Page Tab Header

Friday, July 10, 2015

Penikmat Polisi


Penikmat Polisi


Entah dari mana aku mendapat julukan itu. Penikmat Polisi. Yah, memang aku menikmati mereka, namun mereka yang biasanya meminta kenikmatan itu.

Kau pasti tahu kenikmatan apa.

Perkenalkan, aku James. Yup, ada darah bule di dalam tubuhku, dan aku harus mensyukurinya. Badanku termasuk tinggi untuk ukuran orang Indonesia, hampir 190 cm. Beratku memang hampir 80 kg, namun itu semuanya bukanlah lemak. Aku rajin mengolah tubuhku, karena ayahku kebetulan seorang pengusaha fitness. Aku benar-benar kagum dengan ayahku, di usianya yang sudah tak terbilang muda lagi beliau masih rajin fitness. Tubuhnya masih terbentuk dengan baik. Tapi tentu saja, mana mungkin aku menikmati ayahku sendiri. Ayahku tidak tahu kalau aku penikmat pria.

Aku juga tidak pernah tahu bagaimana caranya ayah banyak menjaring pelanggan dari kalangan kepolisian, bahkan dia punya satu sanggar gym khusus untuk para polisi. Aku kebetulan menjadi salah satu pengurus gym itu, jadi yah mungkin dari situlah aku mendapat banyak kenalan polisi. Ada yang masih muda, ada yang sudah berumur, namun itu tidaklah menjadi halangan untuk seseorang merawat tubuhnya. Dan tentu saja, para perawat tubuh ini beberapa mempunyai tujuan lain. Untuk menarik sesama jenis.

Pengalaman pertamaku kebetulan sudah dengan seorang polisi, salah satu langganan gym-ku. Dia cakep, baik, suka bercanda, dan badannya tak kalah bagusnya denganku. Namanya Karisma, pacarku. Yah memang dia punya karisma itu; selain karisma seorang polisi, juga karisma seorang laki-laki sejati. Tapi, di balik jati dirinya itu, dia benar-benar maniak seks. Bahkan dia tidak sungkan-sungkan mengajak rekan-rekannya untuk berpesta seks denganku. Suatu hal yang tentu tak bisa kutolak.

Kalau dipikir-pikir, lucu juga kejadian aku dengannya. Dia rajin nge-gym di tempatku tiap hari Sabtu, atau kapanpun dia lepas dinas, dan dia selalu memanggilku Pak Bos. Ada banyak pelatih yang kusediakan, tapi dia meminta diriku sebagai pelatihnya. Mungkin dari situ mulai muncul bibit-bibit suka dirinya denganku, yang akhirnya bersemi menjadi cinta. Atau nafsu dulu yang mendahului? Aku ingat di suatu malam, tinggal dia yang masih nge-gym. Cuaca agak buruk di luar, hujan deras sudah tercurah dari langit sejak sore hari, dan belum ada tanda-tanda akan berhenti. Gym-ku jadi sepi karenanya, dan menjelang tutup ini hanya dia yang masih nge-gym. Akhirnya kami ngobrol-ngobrol macam-macam; dia memang suka ngobrol. Mulai dari kerjaan, komandannya yang suka bentak-bentak, rekannya yang kemayu, tugas aneh-aneh, sampai candaan biasa. Termasuk seks. Aku tidak menangkap tanda-tanda homoseksualitas darinya, apalagi karena ia bercerita tentang pengalamannya ngeseks dengan mantan pacarnya yang cewek. Entah siapa yang mulai terlebih dulu, pembicaraan seks itu semakin hot, dan tanpa sadar pembicaraan seks mulai menjurus ke seks sejenis. Sampai akhirnya dia duluan yang melihat tonjolan kontolku sudah terlalu besar bagi celana training-ku, dan dia duluan yang memainkan kontolku.

Dari situlah aku tahu, dia maniak seks. Malam itu, aku dan dia ngeseks sampai enam ronde. Staminaku tentu saja kuat berkat latihan selama ini, tapi tetap saja aku tidak mengira ada polisi yang maniak seks. Dan begitu mengetahui aku bisa memuaskan dirinya, ia pun meminta menjadi pacarku. Tentu saja kuterima; siapa yang tidak ingin berpacaran dengan polisi, sama-sama punya kontol, sama-sama suka main kontol (bahkan dia yang lebih suka)? Setiap pulang dinas dan setiap aku selesai kerja di gym, kami selalu bercinta. Entah sudah gaya apa saja yang aku dan dia coba, bahkan aku sampai juga dibuatkan seragam olehnya. Bahkan dia pernah kubuat ngecret di kantornya! Tentu saja dia masih berbusana lengkap dengan seragamnya yang berwibawa itu dan menunjukkan lekuk tubuhnya yang prima hasil dari nge-gym di tempatku, tapi sensasinya memang berbeda. Apalagi ditambah rasa takut ketahuan, orgasmenya benar-benar menyenangkan. Benar-benar polisi maniak seks.

Suatu hari, dia mengadakan pesta seks. Ada tujuh orang rekannya yang ikut, termasuk komandannya. Tema pesta kali itu, seks berbusana. Alias, kami tidak boleh melepas baju atau celana sama sekali, tapi membuka resleting masih diperbolehkan. Siapapun yang ketahuan melepas busananya akan mendapat hukuman. Tentu itu kesukaanku, melihat dan bermain langsung dengan para polisi yang masih berseragam lengkap. Dan kebetulan sekali, salah satu keahlianku adalah menggoda para pria yang masih berbusana lengkap. Karisma sendiri pernah kunikmati dengan masih berseragam lengkap, bahkan di ruang kantornya, dan ia ketagihan. Maka jadilah pesta seks itu pestaku; aku yang berkuasa. Rekan-rekannya tentu tidak terbiasa melakukan seks dengan masih berbusana.

Tanpa ragu lagi kudekati komandan polisi itu, dan langsung kucekal selangkangannya. Kuremas-remas bonggol komandan itu. Agak kaget, ia mengerang keras dan protes. "Pelan-pelan dong!"
"Ah masa gini aja ga kuat Ndan," cemoohku sambil meremas kontolnya lagi. Ia pun mengerang lagi. "Dasar... kalau bukan gara-gara permintaan Karis, kau pasti sudah masuk penjara! Jebol pantatmu pasti!"
"Kalau bukan aku yang menjebol pantat mereka duluan Ndan," ujarku sambil mengatur jemariku untuk remasan-remasan sensual. Dan benar saja, komandan itu akhirnya mendesah. Seorang polisi lagi mendekapku dari belakang dan meremas-remas kontolku dari balik celana jinsku, sementara polisi lain berada dalam jangkauan tanganku yang bebas dan kontolnya tak luput dari sasaran remasan tanganku. Karisma sendiri malah sudah mengerang-erang dihisap dua rekannya--ah dasar pacarku yang satu itu... "Kontol bule gede ya," ujar komandan itu sambil menepis tangan anak buahnya dan meremas-remas kontolku agak kasar, membalas perlakuanku tadi. "Menurut Komandan?"
"Raksasa." Memang, kontolku sangat besar untuk ukuran orang Indo. Panjangnya hampir 20 cm dan tebalnya 5 cm. Aku tidak disunat. Testisku mungkin sama besarnya dengan buah jambu--berlebihan kali ya? "Aku suka kontol jumbo." Tanpa permisi lagi ia langsung membuka resleting celanaku, mengeluarkan kontolku, dan menghisapnya. Polisi yang mendekapku dari belakang pun mulai menggesek-gesekkan kontolnya di pantatku, tegang dan keras. Dua orang polisi lagi menikmati remasan-remasan sensualku di kontol mereka yang terbalut celana coklat kepolisian. Kontol polisi-polisi itu mulai tercetak jelas di balik celana dinas mereka yang ketat. Aku berusaha sebisa mungkin menggerakkan tanganku naik turun di atas kontol kedua polisi itu, membuat gerakan mengocok. Satu orang polisi lagi mulai bergabung dengan komandannya dan mulai menjilati bola-bolaku. Telingaku terasa penuh mendengar erangan-erangan petugas penegak hukum itu, yang tentu saja membuat suasana menjadi semakin menggairahkan. Dan aku sendiri diladeni lima orang polisi! Aku harus menunjukkan keperkasaanku pada polisi-polisi itu. Sayang aku tidak bisa mengentot mereka kali ini, tapi biar lah, ada Karisma. Dia pasti bisa meyakinkan rekan-rekannya lagi untuk berpesta seperti ini. Mungkin perlu ada tema "kuda-kudaan", jadi siapapun bebas mengentot siapapun. Tentunya akan asyik bisa mengentot komandanmu sendiri!

Aku pun mengubah posisi. Komandan itu kusuruh tidur telentang di lantai, kemudian aku berlutut di depannya. Dia menjilati bola-bola kontolku, sementara aku menyuruh tiga polisi lain berdiri di depanku; satu orang persis di atas komandannya. Aku pun menggoda mereka bertiga dengan membuka resleting celana mereka: dua polisi kubuka resleting celananya dengan tanganku, yang satu kubuka dengan gigiku. Tentu saja membuka resleting celana menggunakan gigi itu susah, tapi aku sengaja menggodanya. Kontolnya cukup menggairahkan untuk ukuranku. Perlahan namun pasti resletingnya terbuka juga. Kukeluarkan batang kontol polisi-polisi itu--yang di depanku tentu saja kukeluarkan dengan tanganku, karena mulutku pasti tidak muat untuk masuk ke rongga celananya, lalu kumasukkan kontol polisi di depanku ke dalam mulutku serta kugenggam kontol kedua polisi di kiri-kananku. Aku pun bergerak maju mundur, mengocok kontol tiga polisi sekaligus. Aku yakin mereka belum pernah dikocok dalam waktu bersamaan seperti itu. Si komandan pun akhirnya memposisikan dirinya lebih nyaman dan menghisap kontolku, sementara seorang anak buahnya menghisap kontol si komandan. Kurasa Karisma bakal merasa iri melihatku dikerubungi lima orang polisi sekaligus. Siapa suruh ia berasyik mashyuk dengan rekannya terlebih dulu!

Bosan mengocok tiga polisi sekaligus, aku menyuruh mereka berbaris menyamping, tentunya setelah berganti posisi siapa yang di depanku. Si komandan entah mengapa terus menggelayut di kakiku, terus mengenyot batang kontolku. Polisi yang tadinya menghisap kontol si komandan kini juga berdiri di sebelahku; kulirik nama yang tertera di dadanya. Iya juga ya, aku bahkan belum berkenalan dengan para anggota ini! "Sebentar Ndan," ujarku sambil mendorong menjauh kepalanya dari kontolku. "Kok berhenti?" tanyanya protes. "Ikut baris dulu Ndan! Aku mau absen dulu!" Dengan agak enggan ia pun ikut berdiri berbaris di samping anak buahnya. Kulirik Karisma, ia masih sibuk dengan rekannya. Huh, awas ya, nanti kau ga kujatah sendiri! Aku pun mengalihkan perhatianku kepada lima polisi yang berbaris di depanku, dengan kontol mengacung tegak dan melelehkan precum. Aku menatap si komandan terlebih dulu. Kulihat nama yang tercetak di dadanya. Bimo. Berikutnya, nama anak buahnya... Satrio, Tri, Nugroho, Idris, Laksono. Perlukah kujelaskan masing-masing fisik mereka? Coba bayangkan sendiri saja yah, hehehe... tapi kalau memang harus kugambarkan... Bimo umurnya sekitar 35 tahun, perutnya sudah mulai menonjol ke depan, tapi kontolnya masih kelihatan panjang, sekitar 14 cm. Anak buahnya masih sekel-sekel, baju ketat seksi menonjolkan otot-otot lengan dan dada yang masih terawat. Hanya Nugroho yang perutnya sedikit mulai menonjol, sisanya masih datar--ah sayang sekali aku tidak bisa melihat dalamnya! Lain kali aku harus bisa melihat tubuh telanjang mereka. Untuk urusan kontol... keenam polisi itu rata-rata sama panjang kontolnya, antara 14 sampai 16 cm; cuma punya Tri saja paling mungil, hanya 12 cm, tapi dia tidak minder sama sekali. Tebalnya juga kurang lebih sama lah. Kontol Tri sebenarnya cukup menarik perhatianku; bentuknya cukup imut untuk orang berperawakan seperti dirinya. Dia cukup tinggi, sekitar 167 cm, dan badannya juga kekar, tapi kontolnya langsing. Yah mungkin memang ada yah orang kekar yang punya kontol mungil... ah biar lah, toh dia juga bisa ngaceng, bahkan sampai sekarang precum terus menetes dari ujung kontolnya.

Si komandan Bimo sepertinya tidak tahan lagi, karena ia akhirnya keluar dari barisan dan langsung kembali berlutut di depanku dan mengenyot-ngenyot batang kontolku. Aku pun menyuruh polisi Laksono yang paling tinggi untuk berdiri di depanku, mengangkangi komandan Bimo, dan kami berdua pun berciuman--sambil tak lupa kontol polisi Laksono kukocok-kocok. Ia mengerang kenikmatan tertahan dalam ciumanku; ia membalas silatan lidahku dengan ahlinya. Polisi Idris sepertinya iri dengan polisi Laksono, karena ia mendekat dan berusaha mendapatkan perhatianku dengan menggesek-gesekkan kontolnya di tanganku yang menganggur. Semula kuabaikan dirinya dengan sengaja, namun saat ia semakin intens menggesek-gesekkan kontolku, dengan cepat kugenggam kedua bola-bola kontolnya dan kuremas sampai polisi Idris berjingkat dan mengerang, lalu kuelus-elus batang kontolnya dan kukocok-kocok bergantian dengan polisi Laksono yang masih menciumku dengan ganasnya. Polisi Tri yang memelukku dari belakang dan kembali menggesek-gesekkan kontolnya ke pantatku, dan polisi Nugroho rupanya doyan juga dengan kontol komandan Bimo yang dihisap-hisapnya terus, sementara polisi Idris juga tidak mau menganggur dengan mengocok-ngocok kontol polisi Satrio. Polisi Tri dengan pintarnya menelusupkan tangannya ke dalam kaosku dan meraih kedua puting susuku. "Hey, curang tuh!" seru polisi Idris yang mengetahui perbuatan rekannya itu. "Kan yang ga boleh dilepas sama sekali," kilah polisi Tri. Aku sejenak berpikir, oh iya juga ya, betul juga pemikirannya. "Iya betul-betul, yang ga boleh dilepas sama sekali, tapi kalau masih nempel di badan boleh," timpalku. "Berarti aku juga boleh begini dong." Kulepaskan satu kancing baju polisi Laksono, lalu kutelusupkan tanganku ke dalam. Dia masih mengenakan kaos dalaman coklat khas polisi, tapi itu tidak menghalangiku untuk mendapatkan puting susunya untuk kucubit, kupeluntir, dan kuperkosa dengan tanganku. Polisi Laksono langsung mendesis dan mendesah panjang--rupanya itu titik sensualnya! Kontolnya yang menganggur langsung disambar polisi Idris untuk dikocok-kocok. "Aaaarrrgghhh... setaannn... njriiittt... gua mau keluaarrr...," si polisi Laksono meracau. Dan benar saja, badannya bergetar kemudian pinggulnya otomatis maju ke depan sebelum akhirnya kontolnya berkedut dan menembakkan pejuhnya, tembakan demi tembakan. Kuremas-remas bola-bolanya untuk mengokang "senjata" kejantanan polisi Laksono. Pejuhnya membasahi kaosku dan celana jinsku; pancarannya tinggi juga, sampai ke dadaku. Dan sialnya, komandan Bimo memutuskan untuk mengocok kontolku cepat-cepat. "Aaahhh.... shiiittt... harder pleaseee...," aku mengerang dikocok seperti itu, apalagi sekarang polisi Tri mulai nakal dengan memasukkan tangannya ke dalam celana jinsku untuk meraih pantatku dan merojok-rojok lubangku dengan jarinya. Bahkan polisi Idris pun mengerjaiku dengan mengoleskan pejuhnya ke kedua puting susuku dan memutar-mutar jari-jemarinya di situ. "Ohhh yeesss... shiittt... fuck... I wanna cuuummm..." Entah mereka mengerti racauanku atau tidak, tapi akhirnya aku juga mau keluar. Dan tanpa bisa dicegah lagi...

Crooottt...

Kumuncratkan spermaku tanpa pandang bulu lagi. Polisi Laksono tidak berusaha menghindar, ia membiarkan dirinya terkena muncratan spermaku. Dengan isengnya kuarahkan kontolku ke lencananya dan kutembakkan spermaku ke sana--berhasil. Ia sedikit mengumpat ketika tahu apa yang kuperbuat, namun akhirnya ia tertawa-tawa sambil membalas meremas bola-bola kontolku untuk memerah spermaku. Muncratan berikutnya mendarat di perutnya, di gesper ikat pinggangnya, di wajah komandan Bimo, dan entah di mana lagi--rasanya ada juga yang mendarat di rambut komandan Bimo. Komandan Bimo sepertinya cukup terobsesi dengan kontolku; dielus-eluskannya kontolku ke wajahnya yang sudah belepotan spermaku dan masih diurutnya dengan pelan, seakan ia ingin memerah habis persediaan spermaku. "Geli Ndan," ujarku sambil berjingkat kegelian. "Kontolmu enak betul," ujar komandan Bimo sambil malah menjilati kepala kontolku yang masih belepotan sperma. "Aaahhh shiiittt... stop it please..." Komandan Bimo masih saja menjilati kepala kontolku sampai bersih, lalu ia sendiri berbaring di lantai. "Gantian." Justru polisi Nugroho yang menikmati kontol komandannya; kubiarkan begitu saja. Aku pun berbalik menghadap polisi Tri dan ganti meladeninya seperti yang kulakukan ke polisi Laksono, tapi kubalas juga perbuatannya tadi dengan menelusupkan tanganku ke bokongnya yang seksi itu. Polisi Laksono hanya membantu menciumi komandannya sambil memainkan puting susu komandannya. Polisi Satrio hanya berdua dengan polisi Idris mengambil posisi 69 dan saling menghisap kontol. Di salah satu sudut ruangan, kudengar suara pacarku polisi Karisma mengerang panjang. Sepertinya ia hendak muncrat, karena berikutnya disusul dengan suara terengah-engah, diselingi suara terbatuk-batuk. Aku sedikit tertawa membayangkannya; pacarku polisi Karisma memang kasar kalau keluar di mulutku, dia pasti menghunjamkan kontolnya dalam-dalam. Aku sih sudah terbiasa, tapi rekannya sepertinya tidak. Aku mendengar satu erangan lagi yang agak aneh, jadi kutengok ke arah suara itu. Ya ampun, ternyata itu suara rekannya yang satu lagi, kontolnya diremas Karisma kuat-kuat sambil dirinya sendiri muncrat... mungkin polisi itu lebih suka disakiti kali ya. Menarik juga untuk bermain kasar dengannya, tapi aku harus membuktikan dugaanku dulu. Dan di sini masih ada komandan Bimo, polisi Idris, polisi Tri, dan polisi Satrio yang belum muncrat.

Ups... ternyata aku salah. Tanpa pemberitahuan, polisi Tri ternyata orgasme. Orangnya benar-benar kalem, bahkan erangannya tidak sekeras rekan-rekannya, tapi menurutku masih boleh lah. Ya bukan seperti erangan cowok banci; gerakannya tidak kemayu--malah rasanya polisi Idris yang kemayu. Polisi Tri juga tidak menembakkan spermanya; cairan putih kental itu hanya meleleh saja dari ujung kontolnya. Yang agak lucu, polisi Idris langsung berlutut di depan polisi Tri, membuka mulutnya dan membiarkan sperma polisi Tri meleleh jatuh ke dalam mulutnya. Ketika tetesan sperma polisi Tri berhenti, polisi Idris pun menelan sperma yang tertampung di mulutnya sambil memasang raut wajah keenakan. Agak najis juga aku melihat wajahnya, tapi ya sudah lah...

Dan entah setan apa yang merasuki si komandan, aku mendengarnya berkata, "Ah persetan dengan aturan! Idris, entot aku!" Ha? Ga salah dengar kah aku? Si komandan mau di-fuck polisi kemayu seperti Idris? Masih ada yang lebih manly ndan! Karisma--ah tapi dia pacarku!, Laksono, Nugroho... Tanpa bisa dicegah siapapun, si komandan Bimo membuka sabuknya, kait celana coklatnya, dan langsung memelorotkan celananya, walaupun hanya sebatas lutut. Tetap saja, itu melanggar kesepakatan awal bahwa tidak boleh ada selembar pakaian pun yang... dilepas? Komandan Bimo tidak melepasnya! Hmmm... berarti bisa nge-fuck nih, hahaha...

Di ruangan itu ada sebuah ranjang yang tidak terpakai, hanya sesekali digunakan kalau ada tamu yang menginap. Atau untuk pesta seks seperti sekarang. Maka ranjang itu pun diturunkan, dan polisi Idris pun berbaring di atas ranjang itu sambil mengocok-ngocok kontolnya supaya tetap tegang, sementara komandan Bimo pun bersiap-siap. Komandan Bimo pun mengambil posisi, dan ia langsung menduduki kontol Idris. Wah rupanya si komandan sering di-fuck nih, kontol Idris dengan mudahnya masuk ke dalam pantat si komandan. Si komandan pun mencondongkan tubuhnya mendekati polisi Idris, dan ia pun mulai menggenjot kontol anak buahnya itu. Polisi Idris mengerang-ngerang keenakan sambil meraba-raba dada bidang komandan Bimo. Aku hanya memperhatikan mereka berdua, sementara pacarku polisi Karisma bergabung bersamaku. Ia menciumku, namun aku jaim dengan menjauhkan mukanya. "Bentar ah, ada tontonan menarik nih!" Ia tidak menyerah, menggelayut di badanku sambil memain-mainkan putingku. Aku tetap pura-pura tidak merasa keenakan, walaupun ia tahu persis kelemahanku di situ. Komandan Bimo dan polisi Idris berlomba-lomba mengerang keenakan; aku jadi terangsang lagi, apalagi ketika pacarku polisi Karisma ternyata sudah berlutut di depanku dan mengisap-isap kembali batang kontolku sambil menusuk-nusukkan jarinya ke lubang pantatku.

Tapi yang membuatku lebih terangsang adalah kejadian berikutnya. Kejadian yang sangat-sangat langka.

Polisi Satrio yang habis dihisap rekannya polisi Laksono menyusul berdiri di belakang Komandan Bimo dan memegang badannya erat-erat. "Sat? Kok lu berhentiin?" tanya polisi Idris.
"Ntar Dris, emangnya cuma lu aja yang enak ngentot Komandan? Gue juga mau!" Polisi Satrio memosisikan dirinya, mencondongkan badan Komandan Bimo hingga benar-benar tiduran di atas tubuh polisi Idris. "Eh eh Sat, ngapain lu?" Komandan Bimo kebingungan.
"Udah Ndan, nurut aja!" perintah polisi Satrio. "Komandan kan yang duluan lepas celana, jadi Komandan harus dihukum!"
"Eh siapa juga yang lepas baju!" Komandan Bimo hendak protes, namun polisi Idris refleks memeluk komandannya itu dan menciumnya. Komandan Bimo masih protes dalam ciuman itu, walaupun akhirnya sedikit melunak, sehingga polisi Satrio akhirnya bebas melakukan apa yang ia mau.

Dengan perlahan-lahan ia mulai menusuk pantat Komandan Bimo dengan kontolnya!

Tidak siap, Komandan Bimo mengerang sekuat-kuatnya. Sekalipun lubang pantatnya sudah cukup besar, batang kontol polisi Satrio rupanya lebih besar dari lubang yang masih menganga. "Aaaahhh... seret banget Ndan!" erang polisi Satrio, tidak peduli kalau itu komandannya! "Gilaaaa luuu Saaattt!!!" umpat Komandan Bimo sambil meringis menahan sakit; refleks ia hendak bangkit berdiri namun polisi Laksono dengan sigap menahannya. "Lepasin oi!" bentak Komandan Bimo. "Kurang ajar lu lu ini, sekongkol ya rupanya!"
"Ya kapan lagi bisa double fuck komandan sendiri!" ujar polisi Satrio bersemangat, dan ia melesakkan kontolnya lebih ke dalam lagi. Raungan Komandan Bimo yang kesakitan semakin menggema di ruangan itu. Polisi Idris sendiri mengerang keenakan; gesekan kontolnya dengan kontol polisi Satrio dan dinding anus komandannya yang penuh itu memberikan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia tidak berani menggenjot kontolnya takut lepas dari pantat Komandan Bimo, jadi ia menikmatinya saja.
Dan akhirnya polisi Satrio pun menggenjot komandannya! Pertama pelan-pelan, ia tetap menghormati komandannya jadi ia tidak ingin menyakiti komandannya terlalu parah. Komandan Bimo tetap saja berteriak kesakitan; belum pernah ia disodok dua batang kontol sekaligus. Polisi Laksono mengelus-elus punggung komandannya itu, seakan-akan itu bisa meringankan beban kesakitan Komandan Bimo. Rekan ngisap pacarku polisi Karisma tadi, namanya Bayu, berdiri di sebelah Komandan Bimo, menaruh tangan komandannya di atas kontolnya, dan membiarkan komandannya itu meremas kontolnya untuk pegangan saat si komandan kesakitan--sekarang aku yakin polisi Bayu ini lebih suka disakiti; kapan-kapan aku harus coba main kasar dengannya. Polisi Satrio mulai mempercepat sodokannya. "Ohhhh yeesss... fuuuuckkk... bool Komandan sempiiittthhh... aaaahhh..." Polisi Idris tidak mau kalah, ia juga melontarkan kata-kata kotor untuk komandannya. "Aaaahhh... Ndannnn... sereeettthhh... mmmhhh... aku sukaaaahhh... yeeesss... genjot lagi Saaattthhh... aaakkkhhh..." Polisi Tri dan polisi Nugroho tidak tinggal diam; mereka ikut serta dalam pergumulan itu dengan berdiri mengapit kepala polisi Idris; kontol kedua polisi itu kembali mengeras saat mereka berciuman dan polisi Idris menggerayangi kedua kontol polisi itu. Saat Komandan Bimo akhirnya pasrah dientot dua anak buahnya sekaligus dan tidak lagi meronta, polisi Laksono akhirnya berdiri di belakang polisi Nugroho, memelorotkan celana coklatnya sampai pantat sekelnya tampak, dan tanpa ba bi bu mengentot rekannya itu. Aku hanya bisa menonton dari jauh kejadian langka itu sambil tetap dihisap pacarku polisi Karisma. Tujuh orang penegak hukum bergumul menjadi satu dalam permainan kontol yang menggairahkan; tak ada lagi batasan antara junior dan senior. Pemandangan yang sangat langka! Semuanya menikmati saat-saat itu, yah, kecuali mungkin Komandan Bimo. Suara erangan demi erangan para polisi itu menikmati rangsangan di kontol mereka, kecipakan tubuh beradu satu sama lain, kecipakan basahnya kontol yang dilumeri entah pelumas entah precum entah air liur untuk dikocok, kata-kata kotor entah apa saja yang sudah dilontarkan, semuanya benar-benar menambah panas malam itu.

Sampai akhirnya, entah siapa dulu yang memulai. Sepertinya polisi Satrio, karena ia yang melolong panjang duluan. "Aaaahhhh ssshhhiiiitttt... gue mau ngecrooottthhhh... Terimalah ini Ndaann!!! Oooooooggghhhh..." Ia melesakkan kontolnya dalam-dalam, membuat Komandan Bimo tersentak. "Aaaarrrggghhh!!!!!" Tapi, di saat bersamaan, kontol polisi Satrio berkedut dan memuncratkan cairan kejantanan pemiliknya ke pantat Komandan Bimo. Sodokan polisi Satrio sepertinya menyentuh titik puncak Komandan Bimo karena kemudian tubuhnya bergetar dan erangan panjang yang sama juga meluncur dari mulutnya. "Oooohhh... Saaattt..." Tubuh kedua polisi itu berkedut-kedut ketika mereka tiba di puncak kenikmatan. Kedutan pantat Komandan Bimo saat orgasme dan licinnya sperma polisi Satrio membuat kontol polisi Idris pun berkedut-kedut. "Aaaaahhhh yeeeessss.... akuuu keluaaaarrrr..." racau polisi Idris sebelum akhirnya tubuhnya pun berkedut-kedut. Ketiga polisi itu mengerang bersamaan, membuat polisi-polisi lain ikut terpacu untuk orgasme bersama. Polisi Bayu ternyata menyusul terlebih dahulu setelah remasan panjang yang mengiringi orgasme komandannya juga mengantarnya orgasme; celana dinasnya mulai bernoda gelap, basah oleh spermanya sendiri. Polisi Tri orgasme diam-diam, spermanya menetes ke mulut polisi Idris, sementara akhirnya polisi Nugroho dan polisi Laksono yang mengentotnya orgasme bersamaan. Muncratan demi muncratan sperma pun menodai seragam polisi Tri, mendarat di muka polisi Idris (yang dengan nakalnya polisi Tri oleskan di seluruh muka rekannya itu). Aku sendiri sangat terangsang melihat lelehan sperma dari pantat Komandan Bimo dari sperma dua polisi itu, serta muncratan dan tetesan sperma dari polisi-polisi lain. Akhirnya aku sendiri menyerah di hisapan pacarku polisi Karisma; kuhadiahi dia sperma kasih sayangku.

Setelah satu rangkaian orgasme itu, kami semua kelelahan. Tidak ada yang membersihkan diri; seragam para polisi itu belepotan sperma di mana-mana. Entah bagaimana mereka akan membersihkannya nanti, atau menjelaskan pada istri mereka, tapi yang jelas aku sangat menikmati permainan malam itu. Melihat tujuh orang polisi terkapar di lantar kelelahan dengan seragam lengkap namun kontol menjulur keluar dari resleting celana mereka sebenarnya sudah cukup untuk membuatku terangsang kembali, apalagi pacarku masih belum orgasme untuk kedua kalinya. Polisi Karisma pun tahu semua sudah kelelahan, maka dia hanya mengocok-ngocok kontolnya sendiri sampai muncrat, itu pun dia sengaja muncratkan di atas rekan-rekannya. Bau sperma memenuhi ruangan itu; entah bagaimana aku bisa membersihkannya nanti atau menjelaskannya pada ayahku kalau ia sewaktu-waktu datang. Ah, itu urusan belakang lah! Malam masih panjang, dan masih banyak yang bisa dinikmati dari para polisi itu. Pelan-pelan kuelus-elus bergantian kontol polisi-polisi itu, melihat siapa saja yang masih memiliki tenaga untuk ronde berikutnya.
Dan jangan salah, ada saja yang kontolnya kembali bangkit! Haruskah kuceritakan juga ronde-ronde berikutnya malam itu?

Itulah salah satu kisahku, kisah si penikmat polisi. Menyenangkan? Mungkin. Yang jelas, selama aku masih ada, aku akan selalu menikmati benda itu. Kontol polisi.

No comments:

Post a Comment