Dia Paman
Ku
Setelah aku pindah dari rumahku
yang sebelumnya, Kakak laki-laki dari ibuku, Paman Denny (maaf, nama samaran)
ikut tinggal di rumahku. Dia adalah seorang laki-laki yang cukup gagah
menurutku, dengan warna kulit kuning coklat karena sering berjemur di luar.
Biasalah, dia pekerja lapangan. Dia sudah menikah namun istrinya
meninggalkannya. Aku tidak pernah menanyakan mengapa hal tersebut terjadi.
Kupikir, itu hanyalah masalah pribadinya.
Ia menempati sendiri kamarnya,
terletak persis di sebelah kamarku. Selama tahun-tahun pertama sejak ia
tinggal, kami memang jarang mengobrol. Ia selalu mengunci kamarnya rapat-rapat
setelah pulang kerja. Kadang ia hanya keluar seperlunya saja. Namun pada suatu
hari ia lupa untuk mengunci pintu. Memang dasar aku memiliki rasa ingin tahu
yang besar maka kubuka pintu kamarnya. Wah, memang kamar cowok itu selalu
berantakan. Kamarnya penuh dengan bau rokok, sesuatu yang aku sangat tidak
suka. Kulihat buku-buku berserakan, yang pasti buku-buku porno yang aku tidak
sempat untuk membacanya karena aku terkejut saat melihat seluruh poster yang
menempel di kamarnya. Wuihh, aku pikir aku salah masuk kamar nih!
Dinding kamarnya full dengan
gambar-gambar cewek dan cowok dengan pakaian minim, bahkan ada yang telanjang.
Darah mudaku langsung berdesir. Ah, kenapa ini? Aku segera tutup kembali kamar
tersebut namun dalam hati bertanya-tanya. Aku kembali memendam keingintahuanku.
Hari demi hari terus berlalu hingga suatu sore saat orang rumah tidak ada di
rumah, yang ada hanya tinggal aku dan pamanku. Kulihat ia sedang duduk di
beranda rumah.
Aku menyapanya, "Lagi cape
ya, Paman??"
"Iya nih, Gun bantuin
pijitin donk", pintanya.
"Sini, balikin badannya
ya" jawabku.
Apa yang terjadi berikutnya
adalah ia melepaskan seluruh pakaiannya kecuali CD-nya yang biru gelap itu. Aku
terperanjat dengan tindakannya, apalagi sesuatu di balik CD itu sungguh
menonjol. Wah, kenanganku kembali ke masa laluku saat aku meraba-raba kedua
penis Kakak beradik, Andrew dan Darwin. Akh, gila nih! Apa yang ada di
pikiranku saat itu. Aku berjuang untuk tidak memikirkannya lagi.
Aku pijat badannya mulai dari
punggung. Dia minta untuk turun ke pantat sampai kaki. Entah mengapa, penisku
mulai bergerak tak karuan. Saat kupegang pantatnya, rasanya pantatnya kencang
sekali. Aku tetap menahan gejolakku saat itu. Dia kemudian meminta aku untuk
menginjak badannya. Aku turuti kemauannya karena dia pamanku. Setelah itu, ia
berbalik dan.. Alamak.. Tonjolan itu kian membesar, bahkan kepala penisnya
sudah muncul untuk keluar dari CD-nya. Kulihat kepala penisnya sudah basah.
"Kamu pengen ngeliat gak?
Gimana, lumayan gak ukurannya?". Aku hanya mengangguk saja.
"Coba kamu pegang kontol
Paman"
Aku belum pernah melihat penis
orang dewasa yang begitu besarnya, ukurannya hampir tiga kali genggaman
tanganku. Ia membimbing tanganku untuk memegangnya. Ini adalah kali pertama aku
memegang penis orang dewasa. Ia menyuruhku untuk mengocoknya. Aku agak ragu
untuk melakukannya karena dia pamanku. Aku coba kocok seperti yang dia minta,
bahkan ia minta agar semakin lama semakin cepat.
Hampir sekitar 20 menit akhirnya
ia melenguh seperti kerbau. Spermanya muncrat dan hampir mengenai wajahku. Ah,
belum pernah aku melakukan hal segila ini, dengan pamanku sendiri, pikirku. Aku
hanya tertegun saat ia membersihkan dirinya. Dia hanya tersenyum padaku dan
melirik penisku yang nampak menonjol dari celana pendekku. Dia menarik celanaku
lalu memegang penisku.
"Jangan! Jangan lakukan itu
Paman. Aku nggak mau" seruku.
"Nggak apa-apa, nggak sakit
koq" katanya sambil mulai mengocok penisku. Jantungku seperti mau copot
rasanya saat ia mulai mengocok dengan cepat.
"Eegh... Aku.. Pa.. Jangan..
Akh... Akh.. Geli.. Eegh.. Sakit.. Eegh.." nafasku memburu.
Dia hanya tersenyum. Tidak berapa
lama spermaku pun tumpah. Wah, ini pengalaman pertamaku dikocok oleh pamanku
sendiri dan sperma pertamaku.
"Kamu sudah dewasa yah"
katanya. Aku hanya diam melihat spermaku sendiri.
"Kau tahu, ini yang disebut
onani, gimana, enak gak? tanyanya lagi. Aku hanya tertunduk. Sungguh, itulah
pengalaman pertama karena umurku baru 13 tahun. Dan aku merasa bersalah namun
juga menikmati.
Hari berikutnya aku disuruh ke
kamarnya. Kali ini aku diminta untuk memeluknya dan menciumnya. Aku merasakan
kenikmatan seperti saat aku melakukannya dulu. Tapi ini lain, kenikmatan dengan
seorang laki-laki dewasa. Badannya keras tapi aku suka. Ia terus menggumuliku
seakan-akan aku ini istrinya. Kami selalu melakukan hal itu saat tidak ada
orang di rumah. Setiap ia menggumuliku, perasaanku bercampur aduk. Pamanku
tidak pernah menyuruhku untuk melakukan anal maupun oral karena saat itu aku
masih merasa jijik.
Namun pada suatu hari saat kami
sedang bergumul tiba-tiba ia berhenti. Ia diam, lalu menangis. Ia hanya minta
agar jangan diteruskan dan meminta aku untuk keluar. Aku sempat bertanya namun
ia tidak menjawabnya. Akh, kenapa dia? Dia tidak pernah lagi menggumuliku
seperti dahulu. Kadang aku sangat rindu pada perlakuannya itu. Kucoba untuk
cari perhatiannya lagi. Kadang saat dia sedang mandi, aku pura-pura untuk buang
air kecil. Dia segera membukakan pintu.
"Ah, sudah selangkah
lagi", pikirku.
Kulihat dia membersihkan badannya
sambil memainkan sabun. Lalu jari jarinya turun ke arah batang kejantanannya
sambil menggosok-gosok. Aku hanya memperhatikannya dan berusaha untuk
berlama-lama di dalam kamar mandi. Tapi, ia tidak terpengaruh dengan sikapku.
Akhirnya, setelah kencing, aku keluar lagi. Kadang tanpa sengaja aku melihat
dia di kamar sedang mempermainkan penisnya hingga mencapai klimaks.
Ia tinggal di tempatku tidak
terlalu lama. Aku lihat dari wajahnya kalau ia masih ingin mencari istrinya
untuk kembali lagi dengannya. Baru kusadari ternyata apa yang ia lakukan itu
hanyalah suatu pelampiasan. Dia menganggap aku sebagai istrinya yang hilang.
Dia bukanlah seorang gay, mungkin biseks, Aku tidak tahu. Saat itu aku merasa
dipermainkan.
Pamanku sendiri mengajari aku
suatu perbuatan yang sesungguhnya ingin aku lupakan. Tapi dalam hatiku aku
merasa kasihan. Kasihan karena pamanku tersiksa setelah ditinggal istrinya. Ah,
memang kurang ajar istrinya itu. Kulepaskan pikiranku jauh-jauh dari pamanku.
Ia adalah orang pertama yang mengajariku sesuatu yang baru bagiku. Namun dalam
hatiku, aku menangis, karena aku sudah masuk dunia gay. Ya, sesuatu yang dianggap
aneh oleh orang banyak.
Setahun setelah meninggalkan
rumah, aku mendengar kabar yang membuat hatiku menangis. Ia telah tiada!
Dadaku sesak saat itu. Aku
mencari tahu kenapa ia meninggal. Ia jatuh sakit dan tidak sempat dibawa
kerumah sakit. Kebencian maupun rasa kehilangan jadi satu. Kenapa harus
terjadi? Kenapa ia meninggalkan aku begitu cepat? Kenapa dia menjadikanku
seperti ini? Kenapa? Aku hanya menangis di kamarku.
*****
Selang 3 tahun...
Tok.. Tok.. Tok..
Suara pintu rumahku diketuk. Kulihat
saudara sepupuku Santo (nama samaran).
Memang rumah kami jadi pusat
berkumpulnya keluarga karena nenekku tinggal di rumahku sehingga tidak jarang
seluruh keluarga kumpul di rumahku. Dan kalau sudah begitu, wah jadi pasar
malam. Berisik, dan tak bisa tidur. Kusapa dia. Ia tersenyum. Umurnya masih
muda, 15 tahun, berbeda hampir dua tahun denganku. Kami ngobrol panjang lebar.
Dan itu bukan pertama kali ia datang, ia memang sering berkunjung ke rumahku.
Biasa saat ia datang kerumah selalu menginap di dalam kamarku. Dan bahan
pembicaraan kami seperti tidak ada habisnya.
Malam itu aku tidak bisa tidur.
Kucoba pejamkan mata. Susah banget sih! Kulihat Santo juga sedang bolak balik
badannya. Kulihat dia juga tidak bisa tidur. Kupikir, kami berdua tidak bisa tidur
malam itu. Jadi kugunakan kesempatan itu untuk ngobrol dengannya. Lama-kelamaan
obrolan kami menjurus ke arah seks yang membuat penisku tegang, mungkin dia
juga. Aku cepat-cepat akhiri agar tidak terlalu jauh. Lalu kupejamkan mata
lagi. Namun dalam hitungan menit, ia kembali memanggilku dan kembali bertanya
"Ko, udah tidur belum?"
"Belum, kenapa?",
jawabku sekenanya.
"Apa sih homo itu. Katanya
cowok dengan cowok ya?" tanyanya lagi. Kaget juga saat ia bertanya seperti
itu. Lalu kucoba untuk menjawab.
"Iya, emang kenapa?"
"Aku pernah melihat
teman-temanku. Mereka saling mengocok penisnya, bahkan ada yang menghisap dan
menjilati burung temanku" katanya. Aku diam sejenak.
"Kamu sendiri gimana? Pernah
gak?"
"Eh... Pernah sich, waktu
itu disuruh hisap teman punya"
"Terus.." pancingku.
"Yah.. Aku lakuin deh"
katanya pelan. Aku diam lagi. Berusaha untuk menghindari topik ini. Kulirik
dia. Sepertinya dia sudah mengantuk.
"Udah, tidur sana!"
kataku
*****
Segala yang terjadi dalam hidup
adalah sebuah misteri ilahi
Waktu terus berputar dan tak bisa
ditawar
Lelah kaki melangkah, sesat tiada
arah
Terasa aku tersentak dan ingin
berteriak
Perih dan pedihnya cobaan dan
ujian
Apa yang dimaksud dengan
kehidupan..
*****
Saat aku duduk di bangku panjang
beranda rumah tiba-tiba Santo datang menghampiriku. Kami kembali ngobrol ke
sana-kemari. Lagi-lagi kami terjebak dalam pembicaraan yang menjurus ke arah
seks. Tapi kali ini aku berniat untuk meladeni apa yang ia mau. Dasar pikiran
kotor!! Kupancing dia dengan berbagai pertanyaan dan..
"To, sini coba aku pengen
lihat burungmu" pintaku.
Dengan agak malu-malu ia
keluarkan penisnya itu. Walaupun umurnya masih 15 tahun tapi penisnya cukup
besar dan sudah tegang. Aku tidak heran karena kita bercerita tentang hal-hal
yang porno. Kuusap penisnya pelan-pelan, kugoyangkan dan kupijit lembut. Ia
meringis. Aku malah tambah bernafsu. Kuteruskan agresiku ke arah telurnya. Wah,
lembut sekali.
Aku mulai mencium pipinya,
bibirnya dan lehernya sambil tanganku tetap mengelus burungnya. Dia malah
membalas dengan berusaha memegang kejantananku yang masih terbungkus rapat
dengan celana. Ia tarik celanaku lalu mencium CD-ku. Wow, anak ini bernafsu
sekali. Ia keluarkan penisku dan ia kocok penisku dengan mantap. Aku merasa
nikmat saat itu sambil memejamkan mata.
Tiba-tiba aku merasa ada
kehangatan di penisku. Ya, kehangatan yang berasal dari rongga mulutnya. Ia
sedang mengoralku. Serasa ada di antara hidup dan mati, aku seperti dibuat
terbang ke langit ke tujuh. Ia pintar sekali melakukannya. Kepala penisku
dijilatinya sampai basah oleh air liurnya, kemudian ia gigit kecil sambil
memaju-mundurkan mulutnya. Ia kulum kepala penisku. Batang penisku kemudian
dijilatinya. Ya, ada sensasi tersendiri. Saat itu aku tak mau kalah. Aku raba
punggungnya. Aku balikkan badannya sehingga aku berada di atasnya sekarang. Aku
terus menciumi seluruh tubuhnya.
Sampai akhirnya aku tiba di
hadapan kejantanan seorang anak 15 tahun. Penisnya yang bersunat itu nampak dan
tegak menantang di hadapanku. Kuberikan jilatan-jilatan lembut dan kulakukan
apa yang seperti ia lakukan. Ia pasrah dengan apa yang aku lakukan. Saat itu
aku tidak bisa berpikir jernih. Yang aku pikirkan hanyalah bagaimana bisa
menikmati tubuhnya dan memuaskannya. Kupikir dia juga harus melakukan hal yang
sama sehingga aku mengubah posisi menjadi 69. Dia di atas dan aku di bawah.
Sedotan demi sedotan, jilatan demi jilatan kami berikan satu sama lain. Sampai
akhirnya..
"To, mau keluar nih"
"Keluarin aja Ko"
katanya.
"Aahh.." aku melenguh.
Aku tak tahan lalu spermaku pun
muncrat ke dalam mulutnya. Kulihat dia menikmati apa yang kuberikan sore itu.
Dia kemudian mencabut penisnya lalu diapun bergoyang-goyang di atas dadaku.
Kurasakan cairan hangat membasahi perutku. Ya, cairan spermanya pun tumpah di
perutku. Ia jilati spermanya sendiri sampai habis. Itu membuatku geli karena
perutku terasa seperti dikelitiki. Sungguh, itulah pengalaman pertamaku
melakukan oral.
****
Sudah yang ketiga kalinya aku
melakukan hal yang serupa. Namun dalam batinku, ada sesuatu yang salah. Aku
tidak mau dia menjadi orang yang seperti aku. Dan lagi apa yang aku lakukan
waktu itu hanya sekedar iseng dan hawa nafsu saja. Hingga pada suatu malam saat
ia ada di kamarku dan mulai meraba tubuhku, aku segera menghindar. Ia kaget
dengan tingkahku. Kukatakan kepadanya agar jangan melakukannya lagi. Dia heran.
Akupun pura-pura marah, padahal aku sendiri menginginkannya.
"Maafkan Ko Gun, To. Kamu
nggak tahu yang Ko Gun perbuat. Tapi Ko Gun sayang kamu sebagai seorang Adik.
Ko Gun minta agar kita akhiri sampai di sini saja ya!", ujarku.
Dia hanya diam. Kami kemudian
kembali berusaha untuk tidur. Aku tahu dia tidak bisa tidur, akupun juga.
****
Hari ini aku bisa bernafas lega.
Ia sekarang sudah memiliki seorang kekasih. Kukatakan padanya agar apa yang
kita lewati bersama jangan diingat lagi. Aku lega sekarang. Santo, seorang pria
sejati sekarang. Dan beberapa sepupuku yang lain, mereka sekarang juga sudah
menjadi laki-laki sejati. Sedangkan aku sekarang sudah menerima siapa diriku
sebenarnya, seseorang yang butuh lelaki lain yang bisa mengerti diri ini.
*****
Kenangan bersama mereka semua
telah kukubur dalam-dalam. Kubiarkan diriku untuk sibuk dengan segala yang ada.
Sejak kelas 3 SMA aku sudah berusaha untuk mencari uang sendiri dengan menjadi
guru les hingga sekarang. Sepanjang kuliah aku berteman dengan banyak teman
wanita walaupun belum mendapatkan pacar dan aku berusaha. Untuk mengubah
kebiasaanku.
Tapi, kenyataan memang lain.
Segala sesuatu yang terjadi adalah misteri ilahi dan di luar dugaan kita.
Kemarin pada hari Sabtu, 10 Juli 2004 menjadi hari yang menyedihkan dan
menyesakkan buatku. Buat Rafael, aku jadi tahu apa arti dari yang Antony
tuliskan di dahimu dengan minyak. Kau sungguh beruntung bahwa ia sebenarnya
sangat menyayangimu.
No comments:
Post a Comment