Ayah
Temanku
Seperti biasa sore itu
aku berkunjung kerumah Ria yang merupakan salah satu teman baikku untuk sekedar
curhat-curhatan, ya…. Ria adalah temanku sejak kecil hingga kini usia kami
telah menginjak 18 tahun. Namaku Ary dan tinggal di daerah kota ”M” di sumatera
dan jujur, aku adalah seorang gay tetapi sangat tertutup dan hampir tidak ada
yang tahu kalau aku seorang gay. Oh,, Ary silahkan masuk? Sapa Ria penuh dengan
kehangatan.
Lalu kamipun ngobrol
kesana-kemari membahas sesuatu yang menurutku tidak ada manfaatnya tetapi
sangat menyenangkan sekali. ”oh ia, ibu kamu kemana? ” tanyaku. ”sedang pergi
arisan di rumah bu’de sama addikku juga. Mungkin besok pulang karena bantu
bu’de beres-beres dan membuat makanan juga.”jawab ria. ”Assalamualaikum....” terdengar suara yang
berat dan berwibwa. Ternyata suara itu adalah suara dari Om Zein yang baru
puang kerja. Segera ria bergegas membukakan pintu untuk ayahnya itu. Om zein
tersenyum padaku kemudian brlalau.
Hal aneh muncul dalam
otaku ketika melihat ayah temanku ini, memang dari dulu aku sangat mengagumi
ayah temanku ini. Walupun rambutnya sedikit botak dengan perut buncitnya yang
membulat indah itu apalagi melihat kumis tebal di atas bibirnya sangat terlihat
kewibawaan dan kebapakannya.
”eh...!!!! melamun
aja!!” ria mengagetkanku yang sedang memikirkan hal bodoh itu. ”hehe??” oh ia
ria, aku mau ke kamar mandi sebentar ya soalnya lagi HIV(Hasrat Ingin Viviz)”
jawabku. ”ah.. kamu ada-ada aja, yaudah di sebelah dapur ya kamar mandinya. Dah
tau kan?” tanya ria. ”ya ampun aku bukan pertama kali kerumahmu ya”. Segera aku
menuju kamar mandi.
Sesampainya di depan pintu
kamar mandi kulihat pintu kamar mandinya tertutup. Terdengar suara siraman air
seperti orang mandi. ”duh,, siapa sih? Mana udah kebelet pipis ni?” gumamku
dalam hati. Terdengar sura nyanyian samar-samar dari dalam. Ternyata om zein
yang berada di dalam. Otak gay ku pun langsung bekerja membayangkan tubuh
telanjang om zein yang basah dengan siraman air. Aku mulai kehilangan sedikit
akal sehatku. Kucari celah dimana aku bisa melihatnya mandi. Sial tidak ada
sedikitpun lubang di kamar mandi itu. Bahkan di pintunya pu tidak ada lubang
kunci. Keika melihat ke atas akhirnya aku mendapatkan peluang itu.karena tembok
kamar mandinya tidak sampai ke atap rumahnya, memberanikan diri dan karena
telah dikuasai nafsu akhirnya aku menggeser kursi makan yang terletak di
depanku dan menaikinya degan sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara kemudian
aku langsung melihat kedalam kamar mandi.
Betapa tak percayanya
aku melihat apa yang sedang ku lihat, om zein yang sedang bertelanjang bulat
menyiram seluruh tubuhnya dengan air. Tidak hanya tubuh telanjangnya yang bisa
kulihat tetapi daerah terintimnya pun menjadi pemandangan yang sangat jelas
untuk ku nikmati. Terlihat om zein mengambil handuk uang terletak di gantungan
handuk. Segera aku turun dari kursi dan dengan sangat hati-hati aku meletakkan
kursi di tempat semula kemudian berdiri tenang seolah tidak ada kejadian.
Om zein keluar dengan
lilitan handuk di pinggangnya. ”Loh,, ary mau pakai kamar mandi ya?” tanyanya.
”ia om, mau buang air kecil” segera aku masuk kedalam kamar mandi dan membuang
beban yang ku tahan sejak tadi, seketika aku teringat pemandangan yang baru ku
lihat membuat ku ingin melepaskan beban yang satu lagi, akhirnya tanpa
dikomando tanganku langsung mengocok penis ku dan lava putih pun keluar
menandakan kembalinya otak normalku.
”lama banget kamu di
kamar mandi?” tanya ria padaku. ”ia tadi ayahmu lagi mandi jadi aku nunggu.”
jawabku sekenanya. Akhirnya kami melanjutkan obrolan hingga malam. ”oh ia, ini
kan malam minggu ya? Aku sampai lupa.” makanya kamu cari pacar biar bisa ingat
malam minggu!’’ ejek ria padaku yang memang betah dengan ke jombloanku.
Tak lama pacar ria
datang dan mengajak nya makan malam di luar. ”aku gak ikut ah, takut ganggu”
sahutku ketika mereka mengajakku. Ayah ria datang menghampiriki, ”kenapa kok
gak ikut?” sapanya. ”ia nih yah, ary gak seru!! Yah, kami pergi dulu ya..”
jawab ria dan langsung berlalu meninggalkan aku dirumah nya bersama
ayahnya.”om, ary mau pulang ya?” ”loh,,
kenapa?? Ini kan malam minggu. Om juga lagi sepi gak ada teman di rumah. Eh...
ayo kita nonton TV, ada pertandingan bagus nih M.U VS Arsenal.”
Aku pun menurut saja
walaupun sesungguhnya aku sangat tidak menyukai sepak bola. Om zein mulai
banyak bercerita tentang para pemain dan seputar club sepak bola tersebut, aku
yang tidak mengerti bola hanya tersenyum-senyum saja. ”kamu kalau mau minum
ambil sendiri ya, anggap aja rumah sendiri.” ”ia om,” jawabku sekenanya. Om
zein memijit-mijit bahunya. ”kenapa om?” pertanyaan terbodoh itu begitu
mudahnya keluar dari mulutku. Mungkin karena kegugupan ku berada di samping
lelaki pujaan ku.
”ia nih, tadi di kantor
banyak kerjaan. Oh ia, kamu bisa mijit gak?” terangnya. ”ya gak begitu ahli
tapi ya bisa sedik-sedikit om.” jawabku masih dengan kegugupan ku. Om zein
segera membuka kaos biru gelapnya dan beranjak tiduran di atas karpet ambal
yang terbentang lumayan lebar di depan TV nya. darah ku langsung mengalir
dengan cepat melihat tubuh putih bersih itu dengan perutnya yang membulat indah
dan di hiasi dua puting susu hitam dengan bulu-bulu halus di dada sampai
perutnya dan bertambah lebat di bawah pusarnya.
Aku menyusul dan duduk
di sebelah tubuh nya yang terbaring tengkurap itu. Dengan perlahan aku mulai
memegang punggungnya yang gempal itu. Jantungku serasa mau copot karena tak
sanggup menahan nafsu yang semakin menggerogoti fikiranku. Terus kulakukan
pijatanku hinga om zein merasa sedikit nyaman dengan kondisinya sekarang.
”kakinya juga om?” aku bertanya dengan nada bergetar. ”boleh, tapi gak
merepotkan ary kan?” jawabnya sambil menarik sarungnya ke atas sampai ke
pahanya yang gempal dan berbulu halus itu terlihat olehku.
Kembali aku menelan
ludah melihat kakinya yang di penuhi banyak bulu itu. Aku mulai memijat dari
betis sampai ke pahanya. Ketika pijatanku diseputar paha, sesekali jariku
menyentuh benda yang ternyata adalah kantung pelir om zein. ”Apa om zein tidak
mengenakan celana dalam?” gumamku dalam hati. Aku pun menyuruhnya untuk
berbalik badan untuk memijat kaki bagian depan, dan saat om zein membalikkan
badannya, ku lihat sarungnya sudah seperti tenda. ”Om zein sedang ereksi?”
Kembali aku bergumam,
nafsuku pun semakin menjadi-jadi. Om zein nampak memejamkan matanya.
Kulanjutkan pijitanku. Oh, pria ini begitu sexy di mataku. Aku tak sanggup
menahan diri lagi, aku sangat ingin menikmatinya, sungguh....apapun akan ku
lakukan asalkan ia mau meberikan sedikit kenikmatan dari dirinya.
Otakku pun semakin
kacau dan fikiran ku semakin tak menentu melihat benda yang menegang di balik
kain sarungnya itu. Dengan segenap keberanian dan nafsu yang mengalahkan
segalanya, aku memberanikan diri memegang benda itu.
Om zein tersentak karena
kaget. ”apa yang kamu lakukan??” ia bertanya padaku dengan wajah kemerahan. Aku
tidak menjawab sebaliknya aku malah langsung mengocok benda itu secara
perlahan. ”ary!! Ada apa denganmu??” om zein kembali menegurku dengan nada yang
sedikit lebih tinggi dari sebelumnya. Aku tetap tidak mempedulkannya. Aku hanya
diam menatap matanya penuh harap sambil tanganku terus melakukan kocokan halus.
Ku lihat tubuh om zein
semakin bergetar dan wajahnya semakin memerah. ”ary, ada apa dengan kamu?
Kenapa kamu begini?” kali ini om zein bertanya dengan nada yang sedikit lembut
namun berat. ”maafkan ary om, sudah lama ary memimpikan ini om, ary cinta sama
om, dari semenjak ary puber dan memiliki nafsu,, om selalu mengisi otak ary,
ketika ary tidur dan mimpi basah itu karena ary bermimpi melakukan hubungan
intim dengan om. Maaf kalau ary lancang
dan tidak sopan tapi ini sudah lama sekali ary pendam dan inilah moment yang
tepat. Ary tidak tahu mengapa ary begitu mencintai om dan mohon om mengerti
keadaan ary” sambil menahan air mata aku menjelaskan semuanya.
”mohon izinkan saya om,
sekali ini saja untuk melakukannya...” pintaku padanya. ”Apa yang ingin kamu lakukan ary?” pertanyaan om
zein sama sekali tidak bisa aku jawab. Aku bingung. Hanya diam. Aku menundukkan
kepalaku. Om zein tersenyum melihatku, aku menjadi sangat malu dengan diriku.
Bodoh sekali aku ini. Matilah aku, mungkin aku tidak akan datang kerumah teman
ku lagi karena aku sudah tidak punya muka di depan ayahnya.
”Lakukan lah ary, om
akan mencoba menerimanya..” pernyataan om zein membuat semangatku kembali. ”om
yakin??” tanyaku. ”om akan coba.” jawabnya..........................
Aku pun langsung
membuka simpul sarungya dan menariknya kebawah. Ternyata om zein benar tidak
mengenakan celana dalam. Benda jantan itu sudah lemas tidak sekeras tadi. Aku
mulai mendaratkan hidungku menghirup aroma kejantanan lelaki yang dari dulu aku
dambakan. Oh betapa nikmatnya, serasa melayang di udara... aku sempat berfikir
mungkin para pecandu narkoba juga merasakan hal yang sama denganku ketika
mereka menghirup heroin.
Betapa nikmatnya aroma
ini sehingga aku sempat berharap agar waktu dapat berhenti supaya kenikmatan
ini tidak segera berakhir. Tanganku mulai meraba benda itu lagi dan dengan
lembut lidahku menyapu batang penisnya, oh.... betapa nikmat yang kurasakan.
Sedikit asin tetapi girih, jilatanku terus membasahi seluruh permukaan benda
itu, dua biji pelirnya juga tak luput dari jilatanku hingga bulu kemaluannya
yang hitam ikal itu menggelitik hidungku.
Kini benda itu sudah sangat
tegang kata orang seperti tugu monas, berwarna ungu kehitaman dengan kepalanya
yang lebih besar bari batangnya. Aku sangat menyukai bentuknya. Mulutku terus
menghisapi benda lelaki pujaan ku itu hingga ia melenguh dan memejamkan
matanya. Tangan ku meremasi dadanya yang berbulu halus dan memilin-milin
putingnya. betapa dahsyat sensasi yang ku rasakan. Aku melepaskan seluruh
pakaian yang membelenggu tubuhku. Aku menindih tubuhnya hingga wajah kami
berhadapan.
Aku mengelus kumis
tebalnya, om zein tersenyum. Sepertinya ia menikmati ulah nakal ku. ”om suka??”
pertanyaan bodoh itu keluar lagi dari mulutku. Om zein hanya tersenyum. Aku
mencium bibirnya, tidak ada respon dari om zein. Aku terus menciumnya dan
terasa sekali kumisnya menusuk bibirku tetapi om zein sama sekali tidak
membalas ciumanku. Aku pun menghentikan ciumanku. Sambil mengelus pipinya yang
kasar bekas cukuran cambag dan janggutnya kembali aku bertanya pertanyaan
bodoh, ”om kenapa?”. ”maaf ya ry, om gak bisa..” jawabnya. Akupun mengerti dan
ini saja sudah cukup bagiku. ”gak papa kok om, ary ngerti. Tapi izinin ary
menikmati ini ya.” aku meremas batang kejantanannya. Om zein hanya mengangguk
tanda settuju.
Aku pun melorotkan
tubuhku hingga wajahku tepat berada di selakangannya. Kembali ku hirupi aroma
kejantanannya yang membuat ku melayang itu. Mulut ku pun kembali bekerja
menghisap dan menjilati benda intim om zein. Lama juga aku melakukan itu hingga
batang kejantanannya semakin keras dan cairan bening yang asin gurih itu
semakin banyak keluar kurasa dan
langsung aku telan, sangat nikmat hingga om zein pun mengerang seperti erangan
srigala yang tertahan seiring muncratnya cairan spermanya di dalam mulutku.
Terasa hangat, kental dan sedikit lengket.
Rasa asin dan sedikit
amis memenuhi rongga mulutku. ”ary, buang di kamar mandi, itu kotor..” om zein
menyuruhku membuang benih yang baru saja ia keluarkan. Aku hanya tersenyum dan
langsung menelan sperma lelaki pujaan ku. Om zein tidak berkata apa-apa lagi
hanya tersenyum melihat ulahku. Sangat tampan senyumannya dan berwibawa karena
kumis hitamnya.
”Assalamualaikum!!”terdengar
suara yang tidak asing lagi di telingaku. ”RIA!!!!” kami langsung mengambil
pakaian kami yang sudah berantakan di lantai. Aku langsung lari ke kamar mandi
dan om zein tergesa-gesa memakai pakainnya kemudian membukakan pintu untuk
anaknya. Aku memakai pakaianku dan sedikit membersihkan tubuhku. Kemudian aku
menyusul ke ruang tamu untuk bertemu ria dan om zein.
Seketika ria tertawa
melihatku, bahkan ihsan pacar ria juga tertawa terbahak melihatku. Aku bingung
ada apa. Om zein juga tersenyum menahan tawa melihatku. Aku menjadi sangat
down. Kenapa? Ada apa? Kenapa kalian tertawa? Pertanyaan itu belum sempat
keluar tapi ria sudah menjawabnya. ”kok kamu pake celana terbalik?? Hahahaha!!!
Lihat kantongnya di luar jd mirip penari salsa!!!! Hahahha!!! Makanya kalo
habis Buang air jangan buru-buru kamar mandinya gak akan lari kok!!!!”
Sial!!!! Bodoh sekali
aku!! Tapi ya sudahlah.... akhirnya aku pun ikut tertawa dan aku melihat om
zein mengedipkan sebelah matanya dengan sangat genit pada ku hingga membuat ku
malu. Aku tahu ini akan menjadi awal yang baik..
.
No comments:
Post a Comment