik rambut Audrey dengan
kasar. Setelah 20 menit terlihat Amir mulai akan mencapai orgasmenya. Audrey
menyadari hal itu dan semakin menggerak-gerakan pinggulnya dengan liar sehingga
dalam waktu tidak beberapa lama kemudian Amir mencapai orgasmenya dan
memuntahkan seluruh spermanya ke dalam vagina Audrey.
Melihat Amir telah
orgasme, Sudin kemudian mencabut penisnya dari anus Audrey dan menarik tubuh
Audrey ke belakang dan segera men-doggy style Audrey dengan kasar. Audrey
terlihat puas dengan perlakuan pembantu pria dan supirnya. Mulut Audrey yang
sekarang tepat diselangkangan Amir tidak tinggal diam, dikulum dan dijilatinya
penis Amir sehingga semua sperma dan cairan kewanitaan yang menempel di penis
Amir dijilat dan ditelannya sampai bersih. Kedua tangan Audrey mengocok-ngocok
penis Amir seakan-akan tidak rela kalau penis Amir sudah melayu.
Kegiatan Audrey pada
penis Amir baru terhenti ketika tiba-tiba Sudin meraih kedua pundak Audrey dan
menariknya ke belakang sehingga sekarang posisi Audrey dan Sudin dalam keadaan
berlutut tegak dengan penis Sudin menggasak vagina Audrey dari belakang. Sudin
terus menggasak vagina Audrey dengan penisnya, gerakan-gerakannya sungguh liar,
kedua tangan Sudin meraih kedua payudara Audrey dari belakang. Diremas-remasnya
kedua payudara Audrey dengan ganas. Audreypun tidak mau kalah, diputar-putarnya
pinggulnya dengan disertai tekanan-tekanan ke belakang kearah penis Sudin.
Selain menggenjot vagina Audrey dari belakang dan meremas-remas payudara Audrey
dengan ganasnya, Sudin juga menciumi dan menjilati leher Audrey yang jenjang
itu dan juga mengulum-ngulum kuping Audrey. Sambil terus menjilati leher dan
kuping Audrey, Sudin kemudian mengarahkan tangan kanannya ke klitoris Audrey
dan mulai menggosok-gosok klitoris Audrey dengan jari telunjuk dan jari tengah
tangan kanannya.
Diperlakukan demikian,
Audrey menggelinjang-gelinjang kenikmatan, kedua tangan Audrey meraih pantat
Sudin dan menarik-nariknya ke depan sehingga penis Sudin semakin keras
menghujam vaginannya. Kemudian Audrey mendongakkan kepalanya ke belakang ke
bahu kanan Sudin dan mulai menciumi bibir Sudin yang langsung disambut Sudin
dengan ganas. Audrey dan Sudin berciuman dan saling memainkan lidahnya
masing-masing. Terdengar rintihan-rintihan nikmat Audrey dan dengan mata sayu
Audrey memandangi mata Sudin sambil terus berciuman dengan Sudin.
“Aaah…ahhh…nikmat pak
Sudin….aam..pun….nikmat sekali…” terdengar desahan-desahan kecil keluar dari
mulut Audrey.
Benar-benar pemandangan
yang hebat, seorang wanita cantik berkulit putih bersetubuh dengan seorang pria
tua setengah baya berkulit hitam legam. Keringat mengucur deras dikeduanya
sehingga nampak kedua tubuh mereka mengkilap karena keringat itu dan semuanya
terekam dengan baik di kamera video Wen.
Setelah sekian puluh
menit, kembali Audrey berkata “Tuuaan bolehkah saya orgasme lagi….”
“Tunggu, saya juga
hampir orgasme, kita orgasme sama-sama ya” jawab Sudin kepada budak seksnya
yang dahulu adalah majikan perempuannya.
Audrey tidak menjawab,
dia hanya menganggukkan kepala dan terlihat berusaha sekuat tenaga menahan
orgasmenya dengan susah payah. Setelah beberapa belas menit kemudian terlihat
Sudin akan mencapai orgasmenya, Audrey menyadari hal itu dan raut mukanya
terlihat lega. Beberapa detik kemudian kedua manusia berlainan jenis itu
mencapai orgasme secara bersama-sama. Kembali tubuh Audrey mengejang hebat,
diremas-remasnya rambut kepala Sudin, diciuminya bibir Sudin dan secara
bersamaan, Sudin juga memuntahkan sperma di dalam vagina Audrey. Beberapa menit
Audrey dan Sudin berada di puncak orgasme, kemudian kedua tubuh mereka rebah
bersamaan di atas karpet kelelahan.
************************************
Bagian III: Pengalaman
Baru Bersama Kisno
Wen rupanya belum puas
dengan Audrey. Segera ditariknya rantai penjepit payudara Audrey sehingga
terpaksa membuat Audrey bangkit. Kemudian Wen memerintahkan Audrey untuk duduk
di sofa kecil dengan kedua kaki mengangkang bertumpu pada kedua lengan sofa.
Kemudian wen memerintahkan Kisno untuk mengikat masing-masing pergelangan kaki
Audrey pada kaki-kaki sofa, demikian juga kedua pergelangan tangan Audrey
diikat pada kaki-kaki sofa yang lainnya, sehingga kini posisi Audrey menjadi
tidak berdaya dengan posisi duduk mengangkang di sofa dan masing-masing kakinya
terikat di kaki-kaki depan sofa serta masing-masing tangan terikat di kaki-kaki
belakang sofa. Audrey yang masih kelelahan tidak banyak melawan, kelihatannya
Audrey sudah benar-benar pasrah dengan apa yang akan dialaminya.
“Nah, Audrey, sekarang
pelajaran baru buat kamu” kata Wen tiba-tiba sambil menyerahkan kamera video
kepada Kisno.
“Kisno, kamu rekam ya
yang bagus” lanjut Wen kepada Kisno.
Kisno yang mendengar
perintah majikannya hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum dan mulai merekam
Audrey dalam keadaan tidak berdaya itu. Wen kemudian berlutut dihadapan
selangkangan Audrey, tangan kanannya kemudaian menggosok-gosok vagina Audrey,
dan kemudian jari tengah dan jari telunjuk tangan kanannya mulai memasuki
vagina Audrey. Audrey sedikit menggelinjang ketika 2 jari tangan Wen masuk ke
dalam vaginanya. Desahan kecil keluar dari mulut Audrey. Setelah beberapa menit
memainkan vagina Audrey dengan 2 jarinya, Wen kemudian meraih rantai penjepit
payudara Audrey dengan tangan kirinya serta mulai menarik-nariknya pelan-pelan
namun panjang sehingga kedua payudara Audrey benar-benar tertarik ke depan.
Suara rintihan terdengar lagi dari mulut Audrey ketika rantai tersebut ditarik-tarik
oleh Wen. Beberapa menit berlalu ketika Wen mulai menggunakan ibu jari tangan
kanannya untuk memainkan klitoris Audrey, dan secara pelan-pelan memasukkan
jari manis tangan kanannya ke dalam vagina Audrey sehingga kini 3 jari Wen
masuk ke dalam vagina Audrey.
Setelah 3 jari Wen
masuk ke vagina Audrey, Wen mulai memompa ketiga jarinya keluar masuk vagina
Audrey dengan cepat. Wen secara lihai memainkan vagina Audrey dengan ketiga
jarinya ditambah ibu jarinya di klitoris Audrey yang membuat Audrey
menggelinjang hebat dan merintih-rintih kenikmatan dengan keras. Terdengar
bunyi keciplak kecipluk ketika vagina Audrey yang sudah basah dengan sperma
Amir dan Sudin serta ditambah cairan kewanitaannya sendiri dikerjai
habis-habisan oleh jari-jari tangan Wen. Setelah beberapa menit, Wen mulai
memasukkan jari kelingkingnya ke dalam vagina Audrey, sehingga sekarang 4 jari
tangan Wen memompa vagina Audrey. Terlihat raut wajah Audrey menampakkan
sedikit kekuatiran, tapi ikatan pada kedua kaki dan kedua tangannya membuat
Audrey tidak dapat berbuat banyak serta ditambah lagi kelihaian jari-jari
tangan Wen di vaginanya membuat Audrey hanyut dalam birahinya meskipun terdapat
sedikit kekuatiran karena vaginanya tidak pernah dimasuki 4 jari tangan
sebelumnya. Cukup lama Wen memainkan vagina Audrey dengan keempat jari
tangannya sehingga Audrey makin menggelinjang-gelinjang dan mendesah-desah
kenikmatan. Kemudian Wen memperlambat genjotan keempat jarinya pada vagina
Audrey dan kemudian mulai mencoba memasukkan ibu jari tangan kanannya ke dalam
vagina Audrey.
“Jaaa…ngggaan..Pak
Wen..ugggghhhh…” terdengar suara kuatir Audrey ketika ibu jari tangan Wen mulai
memasuki vaginanya.
“Ini namanya fisting,
kamu harus terbiasa dengan ini, kamu sebagai budak seks harus bisa menerima dan
menikmati apa saja perlakuan tuanmu” Wen menjawab kekuatiran Audrey dengan
tegas.
“Sekarang perhatikan
ini! Kamu akan takjub dengan dengan apa yang vaginamu bisa terima” lanjut Wen
sambil terus memasukkan ibu jarinya ke dalam vagina Audrey.
Setelah kelima jari
tangan kanan Wen masuk seluruhnya ke dalam vagina Audrey, Wen tidak berhenti
sampai situ saja, namun telapak tangan kanannya terus mendesak masuk ke dalam
vagina Audrey sedangkan tangan kirinya makin menarik rantai penjepit payudara
Audrey makin ke depan.
“Ooogghhh…..uuugghh…..aaaggghhhhh….”
jerit Audrey keras ketika telapak tangan kanan sampai pergelangan tangan kanan
Wen masuk seluruhnya ke dalam vagina Audrey.
“Gigit ini supaya tidak
terlalu sakit” kata Wen kemudian sambil menyerahkan rantai penjepit payudara
itu ke dalam mulut Audrey yang langsung dituruti oleh Audrey.
Wen tidak langsung
memompa lengannya pada vagina Audrey. Didiamkannya telapak tangannya di dalam
vagina Audrey. Audrey sambil menggigit rantai itu terlihat meringis-ringis
sambil berusaha membenarkan posisinya badannya. Mata Audrey terlihat menatap
takjub kearah vaginanya sendiri. Sekali lagi benar-benar pemandangan yang
diluar dugaanku, istriku yang cantik jelita duduk mengangkang terikat di atas
sofa tidak berdaya dengan telapak tangan Wen tertancap kuat didalam vaginanya.
Setelah beberapa waktu, Wen mulai menggerakkan telapak tangannya keluar masuk
vagina Audrey secara perlahan-lahan yang disertai rintihan-rintihan Audrey
setiap kali telapak tangan Wen memasuki vagina Audrey.
“Uuughhh…..ooogggh……aahhh….”
desah Audrey cukup keras sambil menggelinjang-gelinjang serta meringis-ringis
antara menahan sakit dan nikmat.
Beberapa menit kemudian
Wen mulai mempercepat gerakan tangannya keluar masuk vagina Audrey. Wen juga
mengkombinasikan gerakan tangannya dengan gerakan memutar-mutar telapak
tangannya di dalam vagina Audrey. Gerakan-gerakan tangan Wen tersebut makin
membuat Audrey menggelinjang-gelinjang. Audrey mulai menggerakan pinggulnya
maju mundur serta memutar mengikuti irama permainan tangan Wen pada vaginanya.
Desahan-desahan yang keluar dari mulut Audrey semakin keras, dan sekarang
nampaknya tinggal desahan-sesahan kenikmatan. Wajah Audrey terdongak ke atas
sambil sesekali menunduk menatap kearah vaginanya, sedangkan dada Audrey
membusung ke depan dan meliuk-liuk tidak karuan. Kedua payudaranya tertarik
keras setiap kali Audrey mendongakkan kepalanya ke atas karena rantai yang
digigitnya menjadi menarik kedua payudaranya.
“Ooohh…..ohhhh…Pak
Wen….Oohhh..ooohhh” terdengar desahan-desahan Audrey telah berubah menjadi
lolongan-lolongan panjang kenikmatan.
Beberapa menit
kemudian, Audrey sudah benar-benar hanyut dalam kenikmatan birahinya. Mata
Audrey berubah menjadi benar-benar sayu dan sesekali Audrey memejamkan matanya.
Liukan-liukan pinggul dan badannya memelan seakan-akan sedang bergerak dalam
slow motion. Mulut Audrey terbuka sedikit, rantai dimulutnya sudah terlepas
dari gigitannya. Kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan serta memutar dengan
pelan, lolongan-lolongannya mejadi semakin panjang dan lambat-lambat. Melihat
perubahan pada diri Audrey, Wen tersenyum sinis dan memerintahkan Amir untuk
melepaskan seluruh ikatan pada kaki-kaki dan tangan-tangan Audrey. Begitu
seluruh ikatan terlepas, Audrey yang kini bebas bergerak, mulai
mengeliat-geliat seperti orang yang baru bangun tidur. Kedua tangan Audrey
kadang menggeliat ke atas sambil meremas-remas pelan rambutnya sendiri, kadang
mengusap-usap perutnya sendiri dan naik ke atas untuk mengelus-ngelus kedua
payudaranya sendiri. Audrey semakin membuka lebar kedua kakinya untuk
memberikan akses lebih luas bagi tangan Wen, sedangkan bibir Audrey mulai
menciumi dan menjilati serta mengigit-gigit kecil lengan atasnya sendiri persis
di atas ketiaknya, dan kadangkala digigitnya sendiri bibir bawahnya. Beberapa
belas menit kemudian terlihat Audrey sudah siap orgasme. Dengan kedua tangannya
Audrey meraih tangan kanan Wen yang sedang mengobok-ngobok vaginanya sehingga
Wen tidak dapat lagi memompa tangannya keluar masuk vagina Audrey. Wen mengerti
apa yang diinginkan Audrey. Wen menghentikan kegiatannya dan membiarkan telapak
tangan kanannya terbenam seluruhnya di vagina Audrey. Sedangkan Audrey dengan
kedua tangannya yang masih memegang tangan kanan Wen mulai menggerakkan
pinggulnya maju mundur dan memutar, sehingga kini Audrey yang bergerak sendiri
untuk memuaskan nafsu birahinya dan mengarahkan tangan Wen agar mengenai
titik-titik kenikmatan dalam vaginanya. Tidak lama setelah itu, badan Audrey
mengejang hebat. Kedua tangannya menarik kuat-kuat tangan kanan Wen agar
semakin dalam tertancap vaginanya.
“Tuuuuaaaan….
bbolehhh..saya orgasme….pleaaaassseeee…..” teriak Audrey keras dengan
terbata-bata memohon kepada Wen. Wen yang ditanya hanya mengangguk pelan, dan
tak lama kemudian terdengar suara Audrey berteriak keras dengan badan yang
mengejang hebat, “Oogggghhh…terimaaa…kassiiihhhh….tuaaaan…eennaakk!!”
Setelah badan Audrey
melemas, Wen pun mengeluarkan tangan kanannya dari vagina Audrey. Audrey
langsung rubuh ke sofa ketika tangan Wen seluruhnya tercabut dari vaginanya.
Nafas Audrey terengah-engah kelelahan, kedua kakinya dirapatkannya kembali,
keringat membasahi sekujur tubuhnya.
“Kisno, tuh sekarang
ambil bagianmu” kata Wen memecah keheningan ruangan sambil meminta kamera
videonya kembali dari Kisno.
Mendengar itu terlihat
Kisno kegirangan. Dikembalikannya kamera video yang sedang digenggamnya kepada
majikannya. Dengan sedikit melonjak-lonjak kegirangan Kisno mendekati Audrey.
Audrey yang masih kelelahan terlihat sedikit ketakutan melihat tingkah laku
Kisno. Sesampainya di dekat Audrey, tanpa bicara apapun lagi, Kisno langsung
menjambak rambut Audrey dengan keras dan menarik Audrey sehingga Audrey
terjerembab ke karpet.
“Aooowwww…..!!!”
terdengar terikan Audrey keras ketika tubuhnya terjerembab ke karpet karena
tarikan Kisno pada rambutnya.
“Diam kamu pelacur!
Sekarang kamu milikku! Nurut aja! Ayo bangun posisi merangkak seperti anjing!”
bentak Kisno kepada Audrey sambil menendang-nendang pelan pantat Audrey.
Dengan gerakan
menjambak rambut Audrey ke atas, Kisno berhasil membuat Audrey menuruti
kemauannya, kini Audrey dalam posisi merangkak seperti anjing dengan Kisno
menjambak rambutnya kuat-kuat. Kemudian Kisno dengan tetap menjambak rambut
Audrey berjalan mengelilingi ruangan sehingga Audrey harus merangkak-rangkak
mengikutinya. Kisno sambil mengelilingi ruangan mengatakan kepada semua yang
ada di ruangan itu bahwa dia akan membuat Audrey benar-benar bertekuk lutut
padanya dan membuat Audrey benar-benar kecanduan akan penisnya.
Kemudian Kisno
menghentikan langkahnya ketika sampai ditempat aku duduk. Diarahkannya Audrey
berlutut dihadapan selangkanganku.
“Nah, sebelum kamu merasakan
penisku, sebagai perbandingan kamu nikmati dulu penis suamimu, nanti setelah
itu kamu akan mengerti apa itu kenikmatan. Buka celana suamimu sekarang” kata
Kisno memerintahkan Audrey.
Dengan sekali tarikan
pada rambut Audrey, Kisno berhasil membuat Audrey menurut. Audrey mulai membuka
dan menurunkan celana dan celana dalamku. Aku yang sudah sangat terangsang
karena melihat persetubuhan istriku dengan Amir, Sudin dan tangan Wen hanya
berdiam diri saja, malah pada saat itu aku berpikir ini adalah kesempatan
karena sudah lama aku tidak bersetubuh dengan istriku mengingat Wen sebelumnya
hanya membolehkan Audrey untuk mengoral service penisku saja. Ketika celana dan
celana dalamku sudah terlepas, terlihat penisku sudah sangat menegang. Terlihat
wajah Audrey sedikit kecewa mengetahui bahwa aku terangsang melihat dirinya
dikerjai oleh laki-laki lain.
“Wah, si suami rupanya
sudah sangat terangsang nih karena melihat istrinya kita kerjain” kata Kisno
kepada semua yang ada di ruangan itu sambil tertawa. Kemudian Kisno
memerintahkan Audrey untuk menaiki diriku dan memasukkan penisku ke dalam
vaginanya, sehingga kini Audrey duduk di atasku dengan penisku tertancap di
vaginanya.
Seperti mengerti apa
yang diinginkan Kisno, Audrey mulai menggerakkan tubuh dan pinggulnya naik
turun memompa penisku. Mula-mula gerakan tersebut dilakukan Audrey dengan
perlahan namun lama-lama makin cepat. Vagina Audrey yang basah masih terasa
rapat di penisku. Hal ini membuat aku sedikit terkejut karena vagina itu
sebelumnya baru dimasuki tangan Wen yang besar. Ternyata vagina Audrey tidak
melonggar atau rusak karena tangan Wen, vagina Audrey tetap seperti sediakala,
namun ada yang beda pada diri Audrey, yaitu dalam melakukan persetubuhannya
denganku ini, Audrey tidak mengeluarkan desahan apapun, Audrey melakukannya
hanya seperti robot, nampak sekali Audrey tidak menikmatinya. Sedangkan aku
yang sudah lama tidak merasakan vagina wanita sangat menikmati persetubuhan
tersebut.
Tidak memerlukan waktu
terlalu lama bagiku untuk mengalami orgasme. Aku muntahkan seluruh spermaku di
dalam vagina Audrey.
“Tuan, Tommy sudah
klimaks” kata Audrey tiba-tiba sambil menoleh ke Kisno setelah aku selesai
memuntahkan seluruh spermaku di dalam vaginanya.
“Cepat amat…ya sudah
sekarang duduk mengangkang disitu” kata Kisno amemerintahkan istriku sambil
menujuk sofa panjang.
Audrey menuruti kemauan
Kisno. Audrey duduk di sofa panjang dengan kaki mengangkang lebar. Terlihat
lelehan spermaku ada yang keluar dari selangkangannya yang dicukur bersih itu.
Kemudian Kisno memposisikan dirinya di hadapan Audrey, diarahkannya penisnya
yang berbentuk aneh dan dipenuhi tindikan itu kearah vagina Audrey. Audrey
nampak ketakutan ketika penis Kisno yang mempunyai tonjolan-tonjolan bulat yang
dapat bergerak-gerak dengan tindikan beberapa cincin emas yang sebagiannya
tertutup dengan bulu-bulu kasar seperti sabuk kelapa mendekati vaginanya.
“Jangan takut, kamu
akan segera tahu enaknya ini penis ini. Ini penis spesial, cuma ada satu di
Indonesia. Untuk jadi seperti ini harus dibuat di Cina hehehehehe” tawa Kisno
melihat raut muka Audrey yang memperlihatkan kekuatiran.
Secara pelan-pelan,
Kisno mulai memasukan penisnya ke dalam vagina Audrey yang langsung disambut dengan
teriakan histeris dari Audrey.
“Aaaah…….ugggghhhhhh….jangan
tuan….apa ini….” jerit histeris Audrey sambil berusaha melepaskan diri dari
Kisno.
Sebelum Audrey bisa
berbuat banyak, Kisno dengan cekatan memegang kedua tangan Audrey dan
memposisikan Audrey kembali ke posisi semula.
“Jangan banyak
bergerak, kamu mau saya sakiti atau mau menerima kenikmatan luar biasa! Pilih!
Ini baru kepala penisku yang masuk!” bentak Kisno kepada Audrey sambil memegang
kedua tangan Audrey sejajar dengan kepala Audrey.
Audrey hanya mengangguk
lemah tanda persetujuannya. Air mata terlihat berlinang dikedua matanya.
Kemudian Kisno melanjutkan memasukkan penisnya ke dalam vagina Audrey secara
perlahan sekali, senti demi senti masuk pelan-pelan ke dalam vagina Audrey,
seakan-akan Kisno memang sengaja agar dinding vagina Audrey merasakan gesekan
penis bertindik cincin emas yang dibaluti oleh bulu-bulu seperti sabuk kelapa
itu.
“Ooooggghhh…….” desah
Audrey panjang sekali ketika Kisno menekan pantatnya ke depan sehingga sebagian
kecil batang penis Kisno mulai masuk ke dalam vagina Audrey. Mata Audrey
melotot tajam memandangi vaginanya mulai dimasuki penis Kisno. Mulut Audrey
terbuka lebar dan pinggulnya bergerak sedikit mengatur posisinya agar lebih
nyaman dalam menerima penis Kisno.
“UUggghhhhhh….”
teriakan kecil tapi panjang keluar dari mulut Audrey ketika Kisno menekan lagi
pantatnya ke depan sehingga batang penis Kisno makin masuk ke dalam vagina
Audrey. Badan Audrey bergetar hebat. Audrey membuka kakinya lebar-lebar, matanya
masih melotot tajam memandangi vaginanya sendiri.
“Ooogggghhh……” teriakan
Audrey semakin panjang ketika untuk ketiga kalinya Kisno menekan pantatnya ke
depan sehingga batang penis Kisno semakin dalam lagi memasuki vagina Audrey.
Audrey mendongakkan kepalanya ke belakang, matanya tertutup rapat namun
mulutnya makin terbuka lebar.
Beberapa saat Kisno
menghentikan gerakannya, kemudian terdengar lagi teriakan panjang “Ooogghhh…”
keluar dari mulut Audrey ketika Kisno kembali menekan pantatnya ke depan sehingga
batang penis Kisno semakin dalam lagi memasuki vagina Audrey. Kepala Audrey
yang masih terdongak itu terlihat bergerak ke kiri dan ke kanan. Kedua tangan
Audrey yang telah dilepas dari genggaman Kisno terlihat masing-masing memegang
bahu Kisno. Badan Audrey semakin bergetar hebat, kakinya yang mengangkang
terlihat menendang-nendang kecil ke udara. Sekali lagi Kisno menghentikan
gerakannya untuk beberapa saat sebelum untuk kelima kalinya menekan pantatnya
kedepan yang membuat batang penisnya semakin dalam lagi masuk ke dalam vagina
Audrey. Teriakan Audrey terdengar semakin keras dan liar ketika batang penis
Kisno makin dalam masuk ke dalam vaginanya. Badan Audrey yang bergetar hebat
sekarang bergoyang-goyang tidak karuan. Kedua kakinya semakin keras menendang-nendang
ke udara sedangkan masing-masing tangannya memukul-mukul bahu Kisno.
“Aaaammmppppuuunnnn…..tuaaaannnn…..saya
tidak tahan….” Kata Audrey dengan badan yang menggeliat-geliat hebat sambil
memandang Kisno.
Kisno kembali
menghentikan gerakannya, namun kontras dengan Kisno, justru badan Audrey
semakin keras menggeliat-geliat, kakinya semakin keras menendang-nendang ke
udara dan kedua tangannya kini menjambak-jambak rambut Kisno. Kemudian Kisno
dengan keras menekan pantatnya ke depan sehingga seluruh penisnya amblas ke
dalam vagina Audrey yang disertai lolongan sangat panjang dari mulut Audrey.
Menerima seluruh penis Kisno di dalam vaginanya membuat badan Audrey menegang
dan menggeliat-geliat, kedua kakinya mengangkang lurus ke atas dan bibir Audrey
menggigit keras tangan kirinya sendiri yang dikepal sedangkan tangan kanannya
tetap menjambak keras rambut Kisno.
“Hehehe…. enak ya?”
tanya Kisno kepada Audrey. Audrey tidak menjawab, matanya nanar melihat ke
wajah Kisno.
Lalu tiba-tiba Kisno
memutar-mutar pinggulnya sehingga seluruh penis Kisno menggesek-gesek dinding
dalam vagina Audrey. Masing-masing tangan Audrey meremas keras pegangan sofa,
kepalanya kembali terdongak ke belakang, badannya makin menegang hebat, dadanya
membusung ke depan sehingga punggung Audrey sampai melengkung ke depan ketika
Audrey merasakan penis Kisno bergesekan dengan dinding dalam vaginanya.
Beberapa detik kemudian terdengar lolongan panjang Audrey tanda Audrey mencapai
orgasmenya. Vagina Audrey memuncratkan cairan kewanitaan dengan cukup banyak
dan berulang-ulang sampai-sampai sofa yang didudukinya menjadi sangat basah.
Tidak mempedulikan Audrey yang sedang orgasme, Kisno mulai memompa penisnya
secara perlahan keluar masuk vagina Audrey. Diperlakukan demikian Audrey
menggelinjang-gelinjang hebat seperti cacing kepanasan. Kemudian Kisno mulai
mempercepat genjotan penisnya pada vagina Audrey. Badan Audrey makin bergerak
tidak karuan, kedua tangannya memukul-mukul lengan sofa. Nafas Audrey tersengal-sengal,
rintihan-rintihan nikmatnya makin menjadi-jadi. Terdengar suara kecipak kecipuk
yang sangat keras ketika penis Kisno keluar masuk vagina Audrey yang sudah
sangat becek.
“Terus….teruuussss….jangaaannn…berhenti……lebih
keras…lebih keras…..lebih dalam…lebih dalam….” jeritan Audrey terdengar keras
mengiba-ngiba kepada Kisno.
“Jagoanku….jagoanku….hajar
terus…vaginaku ini….ini milikmu semua….” Audrey merintih-rintih nikmat sambil
masing-masing tangannya memegang pipi Kisno dengan keras dan matanya memandang
liar ke mata Kisno.
Hanya perlu kurang
lebih lima menit untuk Audrey mencapai orgasmenya kembali. Vagina Audrey
kembali memuncratkan cairan kewanitaannya, badan Audrey menegang hebat, mata
Audrey tertutup rapat dan lolongan yang panjang membuat semua orang tahu ketika
Audrey sedang orgasme. Setelah orgasme, Audrey kembali menggeliat-geliat hebat,
matanya kembali terbuka, tangannya menekan-nekan pantat Kisno agar penis Kisno
makin dalam masuk ke vaginanya, dan selalu kurang lebih lima menit kemudian,
badan Audrey menegang kembali, lolongan panjang terdengar dari mulutnya,
badannya seperti kaku ketika Audrey mengalami orgasmenya kembali dan cairan
kewanitaan kembali memuncrat hebat dari vaginanya. Kejadian tersebut kembali
terjadi berulang-ulang sampai kurang lebih 40 menit. Badan Audrey dan Kisno
sudah mandi keringat, namun keduanya nampak menikmati sekali permainan seks
mereka, terutama Audrey terlihat sekali sudah tidak dapat mengontrol dirinya,
lenguhan-lenguhannya semakin keras. Audrey mulai meracau dan mengeluarkan
kata-kata cabul untuk menyemangati Kisno. Sangat berbeda dari Audrey yang
pertama kali kukenal dan kunikahi. Audery sekarang telah berubah menjadi wanita
yang gila seks, semakin kasar perlakuan Kisno terlihat semakin Audrey menikmatinya.
Kemudian secara tiba-tiba, Kisno mencabut penisnya yang besar dari vagina
Audrey. Langsung saja terdengar keluhan keras dari mulut Audrey.
“Jangan….dilepaaasss…..ooouuccchh……”
terdengar teriakan Audrey ketika Kisno menjambak rambutnya dengan kasar dan
menariknya serta memposisikannya berdiri menungging dengan kedua tangan
berpangku pinggir meja di ruangan TV itu.
Tanpa mengatakan apapun
lagi, Kisno dengan kasar lalu memasukkan penisnya ke dalam vagina Audrey dari
belakang. Terdengar jeritan dari mulut Audrey ketika penis Kisno yang berbentuk
aneh itu kembali mengoyak vaginanya. Kisno kemudian langsung memompa dengan
kasar vagina Audrey dengan gaya doggy style. Tangan kiri Kisno melingkar ke
depan kearah klitoris Audrey dan tangan kiri Kisno mulai memainkan,
mencubit-cubit dan memilin-milin klitoris Audrey. Diperlakukan demikian
langsung badan Audrey bereaksi. Badan Audrey menggelinjang-gelinjang hebat
seperti orang kegelian. Terlihat cairan kewanitaan Audrey meleleh dari
vaginanya makin membasahi kedua paha dalamnya. Mulut Audrey terbuka lebar,
kepalanya bergoyang-goyang tidak beraturan, sedangkan kedua tangannya berusaha
dengan susah payah tetap bertumpu pada pinggir meja. Suara lolongan dan
rintihan nikmat Audrey membahana di ruangan itu bersahut-sahutan dengan bunyi
keciplak kecipluk dari vaginanya yang basah dan bunyi bel kecil yang tersangkut
di bibir atas vaginanya. Mata Audrey merem melek dan mendelik-delik karena
kenikmatan yang tidak ada taranya, dan setiap kurang lebih lima menit Audrey
kembali mencapai orgasmenya yang selalu ditandai dengan badannya yang mengejang
hebat dan vaginanya yang memuncratkan cairan kewanitaan dengan cukup banyak.
Kurang lebih 30 menit Adrey didoggy style oleh Kisno, keringat Audrey sudah
mengucur deras. Cairan kewanitaannya sudah benar-benar membasahi kedua paha
dalamnya. Karpet di antara kedua kaki Audrey sudah basah karena cairan
kewanitaan Audrey yang mengucur deras ke bawah. Meja kaca tempat kedua tangan
Audrey bertumpu sudah juga basah dengan lelehan keringat Audrey dan cairan
kewanitaan Audrey yang memuncrat cukup jauh. Kemudian Wen dengan kamera
ditangan kanannya menjambak rambut Audrey dengan tangan kirinya dan menarik
rambut Audrey ke belakang sehingga wajah Audrey terdongak ke atas. Kamera lalu
menclose-up wajah Audrey yang sedang meringis-ringis kenikmatan itu.
“Enak? Jawab ke kamera
ini bagaimana rasanya” tanya Wen tegas kepada Audrey.
“Eeen..naaakkk…sekkaaali
tuuuaaan” jawab Audrey sambil menggeliat-liat liar karena sodokan-sodokan penis
Kisno dari belakang, “Penis tuan Kisno seperti hidup dan mengigit-gigit bagian
dalam vagina saya…uuugghhh…aagghhh…..” lanjut Audrey sambil memandang kamera
dan merintih-rintih kenikmatan.
“OOoooogggghhh………!!!”
kemudian terdengar lolongan panjang Audrey yang disertai dengan vagina yang
kembali memuncratkan cairan kewanitaannya tanda Audrey kembali mengalami
orgasme yang panjang.
“Cepat sekali kamu
orgasme ya. Mulai sekarang kamu harus juga menuruti apa kemauan Kisno, Amir dan
Sudin. Kamu harus menyerahkan seluruh tubuhmu pada mereka, mau? Siap?” lanjut
Wen sambil menjambak-jambak rambut Audrey ke belakang.
Setelah sedikit reda
dari orgasmenya, Audrey menjawab dengan terbata-bata “Mau…tuuuaan…maaauu…, saya
siap melayani dan menuruti apa maunya tuan Kisno, Amir dan Sudin”
“Sayaa….sepenuhnya
milik mereka…eegghhh…aaaggghhh….ugghhhhh….” lanjut Audrey sambil
menggelinjang-gelinjang dan merem melek kenikmatan.
Lalu Wen melepaskan
jambakannya pada rambut Audrey dan mundur beberapa langkah untuk memberikan
keleluasaan bagi Audrey untuk kembali konsentrasi ke persetubuhannya dengan
Kisno. Melihat Wen telah membiarkan Audrey, Amir dan Sudin maju ke depan dan
berdiri masing-masing disamping kiri dan kanan wajah Audrey. Kemudian Amir dan
Sudin memerintahkan Audrey untuk mengocok masing-masing penis mereka dengan
masing-masing tangan Audrey. Audrey segera menuruti meskipun hal tersebut
membuat dirinya susah untuk berdiri karena kedua tangannya yang tadinya
digunakannya untuk menumpu badannya sekarang harus dipergunakan untuk
mengocok-ngocok penis Sudin dan Amir. Melihat Audrey yang kesulitan berdiri
sambil menungging, Kisno malah menggunakan kedua tangannya untuk memegang erat
pinggul Audrey dan makin memompa dengan keras penisnya pada vagina Audrey yang
membuat Audrey makin kesulitan berdiri menungging. Ditambah lagi sekarang Amir
dan Sudin dengan tangannya masing-masing mulai meraba-raba dan mempermainkan
klitoris dan kedua payudara Audrey sehingga Audrey makin
menggelinjang-gelinjang seperti cacing kepanasan yang membuatnya tambah sulit
mempertahankan posisi berdirinya. Audrey yang sudah benar-benar kehilangan
kontrol atas dirinya sudah benar-benar pasrah. Kenikmatan yang diberikan Kisno
pada dirinya telah benar-benar menghilangkan harga dirinya sebagai wanita
terhormat. Menyadari Audrey sudah benar-benar hanyut dalam kenikmatan seksual,
Amir dan Sudin tidak tahan untuk mengetahui seberapa menurutnya Audrey pada
mereka.
“Hayo…menggonggong
seperti anjing betina yang sedang dientot” perintah Amir kasar tiba-tiba kepada
Audrey.
“Gu…guk…guuk…oghhh…..aghhh..guuuk….”
Audrey langsung menuruti perintah Amir yang disambut oleh tawa lebar dari Amir,
Sudin dan Kisno.
“Hayo keluarkan lidahmu
seperti anjing kehausan” perintah Sudin kemudian yang langsung dituruti oleh
Audrey yang cantik sambil menggelinjang-gelinjang kenikmatan sehingga sekarang
Audrey dalam posisi berdiri menungging didoggy style Kisno dengan masing-masing
tangan sibuk mengocok penis Amir dan penis Sudin serta mulut terbuka dengan
lidah menjulur keluar serta nafas terengah-engah seperti anjing kehausan.
“Hahahahaha…” terdengar
tawa semua yang ada di ruangan TV itu melihat Audrey menuruti semua perintah
Amir dan Sudin. Hanya aku yang tidak ikut tertawa. Aku sekarang melihat istriku
yang cantik benar-benar dipermalukan oleh supir dan pembantunya sendiri tapi
istriku menikmatinya. Audrey sudah benar-benar takluk pada keperkasaan Kisno
sehingga mau dipermalukan oleh Sudin dan Amir.
“OOOggggghhhh…..”
terdengar lolongan panjang dari mulut Audrey setiap kali Audrey mencapai
orgasmenya. Tubuhnya selalu mengejang hebat dan vaginanya selalu memuncratkan
cairan kewanitaan setiap kali Audrey mencapi orgasme namun Audrey tidak melemas
setelah mengalami orgasme. Vaginanya langsung siap meneruskan persetubuhannya
dengan Kisno.
Setelah berpuluh-puluh
menit dan setelah Audrey mengalami orgasme yang sudah tidak terhitung lagi,
Amir dan Sudin mencapai orgasmenya. Dimuntahkannya sperma mereka masing-masing
ke wajah Audrey, dan mereka memerintahkan Audrey membersihkan sisa-sisa sperma
dari penis mereka dengan menggunakan lidah dan mulut Audrey yang langsung
dituruti Audrey tanpa ragu-ragu. Sudin dan Amir juga memerintahkan Audrey untuk
membersihkan muka Audrey dari sperma dengan tangan Audrey, kemudian mereka
meminta Audrey untuk menjilati tangannya sendiri dan menelan seluruh sperma
yang ada ditangannya.
Tidak seperti Amir dan
Sudin, rupanya Kisno benar-benar seorang pria yang tangguh dalam hal seks.
Belum ada tanda-tanda Kisno akan orgasme. Amir dan Sudin yang sudah lemas
berejakulasi kemudian hanya menonton persetubuhan Kisno dan Audrey. Demikian
juga yang lainnya hanya menonton Audrey dikerjai habis-habisan oleh Kisno.
Audrey dan Kisno melanjutkan pertarungan seks yang tidak seimbang itu. Audrey
setiap kurang lebih 5 menit menyerah kalah dan mengalami orgasme yang dahsyat
sedangkan Kisno dengan perkasanya tetap memompa vagina Audrey dengan cepat dan
kasar. Audrey dan Kisno bersetubuh dengan berbagai macam gaya, baik itu dalam
posisi Kisno di atas menindih tubuh Audrey maupun gaya woman on top serta gaya
lainnya yang aneh-aneh dan belum pernah aku lihat sebelumnya. Audrey dan Kisno
juga bersetubuh di berbagai tempat di lantai bawah rumah kami, baik itu di atas
karpet, di atas sofa, ditangga maupun di atas meja makan. Kami semua yang
menonton mengikuti kemana saja persetubuhan Audrey dan Kisno dilakukan. Setelah
beberapa jam, akhirnya terlihat Kisno akan mengalami orgasmenya. Diperintahkannya
Audrey berlutut sambil kedua tangannya memegang mangkuk dan menengadahkannya
kearah penis Kisno. Dengan sedikit kocokan pada penisnya, Kisno memuntahkan
banyak sekali sperma ke mangkuk itu. Kemudian Kisno memerintahkan Audrey untuk
meletakkan mangkuk itu di lantai dan memerintahkan Audrey mulai meminum dan
menjilat abis sperma yang berada di mangkuk itu sehingga sekarang posisi Audrey
seperti anjing yang sedang minum di mangkuknya. Audrey menuruti segala perintah
Kisno tanpa melakukan protes apapun. Nampaknya sudah benar-benar habis harga
diri istriku ini. Audrey sudah benar-benar menjadi budak seks sejati. Hal itu
makin terlihat ketika sedang menjilati mangkuk berisi sperma Kisno dengan
posisi menungging seperti anjing yang sedang minum, Amir memasukkan gagang sapu
ke vagina Audrey dari belakang dan memerintahkan Audrey untuk menggerakkan
pinggul dan badannya sehingga vagina Audrey mengocok-ngocok gagang sapu, dan
hal tersebut dipatuhi oleh Audrey tanpa protes sehingga Audrey dengan rela
menyetubuhi dirinya sendiri dengan gagang sapu yang dipegang Amir.
“Oke, Tommy….saya dan
Peter pulang dulu. Kisno kamu disini dulu saja, kelihatannya Audrey sangat
menyukaimu. Biar Peter yang menyetir mobil pulang ke rumah. kata Wen tiba-tiba
kepadaku dan Kisno.
Kisno hanya mengangguk
riang, sedangkan aku mengantarkan Wen dan Peter ke mobilnya. Ketika aku kembali
ke dalam rumah, ternyata Kisno, Amir dan Sudin sudah mulai lagi menyetubuhi
Audrey secara bersamaan. Posisi Sudin berbaring di atas karpet ditindih Audrey
sedangkan Kisno menindih Audrey dari belakang. Penis Sudin tertancap keras di
vagina Audrey dan penis Kisno sedang membobol lubang anus Audrey, sedangkan
Amir sibuk memompa penisnya dalam mulut Audrey sehingga kini seluruh lubang
Audrey dipenuhi penis-penis yang besar-besar. Jeritan-jeritan dan
rintihan-rintihan nikmat terdengar lagi membahana di rumahku. Aku hanya melihat
sebentar persetubuhan mereka dan naik ke atas ke kamar tidur utama untuk
beristirahat. Aku melihat istriku sangat menikmati persetubuhannya dengan
Kisno, Amir dan Sudin sehingga aku membiarkan istriku menikmatinya tanpa
gangguan dariku. Di dalam kamar, meskipun pintu kamarku tertutup rapat, masih
jelas terdengar jeritan-jeritan dan rintihan-rintihan mereka. Terdengar jelas
lolongan istriku tanda dia orgasme yang disertai suara tawa dari Kisno, Amir
dan Sudin. Aku merebahkan diriku di kasur sambil membayangkan apa yang
kira-kira sedang dilakukan Kisno, Amir dan Sudin terhadap istriku di ruang
bawah sampai akhirnya aku terlelap dalam tidur.
********************************
Bagian IV: Penutup
Keesokan harinya,
ternyata aku bangun cukup siang. Sudah jelas aku terlambat datang ke kantor.
Buru-buru aku mandi dan berpakaian dan setelah siap aku turun ke ruang bawah.
Ketika melewati ruang TV aku melihat dari belakang Kisno, Amir dan Sudin duduk
di sofa sambil merokok dan menonton TV. Aku tidak melihat istriku, oleh
karenanya aku bergegas menghampiri mereka di ruang TV. Ternyata setelah dekat
dengan tempat Kisno, Amir dan Sudin duduk, aku melihat istriku sedang duduk
bersimpuh setengah berbaring di atas karpet sambil menjilati jari-jari kaki
Kisno, Amir dan Sudin. Di vagina istriku tertancap sebuah mentimun besar dan di
lubang anusnya tertancap sebuah pisang ambon yang belum dikupas.
Melihat aku datang dan
sudah siap dengan pakaian kantor, Kisno berkata “Pak, mau ke kantor ya, saya
nebeng ya pak, tadi pak Wen menelepon dan memerintahkan saya segera ke kantor.
Aku hanya mengangguk
dan memerintahkan Amir untuk segera menyiapkan mobil dan mengantarku ke kantor.
Pada mulanya Amir terlihat tidak mau menuruti perintahku, tapi dengan satu
pelototan tajam dari mataku, Amir segera mengerti dan menuruti perintahku.
Sudin yang melihat Amir pontang-panting mengenakan bajunya dan lari ke garasi mobil
hanya tertawa kecil sambil dengan kaki kirinya mengarahkan kepala istriku untuk
menjilati jari-jari kaki kanannya. Melihat tingkah Sudin aku hanya diam saja
mengacuhkan karena aku melihat Audrey juga tidak protes dan menerima perlakuan
pembantu priaku itu. Setelah mobil selesai dipanaskan oleh Amir, aku dan Kisno
masuk ke dalam mobil menuju kantor dengan disupiri oleh Amir. Sepintas aku
lihat ketika keluar rumah, Sudin dengan memegang rantai yang menyambungkan
kedua jepitan pada kedua payudara Audrey sedang menarik Audrey ke atas menuju
kamar tidur utama di lantai atas.
.
No comments:
Post a Comment